Bukan karena saya mulai tidak ingat dengan bagaimana awal pertemuan dan perkenalan itu terjadi, dipertengahan cerita yang seperti apa dan akhir kisah yang membuat saya dan dia harus saling berpisah pada akhirnya.
Semuanya masih teringat dengan sangat jelas dalam cerita yang sudah mulai menjadi monokrom, warnanya pun sudah mulai pudar-abu-abu layaknya debu telah membuat semua begitu usang. Bertahun-tahun lamanya, sejak saat pertama kali kau hadir menawarkan sebuah tawa, membuatku bangkit dari cinta sebelumnya. Saya masih sangat mengingat segalanya dengan sangat jelas.
Tidak tahu, ini sebuah musibah atau berkat dari Tuhan. Di satu sisi saya menyesali karena pernah menjalani hubungan dengannya, namun di sisi lain saya bersyukur karena saya mampu kembali menemukan aksaraku yang sudah lama terkubur bersama waktu.
Semenjak saya mengenalmu, mencintai kau dan pada akhirnya saya harus melepaskanmu. Sekarang ini saya menjadi suka menulis, saya suka mengekspresikan setiap rasa yang pernah kau hadirkan lewat kata-kata yang romantis, lewat baris prosa dan senandika bahagia menjadikan saya terbang seakan diatas awan memeluk pelangi yang indah. Namun, Saat harus mengikhlaskan kau pergi pada akhirnya, saya masih menulis dan mengingatkan aksara sebagai penguatku dimasa itu.
Hingga detik ini saya masih menulis, namun tidak lagi tentang kau seperti dulu, tapi tentang masa depanku-tanpa hadirmu yang entah saat ini dimana dan bagaimana keadaannya. Saya memang masih membiarkan namamu abadi didalam story monokrom ini, namun untuk catatanku dimasa depan, namamu tidak akan pernah lagi saya hadirkan. [sudah cukup].
Jika bertanya kenapa? Karena dikau hanyalah seseorang yang tidak lagi berarti apa-apa dan dia yang akan menjadikan saya abadi di hatinya tidak akan saya buat kecewa dengan kembali menghadirkan namamu di tengah-tengah hubungan yang kini sudah kucapai untuk nantinya bersama-sama.
Didalam satu kisah yang pernah ada, saya bercerita tentang kita yang hanya sebatas dimasa lalu. Bukan untuk mengingat kau atau memintamu untuk kembali padaku, juga bernolstagia pada masa laluku saat bersama kau. Saya menulis ini hanya untuk membuat kau ingat, bahwa perempuan sepertiku tidak selayaknya untuk kau permainkan dengan sesuka hatimu.
Cerita yang sudah kutulis, sajak-demi sajak berisi tentang ke kagumanku pada sosok kau yang dahulu, puisi cinta yang menggambarkan rasa cintaku dimasa lalu, tidak akan pernah ku musnahkan, Namun saya simpan dalam lembaran kenangan. Saya menyimpannya sebagai lembaran di ingatan sepiku, [cukup] saya simpan dan tidak akan pernah lagi membuka dan membacanya kembali, jika suatu saat nanti ada yang berhasil membuka dan membaca setiap tulisanku, saya harap semoga ia bisa belajar dari kisah yang saya pernah alamin dahulu.
Untuk kau yang nanti menemukan cerita monokrom ini, saya ingin berpesan pada kau, bahwa yang terlihat baik-baik saja di mata terkadang tidak sebaik yang saat kita memahami isi dari makna pandangannya, jadi yang terlihat manis di mata maupun di lisan hanya ampas yang dia hadirkan di akhir.
Maka tidak boleh terlalu mudah untuk menerima uluran tangan, tidak boleh mudah terlena dengan apa yang dia tawarkan, jangan pula mudah untuk memberikan kepercayaan hatimu kepada seseorang yang sembarangan, jika tidak ingin merasakan yang namanya sakit Hati. Dia yang berawal menawarkan cinta dan perhatian adalah dia yang akan memberikan luka yang lebih parah dan dalam dari sebelumnya.
Perlu kalian ingat pesan saya, bahwa yang bener-bener tulus, cinta, sayang, dan juga jujur pasti tidak akan suka berkhianat, omong kosong dan berjanji akan setia namun nyatanya mendua. Itu semua sudah kunci pasti harus kau terapkan dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAYA DAN KAU YANG SEBATAS MONOKROM
Historia Cortakembali membuka setiap lembaran dalam cerita yang kini hanya menjadi saksi bisu atas semua yang pernah diukir dimasa lalu dan menjadikan semua hanya sebatas monokrom.