Lana - Im Seulong

28 4 4
                                    

Aku jalan cepat dari halte ke minimarket dan langsung ngambil beberapa botol minuman, termasuk Soju. Hari ini Shin Hae mungkin bakal nginep di rumah temennya buat ngerjain tugas kuliah. Daripada bosan di flat sendirian, aku memilih pergi ke basecamp sepulang kuliah.

Kutekan nomor kombinasi kunci pagar yang udah kuhafal di luar kepala, saking seringnya aku dateng. Aku mengernyit begitu ngeliat pintu depan yang kebuka. Lebih lagi, ada grand piano hitam bertengger di dekat pintu kaca, ke arah taman.

Daebak! Dasar artis! Mentang-mentang mereka punya uang banyak, jadi seenaknya beli grand piano segede gaban! Padahal mereka lebih sering di luar daripada di basecamp.

"Oppaa!!" Aku sedikit berteriak. Nyari siapa pun karena basecamp sunyi senyap.

'Tapi kalo pintunya kebuka, berarti kan ada orangnya. Atau mungkin mereka lupa nggak nutup pintu? Atau ada yang masuk waktu mereka pergi?' Aku membatin sambil celingukan.

Rasa penasaranku sama grand piano baru itu lebih kenceng dibanding rasa penasaran terhadap keberadaan anak-anak sirkus yang masih belum keliatan. Kuletakkan kantung belanjaan dan tasku di atas meja, dan ngedeketin grand piano yang masih mengkilap, terus duduk di bangkunya.

Aku nggak mahir main piano. Cuma tau beberapa lagu, salah satunya lagu klasik Beyer No 8. Meski ingatanku seadanya, aku mulai menekan tuts piano dengan tempo sangat lambat. Aku juga cuma muter di beberapa not awal karena nggak inget not selanjutnya.

Tiba-tiba di sebelahku ada sepasang tangan yang ikut mainin lagu yang sama, dengan tempo yang sama. Bedanya, waktu aku berhenti di not terakhir yang aku tau, orang di sebelahku nerusin lagunya.

Emang dasarnya lemah sama yang pinter main musik, aku bengong merhatiin sepasang tangan kurus itu menari di atas tuts, sampai lagunya selesai.

"Waaahh daebak!!" Aku spontan ngejerit dan tepuk tangan pelan. Beres heboh, aku baru noleh dan kaget waktu sadar ternyata orang di sebelahku bukan salah satu anggota gerombolan sirkus.

"Eh, a.. annyeonghaseo.." Gugup, aku berdiri dan nganggukin kepala.

"Annyeonghaseo.." Laki-laki itu ketawa kecil ngeliat aku gelagapan. "Kau mencari Taecyeon?"

"Eh.. ani.." Aku salah tingkah. Niatku dateng emang nggak nyari siapa-siapa.

"Lalu?"

"Eh.. itu.." Aku makin salah tingkah. "Aku biasanya mengabari siapapun sebelum datang. Tapi, hari ini temanku pergi dan kupikir aku akan merasa bosan. Jadi aku memutuskan pergi kemari. Sepertinya mereka semua sedang tak ada di rumah, ya?"

"Ne, mereka ada pemotretan. Tapi kurasa tak akan lama." Laki-laki itu berdiri. "Aku Seulong." Dia ngulurin tangannya.

Rasanya aku familiar sama nama itu, tapi nggak ngeh dia siapa. "Jeoneun Lana imnida." Aku nyambut uluran tangannya sambil nyebutin nama dengan sopan.

"Jadi, kau akan menunggu mereka pulang, atau mau ikut pergi denganku?" Seulong memasukkan tangannya ke saku celana.

Aku mikir sebentar, sebelum akhirnya merogoh tas dan ngambil ponselku.
"Jamkkanmanyo." Aku ngelirik sekilas ke arah Seulong dan mencet nama Taecyeon. Setelah beberapa kali nada sambung, suara Taecyeon kedengeran di seberang.

"Oppa, eodiya?" Aku memastikan dia masih pemotretan begitu teleponku dijawab. "Arasseo. Aku.. boleh pergi dengan Seulong Oppa?" Pertanyaan berikutnya kulontarkan sambil ngelirik Seulong yang nahan senyum. "Ara. Annyeong Oppa!" Setelah dapet lampu ijo, aku langsung matiin ponsel dan melemparnya ke dalam tas.

Lovely Beast Spin Off (One Shot Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang