Bagian I : coffe shop

0 0 0
                                    

Kakiku berjalan di antara kursi dan meja coffe shop yang lumayan terkenal di kota ku, mataku mencari - cari tempat 'biasanya'. Bibirku menyunggingkan senyum saat tahu bahwa tempat itu kosong, rasanya seperti satu dunia ini pengertian, mereka tahu kalo tempat ini punya Amri. Aku.

Seperti biasa aku memesan matcha latte, minuman kesukaan 'dia', gadis yang selalu aku suka, pujaan hatiku. Aku duduk dipojokan dekat jendela, memperhatikan keadaan diluar.

Aku mengeluarkan laptop dari tas kerjaku, bukan untuk mengerjakan tugas dari atasan sialanku itu, melainkan untuk mendengarkan beberapa lagu sendu di laptop, aku memasang earphone.. huuuhh tempat ini sungguh menyenangkan.

Keadaan diluar coffe shop sangat ramai, lampu merah yang irit akan lampu hijau membuat mobil dan motor harus berhenti dengan sabar, panasnya matahari membuat beberapa pengguna motor menyipitkan matanya, bibirku menyunggingkan senyum lagi saat melihatnya.

Pikiran ku teringat beberapa tahun kebelakang, saat aku masih kuliah, bersama wanita pujaanku, kekasih hatiku, dia selalu menganggap jendela ini adalah aquarium, dia selalu tersenyum jahil setiap melihat pengguna motor yang menyipitkan matanya, dia selalu mengajakku taruhan berhitung berapa banyak mobil hitam dan abu, dia selalu memegang mobil hitam, dan dia selalu menang.

***

Jam menunjukan pukul 17.00 aku memandangi wajahnya yang asyik melihat keadaan diluar coffe shop,

"Eh taruhan yu" kata dia

"Aku abu" kataku

"Ko kamu tau sih aku mau ngajak taruhan warna mobil" katanya tersenyum licik, menyenangkan melihatnya.

Aku hanya tersenyum

Matanya melihat ke arahku, lalu kembali lagi ke 'aquarium' miliknya, aku bisa melihat matanya yang berbinar, senyumnya yang iklas, sederhana.

Begitu sederhana menyenangkan hatinya, dengan segelas matcha latte di tangannya, dia sudah merasa hidup di surga.. ooh tuhan aku amat sangat menyayangi dia.

***

Bibirku masih tersenyum mengingatnya, lamunanku buyar ketika melihat waiters yang datang menghampiriku, waiters cantik kata orang - orang di sini, dia selalu tersenyum menggoda saat melihatku, berharap aku balas senyumannya.

Bukannya geer, tapi aku benar - benar tidak tertarik dengannya, secantik apapun dia kata orang - orang. Waiters itu semakin dekat ke arahku.

"Atas nama amri, matcha latte, ada lagi yang mau di pesan kak?" Katanya, sambil memamerkan lesungnya

"Cu..." jawabanku terhenti, aku tersenyum tipis

Aku melihat nama waiters itu. Bela. "Cukup bela" kataku mengulangi

Wajah bela terlihat memerah, matanya terlihat membesar, senyumnya makin mengembang, "oke terimakasih ka" aku melihat punggung bela menjauh.

Apa salahnya membuat orang senang? Yang penting pemilik hatiku tetap 'dia' seorang, secantik apapun seorang dewi di dunia, aku tetap pilih 'dia'.

Aku melihat ke arah luar lagi, mengenangnya kembali, sambil menikmati matcha latte. Panasnya matahari rupanya telah dilawan oleh sekumpulan awan, aku melihat ke arah langit. Mendung.

Akan lebih menyenangkan lagi melihat aquarium ini jika hujan. Beberapa pengendara motor ada yang melipir ke samping dan berhenti sejenak untuk memakai jas hujan, namun pengendara mobil tetap pada tempatnya, tidak peduli mau terik atau hujan. Semua sama. Seperti perasaanku padanya. Sama.

***

"Ri dibelakang kamu ada cowo yang liatin aku terus, kepala kamu awas deh" kata dia pada saat itu

Responku singkat, tersenyum jahil sambil menggeser posisi dudukku

Dia melambaikan tangannya kearah cowo tersebut, matanya mengedip satu. Aku menikmati tiap detik tingkahnya, aku melihat ke arah belakangku, kearah cowo itu, lalu tertawa dan kembali ke posisi duduk yang semula, agar pacarku tidak keasyikan menggoda cowo itu.

"Yeee kenapa si, gapapa kali bikin orang seneng, yang penting hati aku buat kamu" kata dia sambil tersenyum

Aku hanya diam, tak sanggup mengatakan apapun

***

Hujan deras menyelimuti kotaku, membuat jalan raya basah kuyup, semakin jarang pengendara motor yang terlihat di aquarium. Aku mematikan lagu di laptopku, suara hujan jauh lebih indah dan sendu.

Aku nyaman disini, mengingat 1001 kenanganku bersama dia, otak dan hatiku seakan memutar kaset masa lalu, aku merasakan lagi akan kehadirannya disini, menemaniku, melihat aquarium sambil memegang matcha latte kesukaanya, tersenyum jahil kearah luar coffe shop dengan mata yang berbinar.

Aku melihat hujan yang jatuh secara bersama, kenapa mereka selalu bersama? Apakah mereka tidak bisa sendiri? Apakah rasanya lebih percaya diri jika bersama? Bagaimana dengan aku, kenapa aku sendiri? Apakah keuntungan mendapat teman hanya untuk hujan? Semua ini tidak adil.

Aku menarik napas dalam - dalam, mataku salah fokus dengan pasangan muda - mudi yang tertawa menikamti jatuhnya hujan, sepayung berdua. Mereka merasa hanya ada mereka berdua di kota ini, tidak ada siapapun selain mereka. Aku tersenyum jahil. Otakku mengajakku kembali untuk berjalan ke masa lalu. Masa dimana aku mengenal dia. Kekasihku.

lovetamorfosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang