7# Yttrium

299 37 2
                                    

"Sepertinya kepalaku sudah terisi sepenuhnya oleh kamu, rasanya ingin sekali meledak."

-----oOo-----

Sejak semalam, Ara mulai memperhatikan seluruh gerak-gerik penghuni Asrama. Semenjak mendapatkan surat dari Romeo, ia sering bergumam dengan dirinya sendiri. Misalnya saat sedang memperhatikan Alvan yang sedang senyam-senyum sendiri dengan ponselnya, gadis itu mulai berpikir.

"Gak mungkin Apan kan? Dia aja suka gonta-ganti cewek, masa suka sama gue yang modelannya begini. Gak mungkin banget."

Dan lanjut lagi saat ia memperhatikan Abi yang sedang sibuk berkutat dengan laptopnya. Ia mulai berpikir lagi.

"Mana mungkin, anak ambisius begini suka sama gue yang otaknya pas pas an gini. Skip."

Dan di pagi ini, Ara sudah mulai berlagak menjadi detektif lagi saat menatap Nathan yang sedang sarapan di meja makan.

"Iya , gue tau kalo gue ganteng, tapi ga usah gitu kalo natap. Entar jatuh cinta loh," celetuk Nathan tanpa memandang Ara.

Ara spontan berdeham dan mengalihkan pandangan.

"Gak usah ge'er ya anda," tukas Ara.

Nathan hanya terkekeh kemudian bertanya, "Kenapa sih? Gue tau lo mau ngomong sesuatu."

Ara ternganga mendengar kata Nathan.

"Wahh lu cenayang ya, tau dari mana lu kalo gue mau ngomong sesuatu."

Nathan mulai berdiri dan menuju wastafel guna mencuci piringnya, lelaki itu memang selalu menerapkan kebersihan di Asrama.

"Enam tahun gue kenal lo, Ra, jelas gue apal lah."

Ara hanya manggut-manggut setuju, benar juga apa yang dikatakan Nathan. Mereka sudah berteman sejak SMA. Jadi tidak mungkin juga lelaki itu menaruh perasaan padanya. Mereka itu sudah tau aib masing-masing dan cocoknya memang hanya sebagai sahabat.

"Mau ngomong apa sih?" tanya Nathan.

"Gak jadi," balasnya beranjak meninggalkan Nathan.

Ara berjalan ke depan dan mendapati Haidar sedang mencuci motornya. Ia kemudian duduk di kursi dan memandangi lelaki itu lekat.

"Gak mungkin juga kan si malika, mana mungkin bocah pecicilan itu bisa sepuitis Romeo, udah gitu semuanya isinya english lagi. Gak mungkin." batin Ara sambil bergeleng kepala sendiri.

"Woy, Mas Raka mana?" tanya Ara pada Haidar.

"Ngampus lah, ngapain nyari Raka?"

"Gak papa," balasnya singkat. "Faren?" tanyanya lagi.

"Lu nyariin yang gak ada mulu, yang ada ini kek." tukas Haidar.

"Ya kan udah ada, ngapain dicari."

Tak lama kemudian terdengar suara motor memasuki pelataran rumah. Ara kira itu Raka atau Faren, namun ternyata bukan. Alvan lah yang baru saja pulang.

"Ceilah, lu berdua dah kek suami istri aja." itulah kalimat pertama yang terlontarkan dari mulut seorang Alvano Bagus Setiawan.

"Doain, Pan," tutur Haidar dengan senyuman yang bagi Ara sangat menjengkelkan.

Ara hanya memicingan matanya menatap Haidar.

"Ra, gue ada hot news nih." beber Alvan saat ia mendekati Ara dan duduk di sampingnya.

"Apaan?"

"Gue tadi lihat si buldok jalan sama cewek, beuhh cantik banget. Badannya beuuuhh."

"Badannya kenapa, Pan?" sela Haidar.

Asrama AsmaraㅣNCT Dream ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang