Sekat.
Tembok,
dinding,
pagar,
tabir,
atau nama-nama yang sama.
Tidak bisa dibobol,
karena tidak diizinkan pemiliknya.
Tidak bisa dipanjat,
karena sudah dilarang keras pemiliknya.
Tidak bisa dirobohkan atau diruntuhkan,
karena pemiliknya akan murka pada si pemuda.
Berakhir,
tapi tak benar-benar rampung.
Sebab, kini, si pemuda dan pemilik tembok, tetap saling meramu rasa,
hanya saja bersekat tembok.
Tembok yang digaung-gaungkan,
Pada akhirnya tetap tembok,
kokoh,
tak tergores, apalagi runtuh.
Tetap bicara,
tetap ramah pada apa saja,
asal tak maju,
tak mundur pula.
Yang terjadi hanya stagnan di balik tembok,
meski rasanya tetap mekar bagai kembang melati yang baru kuncup dan menguarkan wangi tanpa mencegah siapa pun menghidu baunya.
Pemilik tembok, belum bisa menerima yang baru,
pemuda yang lama masih terjebak di kepala,
atau mungkin ia yang menjebak pemuda lamanya?
Sementara si pemuda baru,
bertahan di balik tembok,
menunggu masa depan,
seperti apa kiranya nanti,
ia tetap meramu,
menunggu tak kenal waktu.
Rampung, atau gantung?#KonsepHatiTua
Rabu, 9 Februari 2022
Windi Isnaeni.
Rampung, atau gantung?
KAMU SEDANG MEMBACA
Konsep Hati Tua
PoetryKalau kamu temukan diksi saya yang menarik, dan mau posting di mana pun, jangan lupa tag saya! ig: windiisnn_ fb: Windi Isnaeni twt: windiisnaeni21 Konsep Hati Tua adalah sebuah komitmen, adalah sebuah kebahagiaan, adalah sebuah kesedihan, adalah se...