II : HE FINDS ME — Start.
Ada hal yang lebih gila dari ini semua.
Kenyataan bahwa aku harus menahan rasa lapar setelah berjam-jam bersembunyi di tempat sempit dengan sedikit udara yang masuk, dan tanpa sengaja melihat sebungkus permen di lantai koridor adalah hal yang lebih gilanya.
Aku tidak ingin mati dengan keluar begitu saja dari tempat ini. Kawanan zombi itu masih berkeliaran bebas di sekitarku.
Setelah menimbang-nimbang keputusan, akhirnya aku memilih untuk membuka sedikit pintu loker dengan meminimalkan suara yang bisa ditimbulkan. Aku mengulurkan lenganku ke luar dengan sangat pelan.
Sambil menelan ludah kasar dan dengan suara detak jantung yang begitu berisik, aku menahan frustasi ketika jarak permen itu nyatanya lumayan jauh dari jangkauanku.
Hingga sedikit lagi untuk mencapainya, aku dikejutkan dengan eksistensi kedua kaki yang hanya berjarak sejengkal dari lenganku. Sontak aku menarik kembali lenganku dan gerakan panik yang tak sengaja kubuat sialnya mampu menciptakan segaris panjang di permukaan kulitku ketika hendak menutup pintu loker.
Lenganku bergesekan dengan ujung besi pada pintu loker yang menimbulkan luka terbuka. Namun, bukan itu yang membuatku menangis tersedu-sedu, melainkan dengan mendadak kawanan zombi mendekat ke pintu loker dan berusaha membukanya. Jumlah mereka yang mungkin ada sekitar belasan itu pastinya cukup membuat pintu loker sedikit demi sedikit terbuka.
Aku menangis sembari mengabaikan rasa perih di lenganku. Mereka seperti memiliki energi yang tidak terbatas karena tidak hentinya mendorong loker ini.
"Tolong aku... Aku mohon, siapa pun," lirihku di sela-sela tangisan yang tak kunjung reda. Di benakku mulai terlintas bagaimana sakitnya ketika digigit oleh segerombolan mayat itu.
Sedetik kemudian, suara-suara zombi itu tidak terdengar. Di luar hanya ada kesunyian. Meski begitu, aku tetap menahan suara tangis ini sampai tak menyadari bahwa kekacauan yang menimpaku sudah tidak ada lagi.
Ketika aku mendengar suara langkah mendekat, perlahan kubuka mataku dan dengan gerakan patah-patah aku mendongak.
Pintu loker sudah terbuka dan aku melihatnya berdiri di depanku sambil menggenggam sebatang kayu panjang.
"Jinsu, kau baik-baik saja?"
Dan suara itu berhasil menginvasi seluruh indra pendengaranku. Bersamaan dengannya yang sukarela mengulurkan tangan ke arahku.
Dia...bagaimana bisa dia menyingkirkan zombi-zombi itu?
Published on (15/02/22)
KAMU SEDANG MEMBACA
Friday Disaster ✅
FanfictionTidak pernah sekali pun terlintas di benakku kalau hari ini sekolahku menjadi incaran kawanan mayat hidup itu. Atau mungkin saja aku salah paham ketika menyadari bahwa sebenarnya hanya aku dan Jisung yang menjadi santapan 'mereka' dari sekian banya...