arkan menoleh ke arah rissa lalu tersenyum. senyum yang ga pernah dia tunjukin ke rissa selama ini, arkan menggenggam tangan rissa erat seakan meyakinkan bahwa benar dia adalah estu teman masa kecilnya.
"iya rissa ini beneran bukan mimpi". entah yang ke berapa kali arkan menjawab pertanyaan rissa, mereka sekarang ada di gudang bekas yang biasa mereka pake buat nongkrong.
"lagian kenapa dulu lo dipanggil anne?". tanya arkan.
"oh itu, sebenernya waktu itu jane lagi manggil rakel cuma gue yang nengok sedangkan rakel dia bengong liatin lo. jadi dia ga sadar kalo dipanggil dan gue juga refleks nengok pas jane manggil". jelas rissa kepada arkan.
"oh jadi bocah ingusan yang manggil lo itu jane? anjir lah beda banget sama jane yang sekarang".
"arkan? ini serius lo? engga maksud gue tuh, ini beneran arkan si wibu yang dibangga banggain sekolah?". arkan tersenyum dia juga kaget kok dia bisa blak blakan gini ke rissa, mungkin efek suka dari lama kali.
"jadi?". tanya arkan ke rissa.
"jadi apa?". tanya rissa balik
"jadi apa prok prok prok". sebel arkan sebel sama rissa, cewek kaga peka peka.
"bercanda, iya jadi kok". arkan kelewat seneng, ini tuh kayak beneran? ini beneran terjadi? cinta dia beneran kesampean?
"jadi sekarang ngomongnya aku kamu?". bisa bucin juga arkan.
****
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.