BAB 1

11 0 0
                                    

Maret, 2019

But if you loved me

Why did you leave me

Take my body

Take my body

'All I Want' lagu milik Kodaline menemani lemburku. Tidak ketinggalan secangkir teh hangat yang setia menyemangatiku. Ah, aku selalu teringat seseorang setiap kali mendengar lagu ini. Apa kabar kau disana?

Perkenalkan namaku Aliya Rizza. Aku seorang Editor Novel yang punya cita-cita menjadi penulis. Aku bukan Editor yang handal. Aku masih dalam tahap belajar. Aku suka sekali dengan Job ini. Dengan menjadi Editor aku bisa menjelajahi dunia imajinasi melalui tulisan penulis-penulis hebat. Walaupun cita-citaku adalah menjadi penulis, tetapi aku enjoy menjalani profesiku saat ini. Karena yang aku tahu, ketika kamu mencintai pekerjaan tersebut, seiring berjalan waktu kamu akan menikmatinya sekalipun bukan passion-mu.

"Al, aku duluan, ya. Nggak apa-apa kan?"

"Iya, Mbak. Sebentar lagi aku kelar kok."

"Jangan terlalu malam. Jangan sampai ketiduran di kantor lagi."

"Siap, Mbak!"

"Bye!"

Yang tadi itu adalah Mbak Raina, Editor seniorku. Beliau mengajariku banyak hal. Satu yang harus kalian tahu. Mbak Raina tidak pernah marah sekalipun. Sudah, sudah. Sekarang balik lagi pada pekerjaanku.

"Siapa yang akan kamu temui dan apa yang akan kamu lakukan jika kamu diberi satu kesempatan?"

Entah mengapa, membaca dialog di Novel yang sedang aku edit sontak membuatku terdiam. Lagi dan lagi, aku teringat dia. Tiba-tiba aku berpikir ingin melakukan sesuatu jika bertemu dia lagi.

***

Pukul 06.00 pagi aku tiba di terminal. Aku akan bertemu Penulis Novel yang sedang bekerjasama denganku. Kami akan bertemu di daerah Bekasi. Aku sengaja naik bus karena ingin menikmati perjalanan kali ini. Menurutku rasanya berbeda jika bepergian naik bus dengan naik mobil pribadi. Entah mengapa aku ingin melamun sepanjang perjalanan. Walaupun jaraknya tidak terlalu jauh dari Jakarta, tetap saja menyenangkan bagiku.

Aku akan bertemu Mbak Ica, sang Penulis di Kafe miliknya. Aku baru tahu kalau Mbak Ica seorang Enterpreneur juga. Keren banget. Aku salut sama Mbak Ica karena masih punya waktu untuk menulis. Mungkin saja Mbak Ica sibuk juga dengan bisnisnya. Namun, beliau masih semangat untuk menyelesaikan tulisan ini. Asal kalian tahu, Mbak Ica sudah menikah dan memiliki tiga orang anak. Keren, kan? Keren banget!

Alright. Aku sudah sampai di Kafe Mbak Ica. Kafenya belum buka karena jam operasionalnya dimulai jam 11 siang.

"Hai, Aliya." sapa Mbak Ica saat melihatku masuk ke dalam Kafe.

"Hai, Mbak. Wah, keren banget Kafenya."

"Terimakasih, Al. By the way, kamu sudah sarapan?"

"Sudah, Mbak."

"Aku buatkan Sandwich, ya? Kamu duduk saja dulu."

"Mbak, aku sudah sarapan, lho." jawabku sambil meletakkan tas di kursi.

"Kamu kan makannya banyak." Mbak Ica menyeringai.

Nah, begitulah Mbak Ica. Kalau bertemu aku kerjaannya meledek terus. Tetapi, selama itu benar aku tidak akan marah.

A & ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang