Author POV
Pintu gerbang sekolah sudah terkunci sejak empat puluh lima menit yang lalu, sementara gadis bernama Navy ini baru saja tiba di sekolahnya. Telat sekolah sudah menjadi kebiasaannya sejak menjadi siswa baru, akan tetapi berbeda dengan hari ini. Hari ini adalah hari pertama di semester pertama kelas sebelas. Hari pertama semesteran seperti ini pasti banyak penertiban dan sudah pasti ia tak bisa terlepas dari hukuman.
"Ah, sial! Masa gue bolos dihari pertama sih? Padahal cuma telat empat puluh lima menit aelah. Oh iya, gue lupa kan bisa lewat pagar samping! Semoga sepi." Navy bermonolog.
Pagar samping adalah jalan pintas terbaik selama ini, tidak ada yang tau karena berada di dekat ruang laboratorium kimia yang jarang digunakan. Tinggi pagar sekitar dua meter cukup sulit memang jika memanjat dari luar. Dari dalam juga sih sebenarnya, tapi tidak untuk Navy ia sudah terbiasa melewati jalan ini.
Setelah memanjat dari luar, ia akan duduk di atas pagar kemudian memanjat pohon mangga dan turun dengan selamat. Cukup mudah bukan?
Kini Navy sudah berada duduk di atas pagar. Namun terdengar suara-suara ramai dari depan gedung laboratorium kimia itu. Matanya menyipit melihat segerombolan siswa didepan gedung itu. Navy mengumpat dalam hati, mengapa anak OSIS kurang kerjaan sekali membawa siswa baru mengelilingi sekolah dan pagi-pagi seperti ini sudah dibawah ke laboratorium kimia.
"Heh Lo terlambat ya?"
Mata Navy membelalak sempurna melihat pria berseragam lengkap dengan almamater yang muncul dari tembok laboratorium. Sial, Navy tertangkap basah dengan ketua OSIS! Dia tidak akan bisa lepas dari hukuman.
"Cepetan turun. Sebelum ada yang lihat!" Kata ketua OSIS itu.
Navy menyerit bingung dengan perkataannya. Apa mungkin ketua OSIS akan membiarkannya lari dari hukum yang penting tidak ketahuan anak-anak didepan laboratorium itu? Tapi Navy ragu, ia belum pernah melihat kemurahan hati ketua OSIS itu untuk melepaskan pelanggar aturan sepertinya.
"Budeg ya Lo? Cepetan turun!" Katanya lagi.
Tanpa menunggu lama Navy langsung beralih memanjat pohon mangga. Tapi sialnya baju seragamnya tersangkut di pohon itu. Tangannya sibuk melepaskan bajunya yang tersangkut. Sementara itu, anak-anak didepan laboratorium mulai memasuki ruangan. Akan terlihat jelas dari dalam laboratorium seorang siswa yang nangkring di atas pohon mangga di belakang gedung untuk itu ketua OSIS itu langsung menarik tangan Navy.
Bruk
"Anjing sakit!" Kata Navy sambil berusaha berdiri.
"Jangan teriak bisa nggak sih?" Kata Daniel si ketua OSIS.
Daniel membekap mulut Navy dan menariknya ketempat yang tidak terlihat dari jendela laboratorium. Navy yang kesal langsung berusaha melepaskan diri dari Daniel.
"Gue nggak ngerti ya maksud Lo. Kalo Lo emang mau hukum gue, setidaknya jangan buat gue jatuh dari pohon! Lu kira nggak sakit?!" Kata Navy sudah naik pitam.
Daniel meletakkan telunjuknya didepan bibir mengisyaratkan agar Navy diam dan tenang. Tapi bukan Navy namanya jika tidak berontak.
"Anjir! Kancing baju gue hilang gara-gara Lo! Sialan!" Kata Navy yang tersadar kancing baju atas yang kedua hilang.
Krekk
Jendela laboratorium kimia terbuka. Beberapa siswa baru dan anggota OSIS melihat Navy yang sibuk mencari kancing bajunya yang entah hilang kemana serta Daniel si ketua OSIS yang terpaku di tempat.
Anggota OSIS didalam laboratorium yang paham dengan kejadian yang tidak seharusnya mereka lihat langsung memberi arahan kepada para siswa baru agar menjauhi jendela belakang laboratorium.
"Dan, dia kenapa?"
"Lo nggak apa-apain dia kan?" Tanya salah satu anggota OSIS ragu.
"Gue jelasin nanti guys, gue hukum dia dulu." Kata Daniel kepada teman OSISnya dan menggapai lengan Navy.
"Apa Lo mau hukum gue? Setelah apa yang Lo lakuin ke gue? Heh, anak OSIS liat kancing baju gue ilang gara-gara dia!" Kata Navy sambil menunjukkan kancingnya yang hilang.
Berapa anak OSIS membuka mulut lebar. Mereka tidak cukup percaya dengan Navy, tapi keadaannya sekarang berbeda, baju Navy dan Daniel sama-sama berantakan ditambah kancing seragam atas Navy yang hilang. Bukankah itu cukup mencurigakan?
"Ada apa ini Daniel?" Tanya seorang guru.
"Bu, dia udah bikin saya seperti ini! Dia mencoba berbuat yang nggak nggak sama saya. Lihat kancing seragam saya hilang dan tangan saya berdarah." Kata Navy yang membuat anak OSIS membulatkan bibirnya sekali lagi.
"Navyra!" Teriak Daniel marah.
Navy berpura-pura memasang muka melas mendengar teriakan Daniel.
"Daniel kamu bawa dia ke ruang saya. Saya tidak mengerti maksud kalian, silahkan jelaskan di ruangan saya!" Kata guru itu.
Daniel menyeret tangan Navy dengan kasar ia bahkan tidak perduli dengan luka di tangan Navy.
"Gue nggak ngerti sama Lo pagi ini. Tapi karena Lo bertindak semau Lo, gue bakal seret Lo kedalam skandal." Kata Navy dengan senyum licik.
Daniel tak menghiraukan ucapan Navy. Sesampainya di ruang BK, Daniel langsung di interogasi oleh Bu Gina selaku guru BK. Meskipun Navy mengaku sebagai korban tapi ia tidak di berikan kesempatan untuk menjelaskan dari sudut pandangnya. Jadi rencana Navy untuk menyeret Daniel kedalam skandal gagal!
***
"Sialan emang si ketos prik. Masa gue sekolah pake baju begini? Auroranya kemana-mana dong bang. Bukan sok suci apa begimana ya, tapi kalo ada yang cepu sama orang rumah gue sekolah begini kan nggak seru bos." Kata Navy bermonolog.
Diperjalanan menuju kelas ia melihat seorang siswi bersweater pink sedang dikerumuni lima orang kakak kelas seperti sedang dibully. Navy menajamkan pengelihatannya, siswi itu kalo tidak salah adalah teman sekelasnya. Matanya berbinar dan ia tersenyum cerah buru-buru Navy menghampiri kerumunan itu.
"Ngapain Lo kesini?" Tanya seorang kakak kelas yang sedang membully itu.
Navy tak menjawabnya malah menarik lengan teman sekelasnya itu.
"Gue masih ada urusan sama dia, dan Lo nggak usah sok pahlawan ya!" Kata kakak kelas berambut cokelat terang.
"Besok aja lu lanjutin, gue lagi butuh dia." Kata Navy santai.
"Enak aja lu ngatur gue!"
"Gue juga mau bully dia, gantian kenapa?" Kata Navy dan menyeret gadis itu menuju kamar mandi yang tak jauh dari kelasnya.
"Lo beneran mau bully gue?" Tanyanya sambil tertawa getir.
"Buka sweater Lo"
Gadis itu tak melakukan apa yang diperintahkan Navy malah tersenyum kecut memalingkan wajahnya dari Navy.
"Oke, gue ambil sendiri." Kata Navy.
Mata gadis itu melotot saat Navy hendak melepaskan sweaternya. Meskipun gadis itu berontak tapi Navy tetap berusaha melepaskan sweater itu dan mau tak mau gadis itu hanya mengalah.
"Lihat, kancing baju gue copot. Lu nggak mau bantu temen sekelas lu sendiri?" Kata Navy sambil memakai sweater itu.
Gadis itu hanya diam tanpa menjawab.
"Ck, gue balikin deh besok. Kalo nggak lupa." Kata Navy beranjak keluar dari kamar mandi.
Tapi gadis yang diambil sweaternya itu hanya diam dan menunduk tidak berani menatap Navy.
"Lu nggak mau ke kelas? Siapa nama Lo? Denise bukan?" Kata Navy.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tutorial menolak perjodohan
Teen FictionGue nggak tau ini cerita bakal ada yang minat apa nggak, yah gimana ya sekarang cerita tentang perjodohan ratingnya bagus woy. Sementara cerita gue malah bertolak belakang sama minat baca readers sekalian. But, cerita ini gue dapet inspirasi dari ce...