Part 2

1 0 0
                                    

"Itu bukannya.. Wanita itu?!"

Seokjin memperjelas pengelihatannya. Wanita yang duduk di kursi taman sambil membelakanginya itu adalah memang benar, orang yang dia cari sejak beberapa hari yang lalu. Meskipun posisi orang itu membelakangi Seokjin, ia yakin jika orang itu adalah wanita misterius yang sedang dicarinya.

Hari ini Seokjin berencana untuk pergi ke luar mencari bahan keperluannya di rumah. Saat melewati taman yang berada di dekat rumahnya, ia tak sengaja melihat seseorang tengah duduk di kursi taman. Sendirian. Taman itu terlihat begitu sepi, tak seperti biasanya.

Tanpa pikir panjang, Seokjin pun langsung menghampiri wanita itu. Tinggal beberapa langkah lagi, namun tiba-tiba saja wanita itu berdiri dan membalikkan tubuhnya, membuat Seokjin tersentak dan menghentikan langkahnya. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya setelah ini. Wanita itu menatap Seokjin lurus. Bukan dengan wajah dingin seperti biasanya, kali ini wanita itu menampilkan senyumannya yang tipis, meskipun terlihat sedikit pucat kali ini.

"Kau mencariku?" ucap wanita itu mengawali pembicaraan di antara mereka berdua.

Mau tak mau, Seokjin menganggukkan kepalanya pelan dan masih menatap wajah wanita itu. Bagaimana mungkin ia bisa berbohong dan mengatakan jika ia tidak mencari wanita itu sementara selama beberapa hari ini ia hampir dibuat frustasi oleh kata-kata wanita itu pada balasan pesan terakhirnya.

"Apa maksud dari kata-katamu waktu itu? Kau bilang jika kau masih mengingat nomor teleponku? Aku benar-benar tidak mengerti," lanjut Seokjin dengan to the point.

Wanita itu kembali tersenyum. Namun senyumannya kali ini terasa berbeda dirasakan Seokjin. "Ternyata kau sebodoh itu, Kim Seokjin."

Mendengar perkataan wanita itu membuat Seokjin terdiam beberapa saat. Kali ini, teka teki apa lagi yang dikatakan wanita itu? Benar-benar misterius!

"Kau melupakanku?" suara lirih wanita itu membuyarkan lamunan Seokjin.

"Melupakanmu?" tanya Seokjin kembali, menatap heran wanita itu.

"Kau bahkan percaya begitu saja saat aku mengatakan padamu jika kau salah orang waktu itu."

Seokjin tercekat. Hei, apa lagi maksud wanita ini? "Jadi, apakah kau..."

"Ya." sahut wanita itu singkat.

"Bagaimana bisa.." gumam Seokjin pada dirinya sendiri.

Akhirnya, wanita itu pun mulai menceritakan sesuatu..

.....

Dulu, saat masih berada di sekolah menengah atas, Seokjin pernah menyukai seorang gadis, Yoo Hera. Bisa dibilang, gadis itu adalah cinta pertamanya. Namun, ia berpikir jika cintanya bertepuk sebelah tangan atau dengan kata lain, Hera tidak menyukainya. Seokjin lalu tetap memendam perasaan itu dan tidak mengungkapkannya pada Hera. Hingga gadis lain menyatakan perasaan kepadanya dan dengan sedikit terpaksa, Seokjin menerima ungkapan cinta tersebut dengan alasan; ia berpikir jika perasaannya pada Hera bisa sedikit demi sedikit berkurang.

Namun, beberapa minggu setelah kelulusan mereka, Seokjin memutuskan hubungannya. Ia tetap tidak bisa mencintai gadis lain saat itu selain Hera.

Tidak ada yang tahu jika Hera memiliki suatu kelebihan yang tidak dimiliki banyak orang -- menerawangi pikiran-- Jadi, selama ini ia mengetahui apapun yang ada di pikiran orang lain, termasuk Seokjin. Ia juga tidak mengerti mengapa kelebihan tersebut ada padanya. Namun, ia merasa beruntung saat mengetahui jika Seokjin ternyata menyukainya. Hal itu membuatnya mulai menyukai laki-laki itu juga.

Penantiannya pada Seokjin akhirnya berhenti begitu saja setelah mengetahui apa yang dipikirkan Seokjin pada saat itu. Laki-laki itu berpikir jika ia akan mengurungkan niatnya untuk menyatakan perasaannya pada Hera dan mulai menerima perasaan dari gadis lain.

Alhasil, hal itupun membuat Hera benar-benar kecewa. Dadanya terasa begitu sesak saat mengetahui kenyataan pahit dari seseorang yang mulai ia cintai. Mengapa laki-laki itu memilih pilihan seperti itu tanpa mencoba mengungkapkan perasaannya terlebih dahulu kepada Hera? Apakah sebegitu pengecutnya dia sebagai seorang laki-laki? Mengapa ia harus menyukai laki-laki pengecut seperti itu? Ah, Hera benar-benar menyalahkan semua yang telah terjadi. Rasa kecewa dan sedih telah bercampur aduk di dalam hatinya.

Akhirnya, beberapa minggu kemudian, Hera memilih untuk pergi jauh dari wilayah tempat tinggalnya. Salah satu alasannya pergi yaitu ingin menghindari dan melupakan Kim Seokjin. Laki-laki itu yang membuatnya hampir gila pada saat itu. Lalu, Hera memilih untuk menjalani operasi pada bagian wajahnya. Ia telah mengubah bagian hidung, mulut, serta dagunya.

Namun, saat akan kembali ke Seoul, sesuatu yang buruk terjadi padanya. Kecelakaan maut yang menimpanya membuatnya harus pergi meninggalkan dunia ini. Meninggalkan laki-laki yang telah membuatnya kecewa dan sedih secara bersamaan di masa lalunya. Hanya saja, ingatannya tentang Kim Seokjin masih membekas di pikirannya.

.....

"Jadi, saat itu kau mengetahui apa yang aku pikirkan?" tanya Seokjin setelah mendengar cerita awal dari wanita itu.

Wanita itu mengangguk. "Hal itulah yang membuatku menyesal telah memiliki kelebihan itu."

"Maafkan aku," sesal Seokjin. Ia menundukkan kepalanya.

"Semuanya sudah terlambat." ucap wanita itu singkat. Ia memilih untuk tidak tidak memberitahu Seokjin mengenai kecelakaan maut yang telah menimpanya dulu.

Seokjin hanya diam saja. Memikirkan semuanya. Pikirannya langsung berputar ke masa lalu, di mana ada dia dan Hera, serta perasaannya saat itu.

Lalu, Seokjin kembali teringat dengan pakaian wanita itu. Tidak seperti kemarin yang serba hitam.

Mengetahui apa yang Seokjin pikirkan, Hera lalu kembali melanjutkan perkataannya. "Kau lihat? Sekarang pakaianku berbeda, berarti sesuatu telah terjadi." ucapnya singkat.

"Apa lagi maksudmu kali ini, Yoo Hera?" tatapan Seokjin terlihat lebih tajam dan serius dari sebelumnya.

"Kau akan mengetahuinya nanti. Selamat tinggal."

Mysterious Lady Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang