bab 1

3 1 0
                                    

"persahabatan hanyalah omong kosong..."

***

Pagi yang cerah dengan langit yang memukau mata, gunung Slamet terlihat jelas dari sini, udara yang sejuk membuat marissa ingin tertidur lagi namun dia harus pergi sekolah hari ini. pukul 06.00 Marissa sampai di sekolah hanya terdapat Rayiski dan beberapa teman laki-lakinya disini, melihat lantai yang kotor Marissa berinisiatif untuk menyapunya, dia tak mau ada guru yang bilang kelas ini kotor selesai menyapu Marrisa melempar sapu yang telah digunakannya tadi ke pojok kelas. Teman teman perempuannya sudah mulai berdatangan akhirnya dia bisa ngobrol dari tadi dia dicueki oleh teman laki-lakinya.

Marissa melihat Reisya masuk kelas langsung mendekatinya."Hillo pren...jon cie cuma dianggap teman" sapa Marissa dengan penuh hangat dan sindiran.

"Yang penting nggak bau tanah, fiksi pula kasian ayangnya nggak nyata" balasnya.

"Ye prenjon, temen kok disukai"

"Bacot lu"

Melani masuk kelas, Marissa langsung menghampirinya "cie yang masih suka Ama Zain" Sapanya dengan hangat.

"Eh kemarin beneran kamu suka si Noval hah? Cepu ke orangnya ahh" Melani mengalihkan pembicaraan.

"Heh!" Jawab Marissa dengan panik.

Tiba-tiba datang Nabila dengan Reisya bertanya "Crush kamu siapa? Noval ya?". Aku berucap syukur banyak banyak karena mereka nggak dengar apa yang tadi Melani bilang.

Marissa berbisik kepada mereka, "Heh ada orangnya" Marissa malu, kenapa mereka harus bilang seperti ini didekat Noval, tetapi karena ulah dirinya sendiri Marissa jadi membocorkan rahasia yang terjaga tadi. Nabila dan Reisya menatap ke arah Marissa dengan tatapan mata yang aneh seperti tidak percaya bahwa Marissa menyukai lelaki seperti itu.

Marissa kabur dari mereka "Mampus salah sendiri bilang gitu mana sekalian bikin story whatsapp tentang crush kemarin, sudah kesebarkan sekarang semoga aja ga tambah banyak yang tahu deh" batin Marissa. Dia kembali ke dalam kelas seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Jam pertama kosong entah karena apa guru agama tidak masuk, teman teman Marissa yang seperti monyet mulai mengghibah, Marissa ingin ghibah bareng dengan temannya yang bernama Melani tetapi Syifa sudah duduk di sebelah kursi Melani, memang satu meja itu hanya diduduki oleh satu orang karena kelas Marissa dipisah menjadi dua sesi, sesi pertama yaitu absen 1 sampai 17 dan sesi dua absen 18 sampai 34, hari ini yang berangkat sesi dua kemarin sesi pertama yang berangkat.

"Woe lah itu teman seghibahan gw kenapa lu malah jadi akrab hah, bikin gw nyesek aja deh lu, gelut ae yuk, kan gw nggak ada temen yang bisa diajak ghibah lagi bego, tau dah seterah lu ambil ae sono temenku semua juga boleh sekalian noh sama jawabanku ketika guru nanya AMBIL AJA SEMUA AMBIL! Temen diambil, jawaban diambil mana rangkingnya lebih tinggi lagi ah dasar kau perusak, aku benci kau!" Gerutu Marissa di dalam batinnya.

Ia pikir pergi sekolah bisa membuatnya bahagia nyatanya tidak, di sekolah dia didiami oleh teman temannya, biasanya dia ghibah kalau jam kosong begini namun orang itu tengah asik mengobrol bersama dengan orang yang Marissa anggap sok pintar. Melani nama yang sering diajak ghibah Marissa, orang itu asik sebenarnya cuma dia sedikit pendiam dan kalem tidak seperti Marissa yang sifatnya mirip tarzanwati. Reisya dan Nabila mendekati Marissa, mereka kasihan atau mungkin bingung dengan Marissa yang biasanya hiperaktif sekarang jadi diem seperti orang yang sedang galau tokoh fiksi.

"Kenapa, Sya?"

"Kesambet apa tumben diem bae"

Marissa hanya tersenyum walau tidak terlihat karena memakai masker, sekarang marissa tidak mood berbicara hanya diam dan memendam rasa benci yang amat dalam.

I want FreedomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang