Ingat, aku hanya ingin berbagi pengalamanku. Jika kalian ingin meninggalkan jejak vote dan komen, maka aku sangat-sangat berterimakasih. Tapi jika tidak juga tak apa. Ini hanya sebuah cerita singkat yang berharap semua orang mengetahuinya.
------------------------------------------------------------------------
Kamis, 26 Agustus 2021.
Hari itu adalah hari dimana aku bertemu dengannya. Pertemuan yang sebelumnya gak pernah terjadi, namun dihari itu juga saat pertama kali melihatnya entah kenapa aku sangat-sangat merasa berdebar.
Jantungku berdegub kencang gak beraturan. Dan sejak awal aku sudah sadar. Aku jatuh cinta pandangan pertama padanya.
Dia adalah teman dekat keponakanku, Dimas. Yang memang aku dan keponakanku satu angkatan namun berbeda kelas.
Kuawali mengenalnya dengan bertanya pada Dimas. Siapa namanya, rumahnya dimana, dan apakah dia sudah memiliki kekasih atau belum.
Dan saat itu pula aku mengetahui nama, dan dimana rumahnya. Juga Jackpot kalau dia sama sekali belum memiliki seorang kekasih alias Singel.
Kupinta bantuan Dimas agar aku bisa dekat dengannya. Dan siapa sangka jika dia Welcome terhadapku. Padahal sebelumnya aku sudah takut jika dia tidak menyukaiku.
Suatu ketika, iseng aku berkata. "Aku manyukaiku".
Dia menatapku terkejut dengan kedua pupil yang melebar.
Melihat itu aku tertawa dan mengatainya jika dia benar-benar lucu. Karna aku gak mau terlalu terburu-buru, aku berkata lagi padanya. "Bercanda, aku menyukai karna aku suka memukulmu".
Dan tak lama kemudian dia terlihat lebih rileks dan santai. Dia juga tertawa, meskipun kecil.
Aku yang melihat itupun dengan sepenuh jiwa menahan agar tak mencubit ataupun memukulnya. Karna memang jika aku merasa gemas, refleks aku akan menyubit ataupun memukul orang itu.
Sudah beberapa hari kami dekat dan mencoba untuk meminta nomor WhatsApp nya. Karna aku memang belum memintanya.
Sebenarnya aku sudah punya nomornya duluan sehari setelah aku suka padanya. Aku meminta kepada sahabatku yang memang kebetulan sekelas dengan dia dan juga sekertaris dikelas itu, Rama.
Namun aku akan pura-pura mengaku tidak memilikinya dan akan mencoba meminta kepadanya langsung.
"Boleh gak aku minta nomor WhatsApp mu?" Tanya yang saat itu tengah berjalan dengannya dan juga keponakanku.
"Nomor WhatsApp?" Ucapnya sambil menatap kakiku.
Sebenarnya aku agak kesal. Kenapa dia melihat kakiku dan bukannya diriku? Apa kakiku lebih menarik daripada aku?
"Iya, boleh gak?" Tanyaku lagi sambil terus mencoba menatap keara matanya.
Kulihat dia mengangguk kan kepalanya. Dan aku benar-benar senang akan hal itu. Bahkan saking senang nya aku gak merhatiin, apakah benar kalau dia benar-benar menyatatkan nomornya atau tidak.
Dan saat sampai rumah lah baru aku sadar. Dia tidak mencatat nomornya, melainkan nomor teman kelas lelakiku yang merupakan lelaki yang benar-benar aku benci, Aldi.
Bukan tanpa sebab aku benci Aldi. Hanya saja teman kelas lelakiku itu adalah lelaki yang agak bermasalah pemikirannya. Dan juga dia selalu menatapku, bukan hanya sekedar tatapan biasa. Melainkan tatapan yang seakan bisa memakanku hidup-hidup. Aku ngeri sendiri membayangkannya.
Aku yang ditipu oleh dia pun bukannya marah, justru malah terkekeh geli. Aku menganggap kalau dia hanya mengerjaiku saja dan tanpa waktu panjang lagi aku langsung membuang catatan nomor itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Happiness (END)
Non-FictionGak tau mau buat deskripsi gimana, tapi aku harap kalian faham. Cerita 'My Happiness' merupakan pengalaman pribadi aku. Aku yang menyukai seorang lelaki yang bahkan lelaki itu tak kuketuahui dia menyukaiku juga atau tidak. Tapi satu yang selalu ada...