4. Porseni 2016

12 0 0
                                    

September dengan cepatnya berlalu, kenangan pahit juga manis berderet merangkai kata demi kata, kalimat demi kalimat pada buku diary Aya. Umur 17 tahun yang tidak terlalu monoton karena Aya memiliki teman disekolah.

Tidak terasa, waktu mencintai Aya kepada Sada sudah sangat lama. Terakhir kisah mereka sedang berada di lapangan dengan minuman paling enak setelah jus alpukat. Sudah lewat tiga bulan lebih. Sekarang sudah Desember. Dan tanda-tanda perasaan itu akan hilang pun belum ada.

Ingat tidak, akan ada acara Porseni?
Besok adalah harinya.

Malam hari sebelum besok Porseni, seluruh anggota inti Osis sepakat untuk menginap disekolah dengan catatan dilarang keluar gerbang sekolah tanpa keperluan yang penting. Sebab, keamanan adalah nomor satu apalagi bagi Pak Agus sang penjaga sekolah.

Aya bukan anak yang manja, jadi saat ditugaskan untuk menginap dia akan senang hati untuk kesekolah. Tidak ada tuntutan dari keluarga, Aya tidak merasa orang tuanya tidak sayang karena tidak pernah memberi perhatian kepadanya, kecuali kalau lagi sakit. Mungkin orang tua Aya bukan tipe yang mengekang juga bukan tidak peduli. Meski Aya sering merasa iri ketika teman lain yang diantar jemput juga di spam chat atau telfon oleh orang tuanya karena tidak ada kabar saat sepulang sekolah.

Pengurus Osis perempuan tidur di sekretariat, sedangkan yang laki-laki di kelas dengan menggunakan tikar. Mereka dengan usaha yang paling baik menurut divisi masing-masing masih terjaga, di ruang rapat. Aya yang sedari tadi mendengar berbagai kendala tak henti-hentinya menggigiti kuku karena khawatir.

"Aya, untuk juri lomba puisi, dia baru saja mengabari. Katanya dia tidak bisa hadir karena anaknya sedang sakit. Jadi bagaimana?" ucap Ken yang bertugas menjadi divisi acara.

"Kalau guru bagaimana? seperti Ibu Ida. Dia kan mengajar pelajaran Bahasa Indonesia?" tanya Aya.

"Boleh juga." ucap Sada seraya berfikir.

"Hanum, boleh minta hubungi Ibu Ida tidak ya?" tanya Aya pada Hanum yang bertugas menjadi Humas.

"Nanti aku coba ya."

Aya sebenarnya sudah sangat lelah, dikepalanya seperti banyak hal yang belum selesai. Memang banyak. Padahal kalau Aya sudah tidak bisa menangani masalah, Aya akan langsung menyerahkannya pada Sada. Kalau Sada mungkin sudah terbiasa menangani masalah seperti ini. Hari ini membuat Aya berfikir, bahwa menjadi Sada yang selalu dibutuhkan dimana-mana pasti sulit. Namun Aya juga penasaran apakah Sada memiliki kapasitas? karena Sada selalu tak terhingga dimata Aya. 

Waktu menunjukkan pukul 20.00 pm, mereka memutuskan untuk break sejenak 20 menit. Aya melihat Sada pergi keluar ruangan dengan raut wajah yang tak kalah pusingnya dengan panitia Porseni yang lain. 

Ternyata Sada duduk didepan kolam yang ada di dekat ruang rapat.

"Nih, buat Sada." Aya mengulurkan minum kepada Sada.

"Terimakasih. Ada apa?" tanya Sada sangat to the point. 

"Tidak ada, sudah selesai. Terimakasih ya." Senyum Aya sangat tulus untuk kali ini.

"Kalau ada apa-apa bilang saja ya,"

"Maaf ya sada, aya banyak kurangnya." Aya merasa tidak enak kepada Sada.

"Tidak kok, ini memang acara besar buat kamu yang pertama kali jadi ketua pelaksana." Jelas Sada.

Aya sekarang sedikit paham dengan dunia Sada yang luas, tanggung jawab yang Sada emban. Tidak mudah untuk berada diposisi Sada, dan tidak sembarang orang juga yang bisa menghadapi situasi yang kadang tak terduga, Sada sangat berhasil menjadi ketua menurut Aya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UNTUK SADATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang