Sesosok gadis paruh baya berusia 19 tahun dengan pakaian albus duduk termenung di sudut ruangan yang berukuran 3 kali 4 itu. Gelap....., seperti perasaannya, kosong seperti hatinya. Meringkuk memeluk kedua lututnya, tangisannya bak sungai yang mengalir deras, getar bibirnya melambangkan betapa hancurnya dia. Dunia sepertinya tak pernah berpihak padanya, sedikit saja bahkan tidak pernah. Letih tubuhnya, ter-gambarkan dengan kondisinya sekarang, sakit hatinya terlihat jelas pada tatapan matanya yang indah. Uraian rambut hitamnya menutupi letih di wajahnya.
Sosoknya dikenal dengan anak yang periang, baik hati dengan senyuman selalu terukir indah di bibirnya. Namun, ketika mentari berpamitan dan bulan hadir menemaninya, dia menjadi dirinya sendiri. Dirinya yang tak pernah dilihat oleh orang lain. Dekapan bulan selalu membuatnya nyaman, walau harus menghabiskan malamnya dengan air mata setiap harinya.
Dia adalah hana, seorang gadis kelahiran 14 Juni 2003 anak ke-3 dari 5 bersaudara. Terlahir dari keluarga broken home. Nasib hanya tak berpihak pada gadis ini. Kehidupannya penuh dengan rasa bersalah, bimbang, dan penyesalan. Ntah kapan dunia akan berbalik memberi simpatinya pada gadis ini.
.....................................................................