Prolog

2 1 0
                                    

Anak perempuan berusia empat tahun itu kembali berlari, mengejar saudara sepupu yang terpaut usia dua tahun lebih muda darinya.

Kania menjerit bersamaan dengan sang sepupu saat berhasil merebut boneka yang sebelumnya diculik oleh seorang pria dewasa dan kini balik mengejar mereka.

Keadaan ruang keluarga kediaman Riyadi--sang kakek--tengah ramai. Anak-anak dari pria tua itu tengah berkumpul. Beliau baru memiliki dua orang cucu, yakni Kania dan juga Syahla.

Sejak beberapa jam lalu, Kania dan Syahla bermain kejar-kejaran. Beberapa kali, Syahla menjerit dan meminta bantuan pada sang kakak ketika merasa terancam, di mulutnya masih menggantung botol susu yang masih tersisa setengah isinya.

"Kyaaaa!" Teriak keduanya saat sang Paman sudah berada di depan mata, baik Kania maupun Syahla berpisah dan berusaha menyelamatkan diri masing-masing.

Namun, entah karena kaki Syahla yang terlalu kecil hingga langkah pendeknya membuat sang Paman berhasil menangkapnya, hal itu membuat Kania berbalik dan berusaha membantu sang adik sepupu.

Kania memukuli punggung lelaki besar tersebut, bahkan mencubit lengan bawah pamannya agar melepaskan Syahla segera.

Berhasil, Syahla bisa diselamatkan!

Kania dan Syahla kembali berlari ke arah satu ruangan. Merasa menjadi orang yang lebih besar dan memiliki tanggung jawab untuk menjaga Syahla, Kania mendorong adiknya itu untuk masuk lebih dulu, sedangkan ia berjalan mundur untuk menghadang monster jadi-jadian yang mengincar mereka.

Kania kecil tidak tahu apa pun, selain tujuan bahwa ia dan Syahla harus selamat untuk memenangkan permainan. Hingga kakinya berubah tak seimbang ketika menginjak ujung gorden dan bobot tubuhnya memberat ke belakang.

Kania memejamkan mata, bersiap untuk rasa sakit yang sudah pernah terpola di kepalanya saat punggung kecil itu akan langsung menghantam lantai.

Namun, itu tidak terjadi. Kania menatap langit-langit ruangan tanpa rasa sakit sama sekali. Sebaliknya, ia merasa sesuatu yang cukup lembut di punggungnya dan mendengar suara tangis dari Syahla yang entah berada di mana?

Kania masih belum bisa mencerna apa pun saat beberapa orang dewasa datang menghampiri mereka, lalu salah satunya menarik paksa Kania untuk bangun. Di saat yang sama, Kania bisa melihat Syahla yang menangis sambil terbaring di lantai.

Iya, Kania jatuh menimpa Syahla.

"Gimana sih, mainnya?" Suara sang Tante terdengar keras tertuju pada Kania, wanita itu menggendong Syahla yang masih menangis sambil menatap tajam ke arah Kania.

Kania tidak mengerti banyak hal saat itu, tetapi cukup tahu bahwa tatapan orang-orang terhadapnya menunjukkan bahwa mereka marah.

Anak itu hanya diam di tempat, melihat Syahla yang masih menangis di pangkuan ibunya. Beberapa orang juga berusaha membujuk, bahkan paman yang tadi berperan sebagai monster, kini bergegas memberikan kembali botol susu dari keponakannya yang sempat terlepas.

"Mama ...," rengek Syahla masih menangis kencang, mendapat peluk dan usapan hangat dari ibunya.

Semua disaksikan oleh Kania, dengan rasa sepi yang masih belum bisa anak itu kenali.

Untuk ke sekian kali, Kania sadar, bahwa ia tak memiliki apa yang Syahla miliki saat ini.

Iya, Kania tidak memiliki seseorang yang bisa ia panggil dengan sebutan, Mama.





Tbc.

Halo gais, ini cerita pertama aku semoga ada yang baca dan sudi mampir ya di sini

Mohon dukungannya dengan cara vote dan komen

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KALOPSIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang