Mr. Math, My Husband : Part 1

136 13 7
                                    

Terlambat.

Salah satu hal yang paling mengerikan bagi Ratu. Mungkin bagi murid lain, terlambat adalah hal yang biasa. Bagi Ratu tidak, ia paling anti yang namanya terlambat, apalagi masuk ke ruang BK-ruangan ekstrim.

Di dalam kamar. Gadis cantik itu memakai seragam sekolahnya asal-asalan, baju lengan pendek dan celana pendek sepaha, paha putihnya itu terlihat begitu indah. Dengan rambut pirang yang ia kuncir seperti ekor kuda, wajah baru bangun tidur itu ia oleskan sedikit bedak agar tidak pucat.

Mengikat tali sepatu converse nya, lalu mengambil jaket hitam dan tas sekolah di kursi belajarnya. Setelah itu ia membuka pintu kamar secara kasar dan dibantingnya pintu itu membuat penghuni rumah berteriak histeris.

"Ratu, pintu nya jangan dibanting gitu. Biaya betulin pintu kamar kamu mahal lho!" teriak wanita paru baya berpakaian daster bunga-bunga dari arah bawah.

Kaki jenjang putih itu menuruni anak tangga satu persatu dengan terburu-buru. Suara sepatu pun terdengar.

Saat sudah di lantai bawah dan akan berlari menuju pintu rumah, tiba-tiba sang Mama memanggilnya.

"Eh tunggu, kamu mau kemana pagi-pagi begini udah buru-buru kayak orang kesetanan aja?" tanya Mama nya.

"Ratu buru-buru Ma, udah telat nih Ratu," ucapnya lalu mengambil sebuah bola di keranjang samping rak sepatu.

Ayudia Saputri-Mama Ratu, mengerutkan dahi. "Loh kamu kan hari ini bukannya libur sekolah sayang? Itu pula, ngapain bawa bola segala?"

"Engga, hari ini kan Ratu ada jadwal pertandingan di sekolah. Jadi satu sekolah tetap masuk, libur nya ditiadakan. Udah ya Ma, Ratu berangkat sekolah dulu udah telat nih soalnya," Ratu mengecup punggung tangan Mama nya.

Ratu berlari menuju garasi, dimana motor kesayangannya itu berada. Memakai helmnya terlebih dahulu, lalu ia langsung saja menancap gas pergi dari pekarangan rumahnya.

***

Ratu berucap syukur, untung saja ia memasuki gerbang sekolah tepat waktu. Apabila satu menit lewat, mungkin gerbang sudah tertutup rapat.

Memarkirkan motor scoopy nya di bawah pohon yang teduh. Lalu ia segera melepas pengait helm dan turun dari motor nya. Tak lupa menenteng tas nya, karena di dalam situ ada bola untuk pertandingan nya.

Ternyata, banyak sekali murid-murid yang lalu lalang berdatangan. Ratu berjalan menyelak-nyelak orang-orang itu.

Ratu berlarian di koridor, ia menjadi pusat perhatian. Dengan masa bodohnya, ia terus berjalan tetapi dengan menunduk.

"RATU!" pekik seseorang dari arah belakang.

Ratu menghentikan langkah kakinya. Menoleh ke belakang, ia tersenyum tipis.

"Gue kira lo gak bakal datang di pertandingan kita. Gue sampai panik, kalau gak ada lo pasti sekolah kita gak akan jadi juara," ucap gadis cantik dengan rambut yang di jepit kanan-kiri.

"Tenang aja, nyatanya gue ada di samping lo kan? Ya artinya, sekolah kita bakalan dapat juara," balas Ratu seraya merangkul sahabat nya dari kecil itu.

Taresha Davina-sahabat Ratu sekaligus anggota di Eskul Volly.

"Dimana Rena, Tetha, Vierra, Santy?" tanya Ratu dengan berjalan pelan menuju ruang kelas.

"Itu mereka, niat banget sampai udah berjemur di bawah ring basket," Taresha memberi tunjuk teman-temannya dengan terkekeh pelan.

"Kita ke situ atau ke kelas?"

"Ke kelas dulu aja. Kita kan mulai pertandingan setengah jam lagi, ini masih jam tujuh."

Mr. Math, My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang