Rumah sakit Rachmi, Yogyakarta
Pukul 14.00
Tangisan suara bayi perempuan itu terdengar hingga lorong rumah sakit, malaikat kecil yang menjadi sebuah kabar bahagia bagi kebanyakan keluarga. Hana Putri Helios, baru saja hadir di tengah keluarga Helios. Kehadirannya seharusnya menjadi sumber kekuatan dan kebahagian keluarganya. Namun, sayang justru kehadirannya bukan sesuatu yang diinginkan. Anak itu harus lahir tanpa kehadiran sosok ayah, di azankan oleh supir keluarganya bukan ayahnya. Bahkan sebelum kaki kecilnya menginjak dunia luar saja, kehadiran sudah tak diinginkan.
Sosok laki-laki yang seharusnya menemani istrinya dikala mempertaruhkan nyawanya itu sibuk dengan kekasih barunya. Pergi menghabiskan waktu dengan wanita jalang itu, tidak ada hatinya terketuk untuk menyambut putrinya yang baru lahir itu. Tidak usah menyambut, mengazankannya saja yang seharusnya menjadi kewajibannya tidak dia laksanakan.
Kehadiran Hana, seorang menjadi puncak kehancuran keluarganya, ibunya bercerai dengan ayahnya tidak lama setelah itu. Hana Putri Helios, nama yang indah dengan arti yang mendalam, seorang putri dari matahari yang diharapkan mampu memberi sinarnya pada ibunya.
Hari-harinya ditemani oleh ibu, kakek, dan neneknya. Hidup sederhana di rumah yang sangat sederhana. Tumbuh besar dari seorang single mother.
Dunia sepertinya sudah tak berpihak dari sebelum dia dilahirkan, bahkan dunia-pun tak pernah berpihak pada ibunya. Bagai mercusuar di tengah laut yang diterpa ombak besar, tak pernah merobohkannya, justru menjadi penerang di malam yang gelap dan sunyi.
Mungkin kelahirannya tak pernah diinginkan ayahnya, tapi ibunya tak pernah menyalahkan putri kecilnya atas nasib yang menimpanya. Garis tangannya mewarisi garis tangan ibunya. Sayang sekali, seandainya dia terlahir dari keluarga yang lebih baik, mungkin tak akan pernah malaikat itu menerima hidup yang keras ini.
Masa kecil gadis itu ditemani oleh nenek dan kakeknya, diajarkan berbagai hal oleh keduanya. Sementara ibunya mencari pundi-pundi rezeki untuk memberi makan keluarganya. Walau tumbuh tanpa waktu yang cukup dari ibunya, bukan berarti dia tak mendapat kasih sayang dari ibunya. Justru sebaliknya, ibunya begitu mencintainya.
Hana lahir dengan kondisi kesehatannya yang buruk. Dirinya harus sering keluar-masuk rumah sakit. Antibodinya tidak sekuat anak-anak seusianya. Bahkan hanya mandi lebih lama dari biasanya saja, sudah dapat membuat gadis ini terbaring di rumah sakit.
Walau dengan keadaan seperti itu, ayahnya tak pernah sedikit pun bertanya tentangnya, atau mencari tahu kabar tentangnya. Tumbuh kembangnya tidak ditemani oleh kasih-sayang seorang ayah.
Waktu terus berjalan, roda kehidupan terus melaju, orang tuanya telah menjalani hidupnya masing-masing. Ayahnya menikah dengan selingkuhannya itu. Ibunya mendapatkan seseorang yang dapat menjadi tempat bersandarnya, yang mau menerima dirinya dan putrinya dengan segala keadaan.
Kehadirannya di tengah keluarga barunya membuatnya cemas, takut akan penolakan yang diberikan, namun sepertinya dunia sedikit bersimpati. Kasih sayang seorang ayah justru dia dapatkan dari ayah tirinya. Walau dalam menjalankan kehidupannya ditempuh dengan penuh drama yang membuatnya muak, dia tetap bertahan bersinar menjadi bintang utama.
Gadis kecil itu tumbuh menjadi seorang anak yang tegar, yang tetap tersenyum walau dunia terus menempanya. Sesakit apa pun hidupnya tak pernah dia ceritakan pada orang, beban di pundaknya yang selalu dia bawa sedari dini tak pernah dia serahkan pada orang lain. anak itu tumbuh dengan baik, meski badannya masih mungil, dia tumbuh menjadi sosok perempuan yang tangguh dengan hati berlian. Sosok yang menjadi tumpuan dan kebanggaan keluarganya.
......................................................................................