Bonus Chapter : Tinkerbell [Haowen Caroline]

5.3K 472 43
                                    

Dua puluh menit yang lalu, ruangan yang dulu milik ayah angkatnya kini menjadi miliknya. Ruangan khusus atasan dengan dinding hitam abu-abu yang kini diubah oleh Haowen menjadi putih gading dengan biru awan.

"Haoweeen~"

Haowen menoleh dan terkekeh melihat Caroline nampak kesusahan memakaikan sayap mainan dilengannya. "Astaga, dasar tak ingat umur" ucapnya yang membuat Caroline mendelik.

"Ish! Aku hanya rindu dengan masa kecilku dulu" elaknya tak mau kalah.

Pria itu menggelengkan kepalanya heran walaupun akhirnya ia membantu kekasihnya untuk memasang sayap peri kecil dikedua lengannya.

"Ugh! Sesak!" pekik Caroline membuat Haowen memutar bola matanya malas.

"Kau sudah besar, Aro. Badanmu juga melar seperti mochi" ujar Haowen yang tanpa sadar menimbulkan perkara.

Sret!

"AKHHH!"

"APA?! JADI KAU MENGATAIKU GENDUT BEGITU?!!" teriak Caroline murka menjambak rambut Haowen dan memutar-mutarkan kepalanya mengabaikan kekasihnya memekik sakit.

"TIDAK SAYANG! MOCHI KAN ENAK-ENAK MENGGEMASKAN!" balas Haowen teriak yang kepalanya kepalang pusing bahkan ia bisa merasakan rambutnya beberapa akan rontok.

Caroline melepaskan jambakannya lalu mengambil tas kerjanya dari sana. "Lebih baik aku melanjutkan kerja magangku!" pekiknya jengkel menghentak-hentakkan kakinya dan pergi dari ruangan itu.

Haowen menggelengkan kepalanya sembari meringis sakit memegangi rambutnya.

"Persis seperti aunty Junghwan yang galak"

🍁🍁🍁

Caroline mendengus sebal melihat kehadiran sosok yang sangat ia hindari saat ini. Ia menggeser bekal makannya sembari menatap sinis Haowen yang tersenyum.

"Jangan dekati aku. Aku kan gendut" sentaknya galak menyuapkan nasi bekalnya dengan ukuran besar.

Haowen terkekeh melihat kekasihnya merajuk yang nampak menggemaskan. Ia sesekali membalas sapaan karyawan− ralat calon karyawannya nanti dengan ramah sebelum menatap gadis itu.

"Lagipula mengapa kalau gendut? Kau tak lupa kan jika aku sangat menyukai mochi?" tanya Haowen sementara Caroline masih setia mendengarkannya.

"Mochi itu lembut, lunak dan enak seperti candu menurutku. Itu penggambaran yang pas untukmu bukan?"

"Huh kenapa aku?" tanya Caroline bingung.

Haowen mencubit pipi gembil kekasihnya dengan senyum gemas. Ia meraih jepit rambut berbentuk matahari untuk dipasangan di poni Caroline sisi kanan.

"Sebagaimana pun rupa dirimu. Kau selalu kuanggap mochiku yang selalu kugemari dan kucintai"

Caroline tidak jadi marah kalau kekasihnya sedang dalam mode Romeo begini.

🍁🍁🍁

"Ayo"

Caroline mengangguk dan keluar dari mobil sembari menerima uluran tangan Haowen. Tak lupa sebuket bunga mawar ditangan kanannya ia genggam dengan erat. Sementara tangan kirinya tengah memegang lengan kekasihnya.

Mereka berdua berhenti didepan nisan dengan nama Travis Callahan juga tanggal kematian yang tertera pada delapan tahun yang lalu. Haowen bersimpuh dihadapan gundukan tanah itu.

"Selamat siang, ayah"

Caroline tersenyum lembut sembari mengusap lembut punggung kekasihnya yang sekuat tenaga menahan tangis. Matanya berkaca-kaca hingga air matanya jatuh diatas nisan ayahnya.

[S2] THE GODFATHER [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang