"Aku tidak pernah berfikir akan mendapat tawaran sebagai seorang asisten rumah tangga."
Gadis bermata kucing itu mendengus, "Tak perlu di pikirkan, kau bilang butuh pekerjaan bukan?".
"Kau benar. Bukan saatnya aku mengeluh tidak pasti seperti ini. Tapi Jen, apa kau yakin tidak ada lowongan lagi untukku?."
Jennie namanya, gadis yang disebut-sebut sebagai gadis seksi itu menatap tajam pada sahabat di depannya.
"Ck, tidak usah bertele-tele. Intinya kau mau tidak?. Kalau tidak mau, aku bisa bilang pada atasan ku."
Rosé meringis, "Aku mau. Baiklah, aku akan mengambil pekerjaan ini."
Jennie tersenyum senang, "Okey, kau yakin kan?."
"Ah, tapi Rosé. Sebenarnya ada satu tawaran lagi."
Jennie menatap tak yakin ke arah Rosé. Sedangkan Rosé hanya mengangkat sebelah alisnya isyarat bahwa ia bertanya.
"Berxia." Ucap Jennie singkat.
Rosé menggeleng tegas, "Kau tahu kan jika aku tak suka bekerja di club seperti itu."
"Hah, oke-oke. Aku tak akan memaksamu. Tapi Rosé, sebenarnya atasan ku itu sudah lama ingin menggaet mu ke Club nya. Ah, sudahlah, kau juga tidak mau kan."
Sedangkan Rosé sedikit acuh dengan perkataan Jennie barusan, Ia menyesap kopinya, udara di Korea hari ini sangat dingin, ia merapatkan mantelnya guna menghangatkan tubuh.
Gadis bersurai purple ash silver itu memang sangat butuh pekerjaan sekarang. Setahun yang lalu, kehidupannya yang indah tiba-tiba terenggut paksa begitu saja. Orang tuanya mengalami kecelakaan pesawat saat menuju London.
Akibat kejadian itu, Rosé hidup sebatang kara sekarang. Untung saja kedua orangtuanya itu meninggalkan rumah serta beberapa uang yang cukup untuk membeli makanan. Tapi, Rosé harus berpikir visioner, ia juga butuh pekerjaan tetap yang dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhannya.
Berbekal Ijazah Sarjananya, mungkin Rosé bisa mendapatkan sebuah pekerjaan. Namun sayang seribu sayang, banyak perusahaan yang menolaknya karena ia belum memiliki pengalaman kerja.
"Tuan Min itu sangat ingin kau ada di Club nya. Mungkin karena kedatangan mu waktu itu sangat heboh. Kau cukup layak untuk di panggil sebagai primadona Axtertis." Jennie terkekeh, ia menilik raut wajah Rosé yang balas menatapnya jengah.
"Aku tidak mau berurusan dengan tempat seperti itu Jen."
"Ck, iya-iya aku paham." Jennie merasakan ponselnya bergetar, "Sepertinya aku harus pergi sekarang, Jimin menelpon ku." Gadis itu memperlihatkan ponselnya pada Rosé.
"Eoh, baiklah. Sampaikan salam ku pada Jimin Oppa ya." Ujar Rosé.
"Itu pasti, see you Rosé. Aku akan mengabarkan lagi tentang pekerjaan itu." Jennie memeluk gadis manis itu.
Rosé tersenyum tipis, "Iya, aku tahu."
Jennie adalah salah satu orang yang memiliki peran besar dalam hidupnya. Gadis bermata kucing itu sangat baik. Mereka berteman baik sejak Senior High School.
Jennie bekerja di sebuah perusahaan besar milik keluarga Min yang terkenal tersohor di negara tempat tinggalnya.
Posisi yang di tempati gadis itu juga tidak main-main. Sebagai wanita independent di jaman sekarang, hal ini merupakan sebuah pencapaian yang cukup besar. Jennie menjadi asisten direktur utama. Ia di hormati, di segani di setiap langkah kakinya.
"Baiklah Rosé, kau tidak boleh memilih-milih pekerjaan." Tekannya dalam hati.
Rosé harap, ini adalah langkah awal nya dalam menjalani hidup mandiri. Semoga pekerjaan ini dapat membawanya pada keberuntungan yang tak terduga.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST ABOUT HER
Fanfic[Mature] Rosé. Gadis biasa yang mampu membuat dua bersaudara Han bertekuk lutut. Awalnya, ketika Rosé memutuskan untuk setuju dengan pekerjaan itu, Ia telak menyesal. Bagaimana tidak?, melihat hubungan keluarga kedua pemuda Han itu, membuat nya tak...