#5

7.3K 674 10
                                    

Selamat membaca!








Ternyata semua gerak gerik Rayyan dari tadi selalu di lihat oleh seseorang.

Prok...prokk

Suara tepukan tangan terdengar di pendengaran Rayyan. Segera ia mencari sumber suara itu.

Terlihat seorang guru tengah berjalan kearah nya. Rayyan yang melihat itu segera memberhentikan permainan nya.

"Mau bergabung ekskul basket?" tanya guru itu ketika sudah berada tepat di depan hadapan Rayyan.

"Saya ga bisa pak" jawab Rayyan jujur.

"Kamu bisa coba dulu Ray. Jangan langsung bilang tidak bisa" guru itu terus saja meyakinkan Rayyan yang membuat Rayyan tidak enak untuk menolaknya.

Rayyan hanya bisa mengangguk kan kepalanya untuk menjawab ucapan gurunya tadi.

Karena kita sudah dewasa harusnya kita tidak perlu memikirkan perasaan orang lain, dan seharunya kita memikirkan perasaan kita saja. tapi kenapa itu semua tidak berlaku pada Rayyan, meskipun sikap Rayyan buruk tapi tidak semua nya.

"Besok bapak tunggu sehabis pulang sekolah"  ucap guru itu sebelum pergi dari hadapan Rayyan.

Rayyan melihat guru itu pergi dengan tatapan kosong, kini rasa takut menguasai dirinya.

Ia tidak pernah berpikir untuk ikut eskul begituan. Tolong selamatkan Rayyan ya Allah. Sungguh kasian sekali nasibnya.

"Lu pasti bisa" ucap seseorang dari belakang yang membuat Rayyan kaget.

"Allahuakbar lu bisa ga sih jangan ngagetin gue trus. Gue capek cok jantungan trus" keluar lah keluh kesah Rayyan.

"Gue sih ga peduli"

"Ketgil" ejek Rayyan.

"Hm"

Theo meninggalkan Rayyan begitu saja. Rayyan sudah berapa kali memanggil nya. Tapi tidak di dengar oleh Theo, seolah olah theo menutup kupingnya agar tidak mendengar panggilan Rayyan.

Dug..

Rayyan melototkan matanya. Menghampiri Theo yang terkena bola basket.

Ia tidak bermaksud melempar ke arah kepalanya. Rayyan hanya ingin bola itu mengenai punggungnya. Tapi ternyata ia salah sasaran.

Rayyan sungguh merasa bersalah saat itu juga. Ia membantu Theo berdiri, tetapi tangannya malah di hampas begitu saja oleh theo.

Rayyan mematung di tempat. Kini aura Theo sungguh membuat bulu kuduk nya merinding. Theo terlalu dominan baginya sekarang.

Theo berjalan tanpa menghiraukan Rayyan yang terus mengikutinya. Theo bukan marah tapi ia ingin memberi pelajaran kepada anak itu.

Perbuatan Rayyan sangat tidak sopan. Meskipun mereka seangkatan. Tapi tetap saja itu bisa membahayakan seseorang.

Untung yang di lempar sekarang Theo. Kalau orang lain gimn?. Bisa bisa urusannya nanti bakal panjang.

Sesampai UKS Theo merebahkan dirinya. Tanpa menghiraukan Rayyan yang berdiri di depan ranjang kasur sambil memperlihatkan nya.

Theo menutup matanya, untuk menghilangkan rasa pusing akibat lemparan itu.

Terdengar suara langkahan yang Theo tau bahwa itu suara langkahan dari Rayyan.

Rayyan menduduki dirinya di samping kasur Theo. Pandangannya  tidak lepas dari Theo. Rayyan ingin meminta maaf tapi ia takut.

Takut kalau permintaan maaf nya tidak di terima. Gengsi nya Rayyan sungguh besar bukan?.

Aduh ini giman anj caranya minta maafnya. Apalagi gue ga pernah minta maaf lagi sama orang. Bangunin ga ya?.

Rayyan terus bertengkar dengan pikirannya sendiri. Ia membenci sifatnya yang satu ini.

Theo yang sadar tidak ada pergerakan dari Rayyan segera membuka matanya. Melihat Rayyan yang hampir menangis.

Theo sudah tidak tahan untuk bersikap seperti ini. Akhirnya ia memutuskan mengelus kepala Rayyan.

Rayyan yang merasa kepalanya di elus segera melihat tangan itu. Tangan milik Theo

"eumm the.." tidak ada lanjutan lagi darinya

"Apa?"

"eumm itu...."

"Ngomong yang bener Ray sejak kapan lu jadi pengecut gini?" Ucap Theo mengejek.

Rayyan yang di bilang pengecut segera menjauhkan kepalanya dari tangan Theo.

"CK, gue niatnya tadi mau minta maaf tapi liat sikap lu kek gini buat gue malas anj" marah Rayyan.

Rayyan berdiri dari duduknya. Theo yang melihat Rayyan ingin pergi segera menahan tangannya.

Satu tarikan yang kini membuat Rayyan di atas Theo. Ini memalukan. Rayyan ingin turun dari tubuh Theo, tapi ia tidak cukup kuat untuk menarik tangannya dari genggaman Theo.

Rayyan yang sudah capek memilih pasrah saja. Menaruh kepalanya di samping leher Thoe. Theo yang sadar tidak ada lagi berontak dari Rayyan segera melepas tangan Rayyan.

Kini tangannya mulai memeluk tubuh ramping Rayyan. Mengelus punggung Rayyan hingga membuat anak itu tertidur lagi.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
T
E
R
I
M
A
...........
K
A
S
I
H
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

JANGAN LUPA VOTEE

 Hate But Marry {End}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang