Tawa yang terdengar sumbang, suasana yang terkesan ganjil, dan canda yang sangat dipaksakan menyelimuti salah satu meja makan sebuah restoran malam ini. Padahal beberapa minggu yang lalu, di situasi yang sama dengan orang dan tempat yang sama, suasana yang tercipta jauh lebih hangat.
Sara ingat, dirinya duduk di tempat yang sama. Tatapan bertanya tampak jelas di wajahnya karena didudukan tepat di depan seorang pria asing dengan dandanan kaku dan ekspresi dingin. Orang tuanya mengenalkan pria itu, bernama Sagara, calon suaminya.
Menolak perjodohan, dianggap membantah orangtua. Menerima, sama saja mengorbankan masa depan dengan menikahi orang asing. Baik Sara dan Sagara berada di jalan buntu. Satu-satunya pilihannya hanyalah mencoba ikhlas, karena bagaimanapun pernikahan yang akan mereka langsungkan nantinya juga untuk kepentingan perusahaan orangtua mereka.
"Jadi, kapan kita bisa melangsungkan pertunangan Sara dan Sagara, Rudi?" Faisal, papa Sagara mulai buka suara mengenai perjodohan Sara dan Sagara, menyudahi obrolan bisnis properti yang keduanya geluti. "Sara terlalu cantik untuk digantungkan begitu saja, Rud, jadi mempercepat pertunangan mereka—mengikat Sara adalah hal bagus."
Gelengan kepala Rudi sukses membuat Sara tertarik. Bahkan, mulut wanita itu sedikit terbuka dengan respons sang papa.
"Saya rasa, Faisal, baik Sara dan Sagara harus saling mengenal lebih dulu satu sama lain. Memang salah satu alasan kita menjodohkan mereka adalah untuk perusahaan, tapi saya tetap berharap pernikahan ini berhasil sebagaimana mestinya."
Seketika Sara mencibir lirih ucapan Rudi sekarang. Beberapa saat lalu, justru papanya yang selalu memaksanya untuk menerima perjodohan ini. Sekarang mendadak mulai ragu.
Perhatian Sara beralih pada pria di seberangnya, Sagara. Pria itu mengambil gelas air putihnya, lalu mengangkatnya sedikit tinggi. Memberi kode sederhana yang hanya dipahami oleh Sara.
Tak lama pelayan datang menginterupsi obrolan para orangtua. Senyuman Sara langsung terukir lebar saat menemukan spaghetti bolognaise pesanannya terhidang di depan mata.
Show time! Segera saja Sara menarik piringnya mendekat. Kemudian, memasukan jemarinya ke dalam sela-sela pasta dengan saus tomat itu, lalu berteriak kepada semua orang, "Selamat makan semuanya."
Terdengar suara pekikan di kejauhan. Sara tahu itu bukan suara mamanya, Adel, melainkan suara mama Sagara, Lidya. Wanita itu dikenal dengan tata kramanya yang tinggi dan sangat mencintai kebersihan. Jadi, tingkah Sara sukses menabrak prinsip hidup Lidya.
"Sarayu Wijaya!" Suara Adel terdengar mendesis lirih. Tatapannya tajam "Kamu jangan berbuat yang tidak-tidak, Sara. Malu!"
Dengan sengaja Sara membiarkan beberapa helai pasta teruntai di sekitar mulutnya. Dia menggeleng sambil memastikan saus-saus di pastanya terciprat ke mana-mana.
"SARAYU!"
Hanya saja mendapati wajah Adel yang memerah dengan alis tajamnya yang semakin tajam, memaksa Sara langsung menyeruput semua pastanya. Kemudian, memakannya dalam satu kali telan. Lantas wanita itu beralasan, "Mama salah, Ma. Sara hanya mau menunjukkan bahwa saat ini sedang tren di kalangan anak muda untuk makan segala hal menggunakan tangan. Mengurangi mencuci peralatan makan sama dengan mengurangi penggunaan sabun. Artinya, makan dengan tangan sama dengan membantu mengurangi pencemaran limbah di air."
Alasan yang supercerdas dari Sara, wanita itu bangga terhadap dirinya karena kata-katanya masuk akal. Dan yang paling menyenangkan lagi adalah ekspresi Lidya masih sama, menatapnya dengan ekspresi jijik dan tidak percaya.
Sebagai orang yang menolak keras perjodohan di abad 20-an, tidak disukai calon mertua adalah sebuah kebahagiaan tersendiri.
Tiba-tiba saja di tengah-tengah suasana yang tegang, suara kentut keras terdengar dari Sara. Wanita itu sontak memegang perutnya. Memasang wajah memelas, lalu menatap satu per satu orang tua di sekitar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfectly (Un)Matched [Hipwee.com]
Short StorySama-sama ogah dijodohkan, Sara dan Saga sepakat menjalankan misi "Bye-Bye, Calon Mertua" untuk menggagalkan perjodohan. Misi mereka berhasil, perjodohan batal dan hubungan kedua keluarga itu pun jadi renggang. Namun, bagaimana jika misi itu justru...