Arsyraina POV

178 53 143
                                    

Happy Reading ✌️

Written by HasrianiHamz

💼💼💼

Baru saja mata hendak terpejam saat ponsel yang kusimpan di nakas tiba-tiba berdering menandakan adanya panggilan masuk yang memaksa lenganku terulur meraihnya sebentar jika tidak ingin terganggu lebih lama.

"Halo. Arsyra, ada di mana?"

Suara bariton langsung memenuhi gendang telingaku saat mengetahui telepon sudah tersambung, tanpa bertanya tentu aku sudah bisa menebak siapa penyebab tertundanya tidurku malam ini. Aku memutar bola mata dengan malas setelah mendengar pertanyaannya, sangat tidak masuk akal di tengah malam seperti ini dia masih menanyakan keberadaanku.

Di kos lah, mau di mana lagi, batinku.

"Di ko--"

Namun, baru saja aku akan menjawab tiba-tiba dia sudah memotong ucapanku dengan kalimat perintah. Dasar senior, tidakkah dia mengerti tentang kata lelah dan istirahat hingga semudah itu mengeluarkan kalimat yang mustahil kutolak.

"Boleh ke sekret sebentar? Aku di sini dengan senior yang lain," ujarnya.

"Tapi aku baru saja pulang dari sana, Kak."

Protes kulayangkan mencoba menolak perintahnya dengan kalimat halus, tetapi tetap saja tak kutemukan pengertian darinya.

"Iya, kita memang baru datang ini. Kebetulan ada yang mau dibicarakan," tambahnya.

"Ah, gimana, Kak? Aku sudah mengantuk."

Kucoba sekali lagi merengek menguji rasa ibanya, berharap itu akan berhasil dan membuat perintahnya tidak harus kulakukan. Namun, sepertinya dia sama sekali tidak bisa dibujuk, apa pun itu keputusan akhir tetaplah ucapan senior yang harus di dengar.

"Eh, kamu ini manja sekali. Tunggu Dito di luar, dia sudah kesana mau jemput kamu," ucapnya lalu mematikan telepon tanpa menunggu responku.

Kalau sudah ada yang disuruh menjemput kenapa masih menanyakan keberadaanku, apa lagi tadi katanya senior lain sudah menunggu. Aku ada salah apa sampai seperti akan disidang tengah malam begini, tidak bisa kah mereka menunggu sampai besok.

Tak lama dari itu suara motor terdengar berhenti tepat di depan gerbang, aku yakin itu pasti Dito yang diminta datang menjemput. Tanpa berpikir panjang lagi kusambar jilbab instan yang tergantung di sandaran kursi sebelum berlari keluar membuka pintu, menyiapkan alasan yang sangat ampuh untuk menolak ajakan Dito.

Setelah pintu kubuka, ternyata bukan Dito melainkan kak Adi yang baru saja mematikan sambungan telepon tengah duduk di atas jok motor. Jadilah aku tak bisa lagi beralasan dan terpaksa ikut duduk manis di jok belakang sekali pun dengan wajah yang cemberut. Di tengah malam seperti ini jalanan memang sudah berangsur sunyi karena kurangnya kendaraan yang berlalu lalang hingga kita hanya memerlukan beberapa menit untuk sampai ke tempat tujuan.

Sebelum dudukku benar-benar sempurna, suara senior yang kukenal bernama Iman sudah lebih dulu menyapaku dengan senyum manisnya.

"Arsyra belum tidur?" tanya kak Iman.

"Tadinya sih baru mau, tapi sudah ditelepon sama kak Adi padahal Arsyra baru pulang dari sini," ujarku mengadu dengan wajah memelas.

Sampai jam dua dini hari, aku masih belum juga menangkap pembahasan penting yang disampaikan oleh senior-senior di depanku ini. Dari tadi, aku hanya mendengar cerita dari masing-masing angkatan dan sesekali mereka menggombaliku meski tak pernah mempan.

Hukum dalam RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang