Masih ada beberapa hal yang membuat Yerim memikirkan malam tahun baru yang mereka lewati dengan bermain dan mabuk-mabukan itu. Pertama, ia tidak ingat sebagian besar peristiwa. Dia terlalu mabuk dan hanya bisa mengingat sejauh setengah permainan. Klaim bahwa ia baik-baik saja hanya dibuktikan oleh pakaian yang masih utuh--tidak benar-benar menjamin bahwa ia tidak disentuh sama sekali. Kedua, para lelaki itu bergelagat aneh. Yerim tidak akan terkejut apabila Heeseung yang sok misterius itu mengucapkan beberapa hal yang mengundang tanya. Tetapi setelah waktu itu, semua cenderung bersikap berbeda. Ada yang mendadak akrab dan ada yang mendadak canggung. Sempat Heeseung berkata kalau malam itu setelah bermain mereka melanjutkan minum dan mengobrol. Segalanya bisa terjadi saat itu. Ketiga, ketika ia membersihkan bekas permainan di pagi harinya, ia menemukan beberapa pertanyaan yang cukup membuatnya resah. Ia tak ingat mereka pernah ditanyakan. Entah para lelaki itu melewatkannya, atau mereka keluar pada saat dia sudah tertidur.
Setidaknya ada tiga kertas yang ia temukan menuliskan namanya di dalam pertanyaan. Dua di antaranya bahkan pertanyaan yang menggelikan. Pertanyaan dituliskan lagi-lagi dengan bahasa Inggris, namun ia sudah menggunakan kamus daring untuk mencari terjemahannya. Kalau kata Jake, itu pertanyaan sialan. Bagus jika pertanyaan itu dilewatkan. Ia tidak ingin tahu jawaban mereka.
Ujian masuk perguruan tinggi sudah selesai. Sedikit keinginan untuk melanjutkan sekolah di tengah ekonomi sulit, tetapi Heeseung tidak akan membiarkannya begitu saja. Semuanya harus kuliah, dan biaya akan menjadi urusan nanti. Anak-anak lain tidak punya masalah dengan keuangan, mereka tidak begitu peduli. Tetapi itu tidak berlaku bagi Yerim. Ia hanya akan memperpanjang daftar utang pada si donatur muda.
Ini hari Sabtu yang biasa. Hari cukup hangat meski temperaturnya hanya satu digit. Seluruh penghuni merencanakan kegiatan mereka sendiri. Pagi-pagi sekali semua orang sudah absen, bahkan si pemilik apartemen. Hanya tersisa si setengah Kaukasia yang sedang flu dan Kang Taehyun si sahabat baik yang menemaninya di rumah. Yerim selalu saja tidak punya janji atau kegiatan, berakhir hanya membuat kue kering untuk cemilan.
"Aku kira aku berhalusinasi saat mencium aroma kue." Taehyun muncul dari luar dapur, mengejutkan Yerim yang sedang melamun selagi membiarkan kuenya dingin. "Kai berkata dia tidak mencium apapun. Aku hampir lupa kalau dia sedang flu."
"Mau kukis?"
"Tentu saja."
Meja makan masih penuh dengan loyang kue yang masih panas, pencinta biskuit dan makanan kering akan sangat dimanjakan dengan suasana ini. Taehyun mengambil satu dan segera melahapnya, tidak perlu diragukan bagaimana lidahnya dimanjakan.
"Ini enak," puji Taehyun tulus. "Aku penasaran bagaimana seseorang bisa memasak semuanya dengan enak. Ibuku payah kalau masalah kue. Tapi kau bisa keduanya."
"Dulu, ibuku selalu berkata kalau rumah kami tidak boleh kehabisan makanan. Ayah dan Kakakku suka kelaparan tiba-tiba, jadi kami harus menyiapkan makanan ringan dan sebagainya. Aku belajar banyak hal, terutama setelah Ibuku meninggal, seluruh pekerjaan memasak dan urusan perut keluargaku menjadi tanggung jawabku."
"Karena itu kau tidak masalah karena harus memasak untuk kami, ya?"
"Benar. Aku sudah terbiasa melakukannya. Dan aku juga menyukainya."
"Kau cantik. Aku suka."
Yerim terlalu sadar untuk mengabaikan kalimat yang tiba-tiba keluar jalur itu. Dia tidak bisa menyembunyikan reaksi terkejutnya, kebingungan menatap si pembicara yang malah memberikan tatapan yang lekat. Tetapi ia tidak mau terlihat terlalu menyukainya. Ia tak mau jatuh terlalu mudah.
"Hm?"
Berpura-pura tidak mendengar karena sibuk adalah triknya.
"Apa yang kau katakan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GAMBLER: The Art of Revenge🔞 | TXT & EN- ✅
Fanfiction🚫PLAGIAT ADALAH TINDAKAN KRIMINAL🚫 Kim Yerim hanyalah sebatang kara yang hampir kehabisan alasan untuk bertahan hidup sampai sang kawan tak sengaja melibatkannya dengan enam pemuda elit yang berniat menjerumuskannya ke dalam lingkaran judi yang br...