Stalking

45 32 15
                                    

Happy Reading!
Jangan lupa vote dan komen ya!!

•••

"Can, kita jadi nih stalking cowok yang lo maksud?" tanya Devi yang aku angguki.

"Jelaslah, kita harus banget cari tahu mereka semua," jawabku yang bersemangat 45 untuk mencari mereka, men-stalking dari jarak jauh.

"Ya udah kalau gitu gue ikut," ujar Devi yang sudah siap dengan tasnya.

Semua siswa sudah keluar dari kelasnya masing-masing. Alya mendekatiku dan berkata, "Gue juga mau ikut!"

"Gue juga," sahut Tara yang juga ingin ikut.

"Lo Via?" tanyaku yang membuat gadis itu mendongak, lalu mengangguk pelan.

"Oke kalau gitu kita pesen taksi online aja, bentar gue pesenin dulu." Aku membuka aplikasi online yang menyediakan transportasi online.

Aku memesan dan menyertakan alamat mana yang saat ini berada serta tujuan yang akan di tujukan.

"Gais kita ke depan yuk, kasian bapak sopirnya kalau enggak tahu kitanya di mana lagi," tuturku yang diangguki mereka berempat.

Aku dan mereka menuju depan, duduk di kursi tunggu koridor, hingga tak lama sebuah pesan dari sopir taksi online yang sudah berada di depan gerbang. Aku dan mereka berempat segera menghampiri taksi online di depan, lalu menaikinya.

Waktu yang ditempuh selama perjalanan dari sekolah ke rumahku cukup sebentar, hanya saja kitanya yang malas untuk berjalan kaki. Sesampainya di depan rumahku, kita berlima masuk ke dalam, meletakkan tas, melepaskan kaos kaki yang menempel dimasukkan ke dalam tas.

Lalu aku dan mereka turun dan memulai aksi stalking. Aku menunjukkan salah satu rumah yang menjadi target kita, "Itu gais rumahnya, di dalam rumah itu gue lihat ada enam cowok yang kayaknya sih seumuran kita kok."

"Gue percaya sama lu," tutur Devi yang menepuk pundak kiriku.

"Saae lo Memun," desisku yang malah mendapatkan jitakan dari Tara. "Nih anak otaknya astaghfirullah banget," ujar Tara yang membuat aku terkikik.

"Ya mangap. Btw kita ngumpetnya di mana?" Aku melempar tanya pada mereka berempat.

"Di sana aja," tunjuk Via yang melangkah duluan. Aku dan tiga temanku mengikuti arah yang menjadi langkah Via.

Aku dan mereka berempat bersembunyi di balik pohon besar yang berada di seberang rumah besar itu. Aku duduk di bawah, sedangkan lainnya berdiri dan mengumpat di balik badanku.

Pohon tua ini cukup besar, jadi mampu menutupi keberadaan aku dan mereka berempat. Hingga Alya memekik girang dengan suara yang ditahan, "Gais itu!" Alya menunjuk ke arah rumah yang kutuju saat mereka baru tahu.

Ada sekitar enam orang cowok berbadan tinggi memasuki rumah itu, mereka menatap sekitar, membuat aku menarik tubuh otomatis ke balik pohon besar, rupanya bukan aku saja yang begitu. Tetapi, teman-temanku yang lain juga melakukan hal yang sama seperti itu juga.

"Anjir hampir aja ketahuan," umpatku dengan suara lirih.

Devi membisikkan suaranya di telingaku, "Untung aja pohon ini gede, Can, mampus kita kalau ketahuan."

The Geng's ✅ (Akan direvisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang