Hari Kedua - Ujian Agama

28 9 1
                                    

"Panas ...."

Hampir setiap pulang sekolah aku dan Mun pergi membeli siomay Mang Usup yang terletak di seberang asrama. Siomay ini sangat laku terutama di kalangan murid sekolah kami dan warga sekitar. Saking lakunya, Mang Usup-penjual siomay enak ini-harus menyewa sebuah kios kecil dan menambahkan kursi serta meja untuk pembeli. Tidak peduli cuaca panas, orang-orang tetap membeli siomay.

Omong-omong, siomay Mang Usup adalah salah satu tempat makan yang tidak menggunakan jasa robot atau AI di kota futuristik ini. Rasa makanan yang dibuat langsung oleh tangan manusia jauh lebih enak daripada yang dibuat oleh robot atau AI. Hal itulah yang membuat siomay ini laku.

Kusedot es coklat yang tadi kubeli. "Aku heran kenapa mereka cepat sekali selesai."

"Maksudmu waktu ujian tadi?" Mun menyuap tahu bakso ke dalam mulutnya. "Mereka pasti bertukar jawaban seperti biasa. Yah, aku juga melakukannya."

"Ck. Hilangkan kebiasaanmu itu."

Mun terkekeh. "Meski begitu, nilaiku tetap di bawah standar. Kamu juga tidak peduli dengan itu semua, 'kan? Kamu bahkan tidak pernah melaporkannya sama sekali."

"Kalau mereka mencontek selain dengan cara bertukar jawaban, aku akan melaporkannya."

"Itu akan jadi masalah kalau mereka tahu bahwa kau yang melapor."

Aku mengerling dan mengedikkan bahu.

Besok adalah jadwal ujian Agama, mata pelajaran wajib. Kami bisa santai memakan siomay di sini tanpa memikirkan hari besok. Logika saja, jika kau benar-benar mempelajari agama yang kau anut, kau tidak perlu belajar mati-matian tepat sehari sebelum ujian Agama dilaksanakan karena semuanya sudah tertanam di otakmu. Kau tidak seharusnya melupakan ilmu agama yang telah kau pelajari.

Aku melirik ke arah tempat ngumpul para lelaki. Mereka semua teman sekelasku yang suka ngumpul dan duduk di pojokan kios Mang Usup sepulang sekolah. Sesekali ada Lion di antara mereka dan sekarang aku melihatnya di sana. Tumben, padahal besok masih ujian. Biasanya Lion tidak mau ikut main selama ujian belum berakhir.

Kemudian, para lelaki itu memainkan game online di holophone mereka seperti biasa. Yang membuatku terkejut, Lion juga ikut main! Apa akan ada badai dalam waktu dekat?

Tiba-tiba, Lion menoleh ke arahku di sela-sela permainannya. Dia menatapku sedikit lama. Aku tidak tahu apa maksudnya, jadi aku memalingkan pandangan dan menyuap potongan siomay terakhirku di piring.

"Mang! Seporsi lagi! Paket lengkap!" seru Mun pada Mang Usup yang sedang sibuk melayani pembeli yang berdatangan.

"Jangan lupa kita makan siang sejam lagi," kataku.

"Tenang saja, perutku masih muat diisi."

Siomayku sudah ludes. Kusedot es coklatku sampai habis sampai kepalaku terasa nyeri sesaat. Aku lupa kalau hari ini panas sekali.

Beberapa menit kemudian, siomay porsi kedua milik Mun siap. Sembari menunggunya makan, aku membuka holophone-ku, berniat untuk membaca materi Agama. Tapi karena aku tidak fokus, kututup kembali holophone-ku dan mencomot satu tahu bakso milik Mun.

Cuaca semakin panas. Keringatku banyak keluar dan aku mulai merasa tidak nyaman. Aku ingin cepat-cepat menikmati hembusan angin AC.

Aku berdiri. "Aku duluan ke asrama."

***

Hari kedua ujian, mata pelajaran Agama. Kemarin aku tidak banyak belajar dan hanya membaca materi secara singkat.

Hari ini aku dan Mun berangkat lebih awal, jadi masih banyak waktu luang sebelum ujian dimulai. Aku harus memanfaatkan waktu ini untuk membaca materi kembali.

ExamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang