Bagian II : So' Akrab

0 0 0
                                    


Sudah lebih dari lima kali, aku melihat ke arah jam tanganku, teriknya matahari membuatku mengucap sumpah serapah, selain melihat ke arah jam, tidak jarang pula aku melihat ke arah pintu masuk fakultas keguruan, rasanya ingin marah kepada orang yang sedang ku tunggu, namun perasaan marah itu terkadang hilang saat aku melihat senyumnya, ya, senyum mantanku.

'Plaaakk' ada yang memukul punggungku dari belakang. Spontan aku melihat ke arah siapa yang memukul, mantanku yang lembut tidak mungkin melakukan hal ini, siapa dia, mau apa dia, aku bisa sepuluh ribu kali membalasnya dengan lebih keras.

"Lo mau kemana?" Kata perempuan yang belum pernah aku lihat sebelumnya.

"Hah maksud?" Jawabku

"Balik nanya lagi, nebeng dong boleh ya?" Dia tersenyum, memperlihatkan lesung pipinya, dia mengedipkan mata berkali - kali, mengajakku melihat matanya yang coklat hazel, dan bulu matanya yang lentik.

Dia menguncir rambut sebahunya yang di gerai, "lo bingung? Kalo kita satu univ, namanya kita saudara" jelasnya.

Aku masih kebingungan dengan ke sok akrab an dia, freak.

"Ayo dong, gue telat nihh, lo mau saudara lo gaikut MK? Dan ngulang semester depan?" Tanya nya lagi.

Aku masih kebingungan, bak di hipnotis, aku malah merasa tidak ingin basa basi dan gamau terlibat lebih lama, aku menyalakan vespa ku dan memberinya helm, yang seharusnya dipakai oleh mantan ku.

Dijalan otakku penuh dengan beribu pertanyaan. Tanpa aku tanya langsung ke dia, dia sudah ngoceh, seakan tau isi hatiku.

"Gue tuh tadinya mau jalan kaki atau nunggu bus univ, tapi taunya dosen gue udah masuk duluan, mana ni pintu gerbang ke fakultas gue jauh banget lagi"

Aku hanya mengangguk.

"Eh nama lo siapa saudaraku?" Tanya nya

"Amri" jawabku singkat

"Amri lu pasti pendiem banget ya" memukul punggungku lagi, lalu tertawa, renyah sekali, seperti sedang menertawakan sesuatu yang sangat membahagiakan.

"Lo fakultas apa?" Tanya nya lagi, selalu bertanya dan bicara, seperti kicauan burung, yang tidak indah sama sekali.

"Teknik" jawabku singkat.

"Okaay" jawabnya singkat. Loh ko oke doang, ko engga ngoceh lagi.

Aku melihat kearahnya melalui spion, dia merem sangat lama dan terlihat mengambil napas dalam - dalam, lalu dia memukul jidatnya berkali - kali. Aku tersenyum. Aku tahu dia terpaksa pura - pura so akrab dan menjatuhkan mukanya ke lantai karna terpaksa.

"Eh stop stop" katanya tiba - tiba. Aku memberhentikan motorku, tepat di depan fakultas hukum

Kita berhenti di depan fakultas hukum. "Terimakasih amri saudaraku" katanya

Aku hanya tersenyum, perasaan kebingunganku mulai mencair, aku mengangguk tipis.

"Gue masuk yaa, seneng bisa kenal lo, see you kapan - kapan" katanya

"See you" aku menjawabnya

Dia pergi meninggalkan ku, aku melihat ke arah punggung kecil miliknya, rambut yang tadi dia kucir seadanya kini ia ulang agar lebih terlihat rapi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

lovetamorfosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang