01. Namanya SEAN

60 6 4
                                    

Happy reading 🤍

"Bil, ke dalam, yuk! Sebentar lagi LDK-nya udah mau mulai," ajak Riri.

Ayyara Salsabila Aulia, teman-temanku memanggilku Bila. Aku menoleh ke gedung aula, tampak siswa-siswi yang lolos ke tahap Latihan Dasar Kepemimpinan pada perekrutan OSIS baru sedang berkumpul di sana, memakai seragam putih abu-abu seperti yang sedang aku kenakan.

"Ri, mereka semua junior yang lulus ke tahap LDK, ya?"

Riri mengangguk, "Udah, ayo cepat ke aula!" ujarnya sambil menarik tanganku.

Aku dan Riri mengambil tempat duduk di barisan depan, bergabung bersama teman-temanku yang lain. Sejak masuk ke gedung aula ada banyak wajah-wajah asing yang menoleh ke arahku dan Riri, aku mengenali beberapa di antara mereka yang merupakan adik kelasku waktu SMP.

Teman-temanku sedikit heboh membicarakan siswa-siswi yang akan terpilih menjadi calon junior kami. Sementara aku, hanya duduk diam sembari menulis bait-bait puisi yang tiba-tiba bermunculan di otakku, sambil sesekali memperhatikan sekeliling.

Jika di OSIS ada sepuluh ciwi-ciwi yang tidak bisa diam, aku termasuk di antara mereka. Tapi, tenang saja, teman-temanku bukan sejenis trouble maker kok, mereka cukup menyenangkan. Ada Riri si model pamflet sekolah, Gea yang sedikit susah membaur, Devi si genit yang kerjaannya cuma pacaran, Fara yang bagi kami sudah dianggap seperti kakak, Fini si gadis menyenangkan yang terkadang suka jail, Dea yang suka jalan-jalan, Adira si anak volly yang terkadang suka judes, Mery si cantik anak paskibraka, dan tak lupa juga si cantik pendiam, Yura.

Devi menyikut lenganku, "Beb, tahu gak kalau calon junior kita ada yang pacaran, loh!" ujarnya antusias. Beb, adalah sapaan akrabku darinya.

"Tidak, memangnya ada, ya? Siapa?" tanyaku, menatapnya sedikit penasaran.

"Iya, ada, adik kelasku waktu SMP." Jawabnya sambil menunjuk dua orang di kursi barisan tengah, "Namanya Nathan dan Neta."

Menurutku nama kedua pasangan itu cocok, aku mengangguk. Tapi, tidak berniat untuk bertanya lebih lanjut. Semenit kemudian, terdengar instruksi dari senior bahwa LDK akan segera dimulai, gedung aula hening seketika bersama dengan kedatangan Pak Dedy sebagai pemberi materi pertama di LDK pagi ini.

🍂🍂🍂

Karena materi pertama sudah selesai, yang memakan waktu sekitar dua jam-an. Aku dan Riri pergi ke kantin, menuju warung Bang Soleh.

"Bang, es jeruk nipisnya dua dan bakso pedas satu, ya!" ujar Riri sambil mengangkat tangan.

Setelah memesan, Riri pergi ke toilet. Aku memperhatikan sekeliling, rata-rata yang memenuhi kantin ini siswa-siswi baru kelas sepuluh karena wajah-wajah mereka terlihat asing bagiku. Namun, ada seseorang yang sedikit menarik perhatianku. Dia sedang fokus memotret objek coffee cup di mejanya, teman yang duduk di sebelahnya juga ikut andil dalam sesi potret memotret itu. Dia tidak setinggi temannya, tapi kulitnya lebih putih dan memakai sepatu converse hitam, ia juga memakai hoodie berwarna kelabu.

"Hai! Lagi lihat apa sih? Serius amat, pasti lagi lihat cogan, yaa?" suara Riri mengagetkanku.

"Apaan sih, orang lagi lihat murid-murid baru juga." Sangkalku.

Bang Soleh berjalan ke arah kami dengan membawa nampan berisi pesananku dan Riri, "Ini dua es jeruk nipisnya dan bakso pedasnya, selamat menikmati." Ujarnya, lalu beranjak pergi.

Riri memakan baksonya dengan nikmat. Sedang aku, melanjutkan puisiku yang belum selesai sambil sesekali menyeruput es jeruk nipis pesananku.

Aku memperhatikan sekeliling, mencoba mencari sosok manusia asing yang mencuri atensiku tadi. Tetapi nihil, aku tidak menemukannya. Namun, aku rasa sepertinya dia salah satu dari calon OSIS baru tadi. Sudahlah, dari pada membuang waktuku untuk mencari sosoknya, lebih baik jika aku menyelesaikan puisiku yang menggantung ini.

Setelah makanan dan minuman kami habis, aku dan Riri kembali ke gedung aula, mengikuti materi LDK yang disampaikan oleh Pak Syam hingga selesai. Tepat pukul dua siang, LDK hari pertama selesai dan ditutup oleh ketua OSIS, Kak Syifa. Setelah semua siswa bubar, aku dan teman-teman pergi ke ruang OSIS untuk mengambil tas, lalu pamit pulang.

Di parkiran, kembali kulihat manusia asing tadi, memperhatikannya yang sedang memakai helm dan menaiki motor metiknya.

"Dia itu Sean, adik kelasku waktu SMP dan salah satu calon OSIS baru tadi." Ujar Devi yang entah kapan sudah berada di dekatku.

"Owh ... jadi namanya Sean? Nama yang bagus," aku tersenyum tipis.

"Kenapa senyum-senyum? Cie ... suka, yaa?"

"Ish, jangan ngadi-ngadi, deh. Udah, aku pulang duluan, ya." Ujarku dan langsung melajukan motor.

Sunguh siang yang terik, mataharinya seakan membakar kulitku, panas. Aku tidak terlalu suka memakai jaket jika ke sekolah, kecuali jika sedang hujan. Di ramainya jalanan, nama manusia asing itu masih melekat di ingatanku, Sean.

Sumenep, 02 Februari 2022

________________________
Halo, teman-teman 🙌
Aku kembali dengan cerita baru nih, semoga kalian suka :)

Sean & AyyaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang