bab 3

1 0 0
                                    

Secepat ini ya kisah kita?

...

Usai mengerjakan tugas, Marissa langsung merebahkan diri ke kasur hangatnya.

Marissa bangun, karena akan ke dapur untuk makan.

Tiba di dapur, Marissa mengambil nasi berserta lauk pauk yang terpampang di depan matanya. Tiba-tiba ada suara lirih dari seorang yang memanggil Marissa, "Kakak" Marissa penasaran dia mendekati sumber suara, pelan-pelan dia berjalan. Semakin didekati semakin cempreng suara yang didengarnya.

Marissa berjalan sampai ke ruang tamu, di sana dia melihat dua anak kecil, salah satu anak itu perempuan berumur 8 tahun dengan rambut terurai panjang dan pipi tembamnya, satu anak lagi laki-laki berumur 5 tahun dengan rambut pendek yang lurus serta senyumannya yang manis kepada Marissa. Marissa yang melihat mereka terkejut, tak percaya sekaligus bahagia.

"Halo dek, apa kabar?" Seorang anak perempuan memulai pembicaraan mereka.

Belum sempat menjawab, Marissa lebih dahulu meneteskan air matanya, namun bibirnya tersenyum manis, dia berusaha menjawab dengan suara bergetar, "Halo kakak, adek" tiga kata itu membuat Marissa makin menangis tersedu-sedu, dengan keadaan menangis Marissa berlari ke arah mereka lalu memeluknya.

Anak laki-laki itu memeluk dengan hangat, sedangkan anak perempuan itu juga memeluknya sembari mengelus pelan rambut Marissa. Anak laki-laki itu mulai berbicara ketika Marissa sudah merasa tenang "Kakak, udah ya nangisnya nanti Dhatu ikut sedihh" anak yang bernama Dhatu itu berucap sembari mempraktekkan kalau sedang menangis. Pelita adalah kakak dari Marissa, sedangkan Dhatu adalah adiknya Marissa.

"Iya dekk, kakak Pelita juga nanti sedih lohh" anak perempuan yang bernama Pelita itu juga meniru gaya Dhatu saat berbicara tadi. Marissa mulai tersenyum ketika mereka sedang berusaha menghiburnya, Pelita saat dirasa Marissa sudah merasa benar-benar tenang, "Bagaimana keadaanmu setelah ditinggal kami berdua?" Tanya Pelita.

Senyum yang tadi merekah dimuka Marissa kini perlahan menghilang, dia menjawab, "Ya begitu deh, aku mulai tumbuh dengan berbagai masalah yang terjadi setelah kalian meninggalkanku, hanya satu tahun aku bersama kalian selebihnya aku bersama salah satu dari kalian dan lalu tinggallah aku sendiri," Marissa menangis lagi setelah selesai menjawab pertanyaan dari kakaknya.

Lalu dia melanjutkan perkataannya, "Seperti biasa, papa dan mama lebih sayang kalian dibandingkan aku, kenapa kalian tidak mengajakku, kenapa tidak aku saja yang mati sedangkan kalian masih hidup, tapi setelah kalian meninggalkanku itu" Marissa menggantungkan perkataannnya, ini membuat kakak dan adiknya penasaran, melihat muka penasaran mereka, Pelita berucap, "Ini bukan kebetulan biasa, ini sudah takdir tidak bisa diubah, apapun hal yang mematahkan semangatmu abaikan saja karena kakak tau kamu kuat, sekarang ceritakan dulu kehidupanmu setelah kami pergi meninggalkanmu sendirian" lalu Marissa menceritakan keadaannya setelah di tinggal mereka.

Flashback on

Di rumah papa, papa sedang mengasah pisau dapur ketika sedang mengasah itu papa bilang, "Kenapa kamu tidak ikut dengan mereka hah?! Kenapa bukan kamu saja yang mati!! MEREKA ANAK KESAYANGANKU, Pelita anak yang aku sayang harus mati karena menyelamatkanmu dari truk waktu itu, sedangkan adikmu Dhatu harus mati karena kamu yang kurang cepat memberikannya obat, itu semua karena kecerobohanmu, KENAPA KAMU TIDAK BERTUKAR DENGAN MEREKA, KENAPA!!" papa berteriak sembari menampar pipi Marissa dengan tangan kirinya, sedang memegang pisau ditangan kanannya bersiap membunuh Marissa, sedangkan Marissa pasrah dengan kelakuan papanya. Marissa seolah siap mati untuk memenuhi dendam papanya.

Papa mulai akan menghunuskan pisau ke arah saat itu juga ada bunyi ketokkan pintu dari depan rumahnya, papa memutuskan untuk menyimpan kembali pisaunya dan berjalan menuju pintu depan, menyambut siapa yang datang, begitu pula dengan Marissa dia mengikuti papanya dari belakang agar terlihat seperti keluarga harmonis di masyarakat sekitar.

Papa mempersilakan masuk dan menyuruh tamu tersebut duduk di kursi ruang tamu.

"Eh udah gede aja anakmu, Zayden. Jadi aku dan istriku kesini ingin membawa Marissa seperti yang kamu bilang waktu itu, karena kan ekonomimu sekarang sedang turun. Bolehkah aku angkat Marissa jadi anakku? Marissa boleh kok datang ke rumah ini lagi kapanpun itu" Tamu itu langsung berbicara keintinya. Papa langsung sumringah dan langsung mengiyakan, Marissa yang tak tahu apa-apa mengikut saja. Dia di bawa ke sebuah wilayah yang asing menurutnya, tibalah dia ke rumah sang tamu yang datang ke rumahnya tadi, tamu itu bernama Arzan atau Marissa memanggilnya ayah.

Semenjak itu Marissa tinggal bersama Arzan dan Zoey selaku ayah dan bundanya. Hidup bersama orang yang tak Marissa kenal, awalnya Marissa berpikir apakah mereka bisa dipercaya karena mereka orang asing, bersama orang yang dia kenal saja belum tentu Marissa percaya seperti papa dan mama contohnya. Marissa ragu tapi dia tetap mengikut karena sudah takut dengan kelakuan papanya.

Namun, hidup bersama orang yang tidak Marissa kenali itu jauh lebih baik daripada bersama papa dan mama. Hidup bersama Zoey dan Arzan, yang rumahnya berdekatan dengan kakek dan neneknya

Flashback off

"Ya begitu deh, papa dan mama masih sama seperti dulu kok, tapi aku juga bahagia disini bersama dengan ayah dan bunda," usai Marissa bercerita, Marissa langsung menangis sejadi-jadinya. Manusia mana yang kuat mentalnya jika diperlakukan seperti ini oleh papanya sendiri.

Marissa melanjutkan perkataannya, "Kalian apa kabar, aku sangat rindu dengan kalian, oh ya, Papa dan juga Mama juga masih menginginkan kehadiran kalian, bukan kehadiranku. Mereka tidak menginginkan kehadiranku, mereka hanya kalian bukan diriku, entahlah kenapa aku harus lahir di dunia ini" Marissa menunduk sambil mengeluarkan lelehan air mata. Dhatu mengusap air mata kakaknya, Pelita mengusap punggung adiknya. Mereka menyalurkan semangat kepada Marissa lalu perlahan mereka menghilang sambil berucap,"TETAP SEMANGAT YA, WAKTU SEDIHMU GA SEPANJANG ITU" teriak Pelita. Dhatu juga tak mau kalah dia berucap, "Apapun keadaannya, kami selalu melihat kakak, kami baik-baik saja disini jangan khawatirkan kami" selesai mengucapkan itu, Dhatu dan Pelita lalu menghilangkan dan Marissa kemudian terbangun dari tidurnya.

Usai terbangun dari tidurnya dia berucap, "Ga kerasa tidurnya udah selama ini ternyata, terima kasih kalian semua sudah datang ke mimpi aku, setidaknya aku bisa bercerita dengan kalian" dia berucap lirih, lalu Marissa beranjak bangun dari tempat tidurnya dan mandi karena sudah pukul 3 sore, selesai mandi bunda mengajak Marissa pergi keluar bersama ayahnya tentunya. Marissa menurut dan mengikuti ayah dan bunda menunggangi mobil tanpa tahu akan dibawa kemana.

I want FreedomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang