Part 3

14K 891 25
                                    


"Ham, mau kemana?" Aku merasakan bahuku di tepuk ketika tanpa sadar aku bersiap memegang knop pintu kamar Agus. Refleks aku berbalik.
"Siapa?" Aku bertanya heran, Sejak kapan orang ini ada disini?

"Aku pemilik kamar itu." Jawabnya datar. Raut wajahnya menyiratkan tak suka jika aku dekat-dekat dengan kamarnya. Tapi kok dia bisa tahu namaku? Ah, pasti dari Budi.

Agus melangkah mendahuluiku kemudian masuk kedalam kamarnya. Aku sempat mengintip ketika pintu kamar terbuka tapi tidak ada yang mencurigakan, kamarnya terlihat tertata rapi. Anehnya, bau busuk yang sempat tercium tadi seketika menghilang bersamaan dengan pintu yang di tutup.

Aku berlalu pergi menuju kamarku, tak lupa melaksanakan sholat malam yang sempat tertunda.
Keesokan harinya aku lihat Agus yang sudah sibuk dengan kegiatannya mencuci sepeda motor miliknya. Kerja apa ya si Agus ini? Kok motornya di penuhi lumpur.

Mataku mengitari seisi kost untuk mencari keberadaan Budi. Apa dia belum pulang kali yah? Aku berlalu pergi menuju kamar Budi. Siapa tahu dia masih tidur.

"Tok, tok, tok, Bud? Di dalem gak?" Aku ketuk pintu kamar Budi dengan sedikit keras agar si empunya kamar lekas bangun.
"Bud? Budi?" Kembali aku panggil namanya tapi tetap tidak ada jawaban.
Aku pegang knop pintunya, aku berusaha mencoba membuka knop pintunya. Terbuka.

"Bud, astaga jam segini masih ngorok aja! Bangun woy, ada gempa! ada gempa!" Mendengar ada gempa, Budi langsung terperanjat dari tidurnya saat hendak lari segera aku tahan dengan tawaku.
"Hahahhahaha. Becanda kali Bud!! Hahaha serius amat nanggepinnya!" Aku tidak bisa menahan tawaku. Kocak banget si Budi.

"Sialan kamu, Ham! Kirain beneran. Lagian rese banget sih pagi-pagi. Ada apa?" Budi tampak kesal dengan candaanku.
"Biasa, mau pinjam uang, Bud." Aku buru-buru menjawab pertanyaannya. Takut suasana hati Budi semakin memburuk.

"Yaelah, Ham. Gajian masih lama udah minjem uang aja. Buat apa?"

"Buat ibu di kampung, Bud. Gak enak kalo minta gak di kasih." Aku memelas pada Budi. Budi ini orangnya gak tegaan. Pasti mau membantu.

"Ya udah nanti siangan ya, mau lanjut tidur lagi." Tuh kan di kasih. Emang paling bener nih temenan sama Budi.

"Bud, aku mau nanya sesuatu." Mumpung yang ada didepanku Budi beneran, aku memberanikan diri memulai percakapan.
"Hmmm..."
"Itu si Agus, Bud. Kerja apa ya? Motornya sampe kotor begitu. Kaya habis dari bumi belahan mana?"
"Ah kamu, Ham negative thinking mulu sama si Agus. Dia habis pulang kampung kali. Setahuku jalannya emang masih berlumpur."

"Oh gitu? Bud, malam temani aku tidur lagi ya? Mumpung malam minggu." Aku kembali membujuk Budi, kali ini aku harus pastikan Budi benar-benar tidur di kamarku.

"Iya, entar aku datang."
Aku berlalu meninggalkan kamar Budi. Nanti siang aku akan tagih janjinya meminjamkan uang padaku.

Aku bersantai di bale bambu tempat favoritenya Indra. Kukeluarkan Rokok yang tinggal sebatang dari tempatnya. Aku hisap perlahan, menikmatinya dengan hati-hati agar tidak cepat habis.

Aku lihat dari jauh Agus berjalan mendekat. Wajahnya kecut, apa masih marah soal tadi shubuh ya? Ah dasar aneh, hal sepele aja di bikin kesel.

"Bang, Rokok bang?" Aku berbasa-basi tatkala kedua netraku menatap kedatangan Agus.
Hening, tidak ada jawaban dari Agus. Tampak tangan kanannya menenteng sebuah tas keresek. Sombong amat yah ni orang. Aku juga males negur sebenarnya.

Aku kembali melanjutkan aktivitasku menghisap rokok yang sempat tertunda.

"Hoooeeeekkk. Buset bau banget!!" Aku seketika muntah ketika indra penciumanku menangkap bau busuk dari Agus. Apa sebenarnya isi keresek yang Agus bawa barusan?

***

-Baca cerita lengkapnya hanya di Dreame. Jangan lupa Tap Love ❤️ maacih

Bau Busuk Kamar SebelahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang