°0.2

465 97 30
                                    

jangan lupa untuk meninggalkan jejak vote dan komentarnya ya! Selamat membaca ^.^

***


Sejak kecil, menginjak bekas pijakan dari sepatu yang dipakai oleh Junkyu merupakan salah satu hobi yang paling Jeongwoo sukai.

Menatap bahu sempit, dan mengikuti kemana pun Junkyu pergi juga merupakan salah satu hal yang seringkali Jeongwoo lakukan bukan tanpa alasan, melainkan untuk mengukur diri agar bisa pantas mengejar bocah itu, dan berdiri beriringan disampingnya.

Junkyu merupakan anak yang aktif, ceria, dan juga berisik. Berbanding terbalik dengan Jeongwoo yang pemalu, suka berdiam diri, dan tidak memiliki komunikasi yang begitu baik dengan orang asing.

Junkyu memiliki sikap hangat yang membuatnya mudah diterima oleh siapapun, dan membuat orang lain merasa nyaman saat berada di dekatnya.

Ia tak pernah menangis, semenyakitkan apapun itu luka yang ada ditubuhnya.

Tapi kali ini berbeda. Junkyu yang Jeongwoo lihat bukanlah sosok Junkyu yang biasanya ceria, suka berbicara, dan berisik. Kini pria manis itu terlihat seperti seonggok manusia tanpa harapan hidup.

Ia hanya bersandar pada kepala ranjang dengan tatapan kosong yang menatap lurus kedepan, disertai titik-titik air mata yang masih turun membasahi pipi.

Kini Junkyu sudah tidak terisak, apalagi berteriak.

Justru hal ini, yang membuat Jeongwoo takut jika mental Junkyu akan sangat terguncang, sebab Junkyu bisa saja merasa jika dirinya tak akan lagi memiliki harapan.

"apa Haruto perlu tahu, Woo?"

Jeongwoo tersentak, tidak sedikitpun ia menjawab. Obrolan ini akan menuju pada arah yang sama sekali tidak Jeongwoo harapkan.

Jeongwoo memalingkan wajah, memandang langit-langit kamar sebagai satu-satunya cara menghindar dari tatapan kosong Junkyu yang tidak tertuju ke arahnya.

"tapi.. Cepat atau lambat Haruto pasti akan tahu, dan aku tidak ingin membuatnya bersedih"

"Bukankah seharusnya dia tahu? Dia pacarmu!" Monolog Jeongwoo.

Sejujurnya Jeongwoo kesal pada Haruto, bagaimana bisa pria itu sangat sulit untuk dihubungi. Bahkan disaat-saat Junkyu membutuhkan kehadirannya seperti ini, Haruto malah menghilang entah kemana.

Dan Junkyu justru lebih mementingkan perasaan sedih Haruto daripada dirinya sendiri. Padahal belum tentu laki-laki tampan itu memikirkan keadaannya sekarang.

Sial!

"Woo, apakah aku mengalami koma?"

"ya, empat hari" cicit Jeongwoo, tanpa sedikitpun mengalihkan pandangannya untuk menatap wajah Junkyu. Sebab ia tak mampu, Jeongwoo tak sanggup menatap raut putus asa milik Junkyu sekarang.

Junkyu sedikit menarik sudut bibirnya untuk ia paksakan tersenyum, mendengar suara lirih Jeongwoo membuat Junkyu berfikir jika mungkin kini Jeongwoo tengah menatap nya dengan penuh iba. Junkyu terlihat sangat menyedihkan, bukan?

"Kau tidak pulang? Kau pasti lelah Woo, terima kasih sudah menyempatkan waktumu untuk melihat keadaanku" Junkyu tersenyum, sedangkan Jeongwoo meringis kecil melihat senyum yang dipaksakan itu. Junkyu si sok kuat, menurutnya.

"Kau mengusirku? Jahat sekali"

Seketika Junkyu menggeleng ribut dengan kedua tangan yang sibuk meraih tubuh Jeongwoo.

Jeongwoo yang menyadari itu lantas memberikan sebelah tangannya untuk Junkyu genggam, dan tangan yang satunya ia gunakan untuk mengelus surai yang lebih tua beberapa hari darinya itu.

Blind ; Jeongkyu [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang