Poker: permainan yang seharusnya adalah sebuah permainan keluarga, nyatanya berakhir tanpa ada rasa kekeluargaan. Judi, mengandalkan keberanian untuk memanipulasi seseorang. Hanya jika seseorang itu berani, ia akan memastikan kemenangan. Tidak harus selalu memegang kartu terbaik, kemenangan bisa diraih dengan sedikit gertakan. Uang dalam jumlah besar bisa dimenangkan dalam satu set poker. Ketika uang bukanlah sebuah masalah, orang-orang akan berlomba menjadi yang terbaik. Namun saat uang yang dicari, kekalahan akan menjadi jurang dalam yang akan menghancurkan hidup seseorang.
Yerim, dia sedang mempertaruhkan bukan hanya uang melainkan harga dirinya. Melawan lima orang pemuda, ia seperti dengan sukarela masuk ke dalam sarang serigala. Senyuman di wajah mereka bukanlah karena senang, mereka sedang menertawakannya. Meremehkan seorang gadis miskin yang menantang mereka yang berkuasa karena uang.
"Kau mengerti cara bermainnya?"
Pertanyaan itu terdengar dari Heeseung, si pemuda suram yang mendadak sangat ceria dan mengajukan diri sebagai dealer.
"Aku mengerti, Oppa."
Yerim sengaja, dia tahu dia sedang menggoda pemuda itu. Teman-temannya meringis, hendak tertawa namun tidak bisa menyalahkan. Heeseung memang lebih tua dari mereka semua.
"Oppa, katamu." Heeseung terkekeh kecil seraya mengocok kartu. "Lucunya."
Terlihat bahwa Heeseung menyukainya. Panggilan menggoda itu disambutnya dengan respons yang positif. Senyuman mengembang lagi di wajahnya, Yerim menemukan celah untuk pulang dengan kemungkinan mendapatkan kekasih orang kaya.
"Kau bebas berhenti kapan saja," ucap Heeseung seraya mengocok kartu di tangannya. "Ini hanya permainan biasa. Tidak perlu terlalu serius."
Yerim hanya tersenyum saja, dalam hati ia mencibir. Heeseung mungkin tampan dan memesona, tetapi dia tetap sama seperti kawan-kawannya. Permainan biasa? Tidak perlu serius? Coba katakan itu lagi setelah kehilangan tiga puluh juta.
Yerim berada di sebelah dealer, memungkinkan dia untuk menjadi urutan terakhir pada set pertama. Urutan duduk mereka adalah Jake; si pemuda yang berbahasa Inggris, Sunghoon; teman Jisung yang terlihat sangat santai dan sesekali menebar pesona, Jay; dia yang punya lesung pipi dangkal dan entah sejak kapan terus memandanginya, Kai; dia yang berambut pirang dan selalu terlihat tenang, dan Taehyun; si rambut cokelat yang sangat manis. Perlahan Yerim mengingat semua nama mereka. Mereka semua punya kesamaan: tebar pesona.
Heeseung sepertinya sudah terbiasa memimpin permainan kartu. Cara dia mengacak kartu benar-benar apik, seperti seseorang profesional. Mereka tidak mengklaim tempat ini sebagai kasino, tetapi nyatanya semuanya cukup untuk menjadi tempat berjudi.
Uang dua juta milik Yerim telah ditukar dengan chip 50 ribuan berwarna hijau. Dia punya 40 chip. Itu sedikit, jika dibandingkan dengan tumpukan milik para pemuda, terutama milik Kai. Sepertinya dia memiliki lebih dari 100 chip, ada enam tumpukan yang setiapnya Yerim duga berjumlah 20 chip. Mata Yerim berkeliling dan perih ketika tumpukan chip itu diletakkan di meja. Bagai langit dan bumi, rasanya ia bukan apa-apa. Sial, sejak awal mereka sudah menunjukkan kekayaan mereka. Seratus chip bernilai lima juta, itu angka yang kecil bagi mereka.
Permainan dimulai. Jenis poker yang akan mereka mainkan adalah Poker Texas Hold'em. Akan ada 7 kartu yang bisa dimainkan oleh setiap pemain untuk membuat kombinasi terbaik dari 5 kartu di antaranya. Ada 4 ronde atau babak dalam satu set permainan. Ronde pertama disebut Pre-Flop Round, kedua Flop Round, ketiga disebut Turn Round, dan terakhir disebut River Round, di mana setelah keempatnya kartu akan dibuka; itu disebut satu set.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE GAMBLER: The Art of Revenge🔞 | TXT & EN- ✅
Fanfic🚫PLAGIAT ADALAH TINDAKAN KRIMINAL🚫 Kim Yerim hanyalah sebatang kara yang hampir kehabisan alasan untuk bertahan hidup sampai sang kawan tak sengaja melibatkannya dengan enam pemuda elit yang berniat menjerumuskannya ke dalam lingkaran judi yang br...