Part 1

24 2 0
                                    

Pagi ini terlihat gelap. Keadaan langit menggambarkan hari masih malam. Tidak ada sinar matahari sebab tertutup oleh awan hitam. Selain sebagai fenomena alam, langit mendung kerap diartikan sebagai perasaan sedih. Awan yang biasanya berwarna putih cerah akan menumpahkan tetesan air. Rintik air itu seperti menyiratkan artian yang mendalam, untuk tidak menyerah akan suatu hal yang membuatmu berfikir bahwa kehidupan ini kejam. Tapi memangkan kalau jalan yang harus dilewati setiap orang berbeda-beda. Kadang kita memang perlu mensugesti diri sendiri bahwa, 
"jangan putus asa menghadapi kesusahan. Karena rintik hujan yang jernih juga berasal dari awan yang hitam". Dengan harapan untuk tidak takut maju ke depan, walaupun yang ada dibelakang membuatmu luka. Berhasil menghancurkan mentalmu. Yang hanya serapuh kaca tipis saat sengaja diinjak.

Air hujan jatuh semakin deras dengan udara pagi yang dingin. Tidak banyak hal yang dapat dilakukan pada saat hujan tiba. Hawa dan suasana yang tidak mendukung untuk melakukan aktivitas seperti biasanya. Hujan yang membawa banyak kenangan.

______________

Tidak ada yang tau bahwa ada dua anak laki-laki yang tinggal di dalam hutan pinggir kota. Selama ini, hutan itu memang belum pernah diinjak oleh manusia. Hutan gelap, rimbun serta pepohonan yang rindang dan tinggi dengan daun-daun yang lebar dan lebat. Berkabut tebal seperti asap.

"Kak" anak kecil yang termenung duduk di kayu yang hampir seperti kursi sudah lapuk. Menoleh. Saat hujan, udara cenderung dingin sehingga kita menjadi sering melamun. Saat melamun inilah terkadang kenangan-kenangan yang terjadi akan teringat kembali. Saat musim hujan orang jadi gampang merasa sedih dan stres. Itulah sebabnya perasaan rindu muncul saat hujan turun.

"Ada apa?, Masuklah udara diluar dingin" senyum tulus tersirat kesedihan nampak di wajah anak laki-laki yang terlihat lebih dewasa dibandingkan umurnya.

"Tidak usah difikirkan, kita akan tetap bisa hidup" tangannya terjulur pelan ke atas mengusap rambut lembut sang Adik yang bewarna putih keabuan. Memang sedikit aneh, sangat berbeda dengan rambutnya yang berwarna hitam kelam. Saat tinggal dilingkungannya yang dulu saja, banyak pasang mata yang menatap jijik kepada Adiknya. Entahlah, mungkin menurut orang-orang itu sesuatu yang aneh. Beberapa menit kemudian terdengar helaan nafas kasar. Matanya terpejam, lalu bergerak menatap dengan pandangan lurus ke depan.
Dunianya memang terasa kejam. Bahkan untuk anak sekecil mereka.

"Ya, aku mengerti kak. Dia hanya wanita jahat yang tidak pantas diharapkan. Setelah membuang kita kesini" sorot matanya dipenuhi perasaan sedih dan kecewa yang mendominasi. Berkali-kali matanya di kedipkan agar air matanya tidak menetes. Sedih yang paling terasa. Saat mengingat Ibu yang sudah melahirkannya tidak pernah sekalipun peduli. Bahkan sekarang yang lebih parah.

"Apa kau lapar?" Tanyanya mengalihkan pandangan kepada sang Adik. Dilihatnya badannya yang semakin kurus. Pipinya yang tembam semakin tirus, dengan baju yang lusuh tidak ganti selama beberapa bulan lalu. Sungguh hatinya sangat sesak melihat keadaan saat ini. Tapi hatinya lebih rela mereka seperti ini dibandingkan saat matanya menyaksikan kekerasan fisik yang diberikan ibunya. Disitulah jiwanya sebagai anak hancur. Menurutnya tidak ada yang lebih buruk dari itu.

"Kakak dingin" dirinya melihat tangan kecil yang mendekap tubuhnya sendiri dengan erat. Apalagi dengan ekspresi wajah yang lucu, membuatnya tersenyum kecil. Mungkin ini lebih baik.

"Naiklah, kita akan membakar ubi. Dan menghangatkan tubuh didepan api yang menyala" jawabnya sambil membantu membawa tubuh kecil itu ke atas punggungnya. Kemudian segera masuk ke dalam gubuk tua yang kecil.



1 Februari 2022
Komentar dan follow
Terimakasih 😘

Devil HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang