Dareen

18 0 0
                                    

Dareen dan seisi gedung itu berdiri dari bangku saat acara telah di bubarkan. Salam penutup sudah di ucapkan, suara gemuruh tepuk tangan di dalam gedung luas berhiaskan lampu hias yang berkilauan dan beralaskan karpet merah mewah itu sekejap seolah hilang saat pandangan Dareen teralihkan dari pria paruh baya yang berdiri di atas panggung itu dan terpaku menatap seorang perempuan yang menarik perhatian nya dengan paras cantik nya. Dareen melangkah mendekat agar dapat melihat sosoknya lebih jelas, namun kerumunan yang mulai membubarkan diri membuat daren terdorong dan kehilangan dia di tengah keramaian. Ia harus memendam rasa penasarannya untuk waktu yang lama bahkan ia tidak tau akan bertemu lagi atau mungkin tidak.

*satu tahun setelahnya...

"Hoaah... sudah pukul berapa? Bell belum berbunyi?!"

Sunyi menyelimuti seisi ruangan yang luas ini. Alat musik seperti piano, drum, gitar, biola, dan beberapa alat music lainnya tersusun rapi memenuhi seisi ruangan. Kertas not balok bertebaran di lantai ruangan. Dingin lantai menusuk pipi Dareen yang memejamkan matanya sambil menghitung detik yang terdengar dari jam dinding berharap detik berikutnya bell berbunyi.

"tik-tok,tik-tok,tik-tok,Ding dong"

Bunyi bell membuka lebar mata Dareen yang terbaring membentangkan kedua tangan nya. Tubuh Dareen belum bangkit dari posisi nyaman nya.

" Wah wah... bolos nih? Sekolah tu yang bener,belajar, bukan bolos, aku aduin bunda mau?" sosok Wanita kulit putih rambut pendek berkacamata, dengan tubuh tinggi dan ramping berdiri di hadapan Dareen. Dia Karell, ia mengulurkan tangan pada Dareen dengan maksud membantu Dareen bangkit.

"Ingat waktu smp kan? aku ikut less fisika matematika mahal tapi tetap di posisi 31 dari 32 siswa, itupun nilai fisika ga naik sama sekali, otakku nolak belajar "jawab Dareen ketus sambil menerima uluran tangan Karell.

"Hahahah, iya aku ingat. Eh Kalingga blom nyamperin? aku kira dia disini" lanjut Karell dengan nada bertanya.

"Tadinya iya, sekarang lagi basket paling sama kak Fanny" Jawab Dareen dengan nada malas.

" Kita duluan aja kali ya? nanti pas deket lapangan pura-pura ga liat aja ckck" balas Karell dengan sedikit senyuman jahil.
Kepribadian Karell yang tomboy membuat nya lebih sering bergaul dengan laki-laki. Sikap friendly ke semua cowo nya ini sering kali membuat nya selalu gagal dalam percintaan.

Dareen mulai melangkah keluar dari ruangan bersamaan dengan butiran debu yang naik terlihat jelas dari bias cahaya yang menembus jendela. Di luar ruangan langit jingga mulai menggelap, angin menyapu dedaunan gugur. Jalanan yang Dareen lewati rindang di teduhi pepohonan rimbun yang berjejer, remaja berseragam putih abu-abu mulai keluar dari gerbang.

"Ooooooii, tunggu dong !" Kalingga bersorak sambil berlari mengejar.
" Kamu godain kak Fanny lagi ya? Udah di tolak masih aja ngedeketin." Candaan Karell sambal menepuk Pundak Kalingga.

"Masih ada kemungkinan di terima kok, nanti kalo di terima ku traktir, lagian gausah ngomongin tetangga kalo sendirinya masih jomblo ckck" sindir Kalingga.

"Cari mati yaa ? " balas Karell menodongkan tinjunya dan menarik kerah baju Kalingga.

Dareen tertawa melihat tingkah dua temannya yang sering kali bercanda seperti itu. Dareen tidak terlalu banyak bicara dan terkesan sombong, tapi bukan karna ia tidak mau bicara, tapi dia tidak tau caranya memulai obrolan, dan takut tidak di tanggapi namun teman-teman nya sudah mengerti hal itu.

Dareen dan Karell mengenal kalingga di awal semester saat baru menginjak Pendidikan tingkat SMA. Mereka selalu terlihat bertiga kemanapun mereka pergi.

"Hei Dareen, kudengar dari ketua osis nanti akan ada pemilihan untuk camp di kegiatan kemah budaya gitu loh, bukan Cuma dari anggota pramuka, tapi perwakilan team olahraga dan team seni juga loh, terus nama mu sudah aku daftarkan" Dareen terkejut mendengar itu dari Karell.

athaya dareenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang