- Papat -

224 27 9
                                    

Sebuah mobil SUV telah memasuki pekarangan yang cukup luas setelah pagar otomatisnya terbuka berkat kode sang kemudi. Segera baginya untuk turun dan membukakan pintu bagi sang Raja.

Ya, siapa lagi jika bukan Taetae. Pemuda manis yang sudah mengangkat pipi tirusnya naik hingga kelopaknya menyipit. Ada rona merah jambu disana. Sebab sang surya di atas nirwana begitu gagah menyorot siang ini. Walau sebenarnya si empu memang sedang tersipu saat ini.

Sang pemilik rumah turut membuka pintu bagian tengah, mengeluarkan dua koper besar sekaligus ke pijak tanah. Berlanjut pintu bagian belakang yang menjadi sasaran untuk jackpot selanjutnya, kardus-kardus besar. Konon isinya berupa sepatu, sandal, juga mainan. Ya seperti remote control dan ps 5 yang menjadi hadiah sang mantan sugar daddy turut di boyong untuk mengisi kamar baru.

Kalian tak akan menemui seorang berlari tergopoh untuk membantu membawa barang-barang mereka disini, karena memang Jin— si pemilik plastik dan gerai meubel itu sebelumnya tinggal seorang diri.

"Mas, aku bantu!" ucap si adek penuh semangat saat akan mengangkat satu kardus besar.

"Jangan dek. Biar mas. Kamu bawa kopernya masuk aja ya"

Tatap tak suka dengan dua tangan terlipat di depan dada langsung di terima Mas Ganteng.

"Aku juga cowok lho mas!"

"Mas tahu, dek. Tapi mas gak mau badan kamu pegel-pegel nanti."

Bibir tipis itu berusaha keras menahan senyum yang ingin mengembang bak roti yang di uleni dengan fermipan. Ia gulung bibirnya kedalam sambil menunduk malu sambil meremasi ujung jaket yang ia kenakan.

Bisa jadi mau bikin gue cape gegara hal lain kan? Positive Thinking aja gue deh. hihihi.

"Masuk dulu, dek. Kamu kepanasan tuh. Sampe pipinya merah"

Sungguh, Taetae ingin menyambar pria sepertiga abad ini saat itu juga. Beruntung akal sehatnya masih bekerja, walau akurasinya tak lebih dari sepuluh persen.

"Ih, mas udah gak sabar ya. Hihihi"

Pemuda rupawan itu berlari kecil seraya menggeret dua koper sekaligus. Surai bergelombangnya naik turun nan berkilau di terpa kilauan. Ingin sekali Jin usap lalu di tepuk halus, tetapi— belum saatnya.

Sebelum lamunan manisnya berubah menjadi keruh, pengusaha kaya raya itu menggendong satu kardus untuk di pindahkan ke dalam setelah sendirinya menekan kombinasi sandi pada pintu smartlock. Jadi, tak perlu lagi memakai kunci. Tingkat keamanan juga tak perlu di ragukan lagi.

"Wah, akhirnya aku balik kesini pas udah jadi suaminya mas. Sik Asik!" seru Taetae kembali melompat kecil meninggalkan kopernya di ruang muka. Jin hanya bisa terkekeh.

"Memangnya mau jadi apa kalau kesini lagi, dek?" godanya sambil mendorong kardus bergantian.

"Suami dong. Aku bakalan patah hati banget kalo gak bisa dapetin mas. Tau sendiri kan aku sampe kurus bannget banget banget pas mas stop hubungin aku gegara skripshit" menyadari umpatannya, Taetae segera mengatupkan bibir rapat.

"Gitu ya? Padahal jadi mbok disini juga gak papa lho dek"

Pemuda menggemaskan itu melebarkan iris sebelum mendecih seraya mengerlingkan bola mata.

"Ih, masa gitu. Cakep begini lho akunya"

Memasuki ruangan santai, si suami muda segera membuka lebar pintu kaca yang menampilkan pekarangan luas dan kolam renang. Tulang pipinya mengeras sebelum terangkat naik untuk kedua kali. Segala memori manis akan masa pendekatan kembali terngiang.

GARWA - siGAR-ing nyaWA [JINV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang