Rain adalah anak laki laki yang ceria dan iseng, ada saja tingkah nya yang membuat ke dua kakak nya kesal. Walaupun rain anak nya iseng, tapi rain sangat di sayang oleh keluarga nya. Walaupun rain sakit, tapi dia tidak menunjukan sisi lemah nya pada...
"Iya kak, kak varo demam dan menggigil " kata rain sambil mempraktekan varo yang menggigil kedinginan.
"Astagfirullah" panik bima dan langsung berjalan untuk melihat ke adaan varo, sementara rain mengikuti nya dari belakang. . . .
"Dek lo kenapa? Panik bima sambil mengecek kening varo.
"Badan gue nggak enak banget kak, duh...sakit semua badan gue" keluh varo membuat bima semain khawatir
"Aduh..gimana ini?kok bisa sih tiba tiba demam gini?" gumam bima.
"Covid kali kak" celetuk rain.
"Rain jangan ngomong sembarangan! Kamu ini bikin marah kakak aja" kesal bima.
"Maaf kak, rain salah" sahut rain dan duduk di sisi ranjang.
Bima menghela nafas panjang saat melihat rain yang menunduk dengan wajah sendu.
"Maafin kakak ya, kakak tadi ~ "- bima
"Nggak papa kok kak, rain nggak marah" sergah rain dengan senyum yang dia paksakan.
"Kakak tau rain marah kan? Maafin kakak ya?"- bima.
"Iya kak rain maafin kok, oh ya kak kita panggil ayah sama bunda aja gimana?" usul rain dan bima mengsngguk setuju.
"Kamu tunggu sini aja ya! Biar kakak yang panggil ayah sama bunda" kata bima dan rain hanya mengangguk sebagai jawaban. . . .
Bram dan rani masuk ke kamar dengan khawatir, mereka langsung cemas setelah di beri tau kalau varo demam.
"39°C " kata bram setelah mengecek suhu nya.
"Bunda kita ada obat demam kan?" tanya bram.
"Ada yah di laci" sahut rani sambil mengompres kening varo.
"Bima tolong ambilin obat di kamar ayah ya!" pinta bram dan bima mengangguk sebagai jawaban.
"Kak varo nggak papa kan bunda?" tanya rain khawatir.
"Nggak papa sayang, kakak cuma demam biasa aja kok nanti juga sembuh" sahut rani dan rain mengangguk seraya melihat varo dengan sendu.
"Kak varo cepet sembuh ya, jangan sakit. rain sedih kalau lihat kakak sakit" kata rain sambil memijat tangan varo.
"Uhuk - ha'cih" varo batuk dan bersin tepat di depan rain.
Rain tidak mengatakan apapun, dia hanya mengusap wajah nya seraya menghela nafas.
"Maaf dek, kakak nggak sengaja" - varo.
"Nggak papa kok kak, rain tau" sahut rain dan varo mengangguk lemah.
"Ayah - bunda ini obat nya" kata bima yang baru datang. Dia memberikan obat nya pada bram.
"Nak minum obat nya dulu ya!" titah bram sambil memasukan obat penurun demam ke mulut varo
Varo langsung menelan obat nya dengan bantuan air yang di berikan rani.
Setelah meminum obat, varo perlahan tidur walaupun masih menggigil.
"Rain tidur di kamar kak bima aja dek! Biar kak varo ayah sama bunda yang nemenin" titah bram tapi rain meenggeleng sebagai jawaban.
"Nggak mau ayah, rain mau nemenin kak varo juga" sahut rain dan tetap pada posisi nya.
"Ya udah kalau gitu,tapi kalau ngantuk tidur aja ya!" kata rani dan rain mengangguk sebagai jawaban.
Setelah nya, rani dan bram duduk di kursi belajar milik varo dan rain, sedangkan bima mengambil kursi belajar dari kamar nya. Sedangkan rain tidur di samping varo. . . .
07.30 wib.
Varo membuka mata nya, dia melihat rain yang tidur sambil memeluk nya dengan senyum kecil nya.
"Dasar bocil bisa bisa nya lo ngiler di baju gue" kekeh varo saat mengatakan nya.
Perlahan dia menggeser rain ke bantal sebelah nya karena dia mau ke kamar mandi.
Hanya ada rain, karena rani - bram dan bima sudah bangun dan keluar dari kamar mereka.
Di kamar mandi, varo berpegang kuat pada wastafel karena merasa pusing dan mual.
"Aduh...kenapa jadi kayak gini sih? Nggak enak banget rasa nya badan gue" keluh varo dan mencuci muka nya biar lebih segar, kemudian keluar dari kamar mandi setelah nya.
"Kak varo udah bangun? Kok nggak bangunin rain sih?" tanya rain yang sudah duduk di kasur sambil mengucek mata nya.