Kisah ini dimulai sejak mereka pertama kali bertemu di suatu pekan raya, hari minggu kemarin. Tidak banyak bicara atau ungkapan yang dihabiskan, tetapi hanya kesenangan dan kebahagiaan yang mereka habiskan hingga waktu yang merenggut mereka karena dipaksa oleh keadaan.Pekan raya ini sangat ramai, mengingat hari ini tepat di hari minggu. Hampir semua wahana tersedia dan digemari oleh banyak orang. Akibatnya, tidak hanya lima atau sepuluh meter antrian, tetapi sepanjang lapangan sepak bola kalau boleh dilebihkan.
Mereka bertiga, Yasa, Leondra, dan Hendra, masuk ke dalam area setelah membeli tiket. Hari ini mereka tidak ada rapat yang penting di kampusnya, ralat, bukan tidak ada, tetapi sengaja bolos.
Malam sabtu gini enaknya bermain, bukan ngurusin rapat, pikir mereka sebelum merencanakan pembolosan.
"Kis, lo pokoknya hari ini harus naik semua wahana, kalo enggak, gue numpukin tugas kampus gue semuanya ke lo" ancam Yasa yang diarahkan ke Hendra yang hanya dibalas dengan mengangkat bahu saja.
Hendra, dia adalah orang terpandai di antara ketiganya. Biasanya kalau mereka malas mengerjakan atau tidak bisa mengerjakan, Hendra lah yang menjadi sasaran empuk. Dan apa yang dikatakan Hendra, apakah dia pernah menolak? Tidak sama sekali, katanya, hitung-hitung dia bisa mempelajari sesuatu selain dari yang dia selama ini pelajari.
"Kebiasaan lo, Kis, mana bisa majunya kalo lo takut terus dari kemarin." tak kalah, Leondra juga ikut mengompori.
"Ya kita lihat saja nanti"
Yasa dan Leondra mulai merasa muak, setiap kali jawaban Hendra akan tetap begitu saja. Kalau gak dipaksa secara langsung, ya percuma saja.
"Naik bianglala dulu yuk, yang lebih sepi ketimbang yang lain" ajak Leondra.
"Boleh deh, cepetan ngantri, keburu penuh kaya yang lain nanti"
"Kis, lo juga harus ikut ya?"
"Gimana mau ikut? tempat duduknya kecil tuh, mana cukup buat tiga orang?" jawab Hendra sambil memandangi bianglala yang terus berputar.
Sebenarnya, bukan tidak cukup, tetapi lebih ke Hendra mencari alasan. Naik bianglala yang berputar dan membayangkan berada di puncak rasanya ngeri, apalagi kalau tiba-tiba berhenti. Hendra lebih milih loncat daripada diam di dalam keranjang bianglala.
"Cukup Kis, itu ada tiga orang" ucap Yasa sambil menunjuk ke arah tempat duduk di bianglala.
"Ya iya cukup, kan bawa anak kecil, lah kita gede-gede gini"
"Gapapa Kis, dimuat-muatin kan bisa, nanti gue mangku Yasa"
"Hidih, najis lu, Le, ga mau ah gue"
"Yaelah Yas, sebentar doang, demi si triplek biar ikut kita"
"Gak mau"
"Terus gimana? harus cari satu orang lagi, biar Jangkis ikutan"
Yasa mulai celingukan, mengamati sekitarnya, berharap ada orang yang mau bersedia menerima tawarannya untuk naik bianglala bersama Hendra. Dan ketemulah, seorang anak kecil yang membawa jus alpukat yang akan mengantri juga.
"Gue, punya ide, Le"
"Apaan? mau gue pangku?"
"Bukan, dodol. Bentar deh"
"Heh, anak kecil!"
Orang yang dipanggil Yasa hanya celingukan, pasalnya dia tidak merasa seperti anak kecil yang Yasa panggil.
"Heh, iya lo, yang bawa jus alpukat" ucap Yasa sambil melambaikan tangannya
Orang itu hanya mengernyit heran, "Gue?" tanyanya, sambil memposisikan tangannya di dadanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Me and you - Ahsan Hendra
FanfictionDia tidak pernah menang, semuanya terjadi karena dunia atau Tuhan yang berkehendak, Apa bedanya? Besarnya harapan, empatinya, dan secuil doa yang mampu membuatnya bertahan. Apakah berbicara tentang satu pihak? Tidak, satu sama lain akan berhubungan...