Aku mencintaimu!

243 24 17
                                    

Rambut panjangnya terurai, lurus dan hitam khas rambut Asia. Matanya berkedip menatap beberapa pemuda di depan yang tengah menatapnya berjalan, ya hanya berjalan.

Tiap langkahnya di kagumi, tiap senyumnya di sanjungi, kedipannya di pandangi.

Tatapan matanya tajam, namun senyumnya ramah. Gadis di era modern yang cantik dan berani. Karin Elinor, dambaan siswa dan panutan bagi siswi di sekolahnya.

Tak jarang beberapa siswa mengutarakan isi hati mereka kepada sang Dewi sekolah, yang pasti akan berujung dengan penolakan. Tidak ada siswa yang meluluhkan hati beku sang Dewi, dari yang modus sampai yang tulus.

"Karin!"

Karin yang masih berjalan di kelilingi oleh sahabatnya hanya acuh tak acuh, tak mendengarkan bahkan menolehkan kepalanya sedikitpun ke arah suara yang terdengar memanggil namanya. Suara bariton khas pemuda yang menginjak usia dewasa, pemuda yang akhir-akhir ini selalu mengejar Karin secara agresif, dan Karin tidak suka. Itu memalukan, pikirnya.

Tapi tak berselang lama tiba-tiba tangan berurat sudah bertengger di perutnya, melingkar dari belakang. Tubuhnya seketika kaku, bahkan para sahabatnya yang tadi di terobos terlihat tak berani mengusir sang pelaku.

"Karin, aku mencintaimu!" Ucap pemuda itu lantang. Darren nama pemuda itu, dengan tubuh yang masih menempel di belakang Karin, Darren makin mempererat pelukannya.

***

"Pangeran, aku mencintaimu!"

Xynerva berucap dengan lantang, tanpa rasa takut dan malu. Dirinya sudah bertekad untuk mengutarakan isi hatinya, Xynerva juga sudah merasa lelah dengan semua perjuangan nya yang tak pernah dianggap.

Kini saatnya, Xynerva memiliki pangeran Charles.

Dengan keadaan tubuhnya yang masih menempel di belakang pangeran Charles, Xynerva makin mempererat pelukannya, melihat respon pangeran Charles yang hanya diam, membuatnya cukup senang.

Tapi tiba-tiba, tubuhnya seakan terlempar.

Jeritan terdengar memenuhi tempat itu, di lanjutkan beberapa cacian untuknya.

Kepalanya membentur batu yang berada di tanah tempat acara ulang tahun putri kedua berlangsung, perlahan Xynerva merasakan cairan yang mengalir dari kepalanya ke wajah, dengan keadaan masih sadar tangannya otomatis menyentuh cairan yang mengalir dan melihatnya.

Darah.

Kepalanya berdarah, tak berapa lama pandangannya mengabur dan berlangsung hitam sepenuhnya.

***

Karin membalikkan tubuhnya, hingga saat ini Karin dan Darren berhadapan tanpa jarak.

Perlahan dengan halus tangan Karin mencoba melepaskan pelukan Darren, tapi seakan tidak tahu malu, Darren makin mempersempit jarak diantara keduanya, di koridor sekolah.

Pasang mata tampak melebar, melihat pemandangan yang sedikit intim di waktu jelang pembelajaran berlangsung.

Ada beberapa anak yang melihatnya tampak menahan senyum, seperti mereka melihat adegan-adegan nyata dari drama romantis yang biasanya hanya tayang di layar.

Tapi tak berselang lama tiba-tiba semua orang menjerit, melihat Lolita mendorong kuat tubuh sang Dewi mereka, Karin!

"Karin!" Teriak semua orang yang ada disana, kecuali Lolita yang tersenyum puas.

Senyum puas yang terpasang di wajah lugu Lolita tiba-tiba menjadi pucat dan bergetar.

Dibawahnya, di depan sepatu Lolita yang berwarna putih bahan kain itu sekarang sudah berubah menjadi merah tua, merah darah segar.

Cairan yang mengotori sepatunya berasal dari darah yang keluar dari kepala Karin yang masih terdiam kaku terpelungkup tidur di keramik koridor.

Semua orang panik melihat banyaknya darah yang keluar, dan diamnya Karin.

Lolita yang awalnya marah karena melihat pacarnya menembak Karin dan berpelukan mesra di depan kelasnya sendiri menjadi tak terkontrol, Lolita bahkan tidak mengira akan terjadi seperti ini.

Darren dengan tergesa dan hati-hati mencoba menggendong Karin yang sudah tidak sadarkan diri, setelah berhasil Darren berdiri dan berlari menjauhi tempat kejadian diikuti para sahabat Karin yang setia menemani, meninggalkan jejak darah menggenang dan rintikan darah yang masih menetes mengikuti langkah kaki Darren yang membawa sang tuan.

Juga meninggalkan Lolita yang berdiri mematung disana.

"Darren, aku mencintaimu!" Dengan air mata mengalir, dan kemarahan serta kecemburuan yang sudah tertumpuk. Lolita berseru nyaring di tempatnya berdiri, gadis yang di kenal lugu dan pendiam membuat beberapa dari mereka yang dulu menilai tampak terkejut. Apalagi dengan tindakan Lolita yang tampak di sengaja mendorong Karin, sepertinya Lolita tidak sepolos yang mereka kira.

Darren yang masih menggendong Karin mendengar teriakan itu, tapi dengan acuh Darren tetap melangkah tanpa melihat kearah belakang, tempat pacarnya memanggil dan menyatakan cinta. Darren merasa sangat kecewa dengan Lolita.

***

Xynerva dinyatakan tertidur lama atau bisa di sebut koma. Benturan keras di kepalanya yang di sebabkan oleh pangeran Charles itu tidak di permasalahkan lebih lanjut, sebaliknya orang-orang menyalahkan putri yang berusaha mengutarakan perasaannya, tapi malangnya berakhir koma.

Dengan ruang tertutup dan tidak ada satupun orang yang berkunjung bahkan pelayan yang Xynerva bilang selalu menemaninya sekarang malah tengah duduk di samping danau dengan seseorang yang berada di sampingnya, tak teringat sang tuan yang sedang mengalami koma.

"Mary." Panggil pria yang duduk disampingnya, hanya beralaskan rumput dengan angin yang tertiup di dekat danau ini membuat suasana menjadi nyaman.

Mary menolehkan kepala melihat pangeran Charles yang dengan cepat sudah mencium bibirnya.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

XynervaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang