.
.
.
.
Hewan, tumbuhan, Malaikat dan Iblis. Memang apa sebenarnya yang menyamakan kita, manusia, dengan mereka? jelas saja kita semua berbeda. tapi bahkan dalam perbedaan itu ada sesuatu yang membuatnya selaras dan sama
eksistensi yang di izinkan dan karunia kehidupan.
tapi pada dasarnya kehidupan itu apa ?
Hidup.
Carilah di buku buku filsafat tebal yang mulai berdebu di perpustakaan kota. Lihat lah bagaimana para ahli yang bahkan sampai sekarang masih berdebat mengenai maknanya. tentu saja seperti itu.
Sama halnya denganmu, karma juga hingga kini masih merenungkan arti kehidupan. ia masih bertanya tanya, kondisi seperti apakah yang membuat seseorang di katakan hidup?
Ah, entahlah. Pokoknya yang namanya kehidupan itu pasti mengacu pada pengekangan. baik norma dan undang undang. atau apapun yang bisa memberikan keseimbangan meski seringkali tidak untuk semua orang. miris memang, tapi begitulah realita.
"tunggu, lalu bagaimana dengan yang tidak terpengaruh oleh tata aturan itu?"
"Ahhh.... mengesalkan!"
karma mengusap wajahnya kasar. ia bahkan tidak sadar ucapannya barusan di dengar oleh hampir seluruh penghuni kelas.
"Akabane Karma-kun?" oh tidak. karma sepertinya lupa bahwa kelas masih berlangsung. dengan aura gelapnya, Kotaro-Sensei tersenyum. jujur saja karma akui dengan rambut hitam pekat dan mata yang selalu menatap tajam, ditambah proporsi wajah dan tubuh yang di impikan semua orang, gurunya itu sangat tampan. hanya saja untuk kali ini karma seolah bisa melihat kedatangan malaikat penjaga neraka. membuatnya kedinginan dalam suhu ruangan yang biasa saja. seharusnya."A-aa... ano, se- Sensei, saya-"
"KELUAR!"
" ... "
"sekarang"
" ... "
" ... "
"Ha'i, sumasen"
Layaknya anak anjing yang bertemu serigala, karma menciut. Ia keluar dengan patuh masih dengan tubuh gemetar mendapatkan tatapan tajam nan menusuk di punggungnya.
..
.
.
.
Asano menatap keluar jendela. dilihatnya Karma yang tengah berjalan santai dengan tangan terlipat dibelakang kepala melewati lapangan. ia sudah menduga ini akan terjadi. bagaimanapun kelas E adalah tempat para sampah berkumpul. bahkan jika karma mendapat nilai tertinggi, dengan di tempatkannya ia di kelas tersebut sudah cukup menjadi bukti bahwa Karma memang anak bermasalah.
Benar-benar tidak beretika. hah, bagaimanapun sampah tetaplah sampah. dasar rendahan
asano kembali memusatkan atensinya pada pelajaran yang sedang berlangsung. menatap papan tulis yang dipenuhi rumus-rumus super rumit. setelah dirasa penjelasanya dapat di mengerti, sensei menulis beberapa soal uji coba untuk memastikan pemahaman murid muridnya lalu memberikan mereka beberapa menit untuk mengerjakan.