1

15 5 0
                                    

1. ABU-ABU

~ Hans Pov ~

"Aku suka sama kamu," kataku pelan.

Tanganku berkeringat saat mengatakan itu. Dingin dan basah. Dengan hati tak menentu menunggu jawaban dari kakak tingkatku di jurusan teknik informatika.

Bukan karena aku ke PDan dan menembaknya tanpa alasan. Tapi karena kami sudah dekat dan aku yakin dia juga punya perasaan yang sama denganku.

Aku melirik Fendi. Jantungku berdegup dengan cepat saat melihatnya tersenyum.

"Aku juga menyukaimu," sahut Fendi.

Cowok yang terlihat tenang dengan kedua mata yang teduh itu kembali tersenyum.

"Kalau perasaan kita sama, bagaimana jika kita menjalin hubungan...lebih dari teman?!"

Mataku terbuka lebar. Kata-kata Fendi yang sudah bisa aku tebak tetap mampu membuatku gugup dan membuat hatiku senang luar biasa.

"Aku...aku mau," sahutku.

...

Aku menghela nafas panjang. Rokok yang hampir habis itu aku tekan di asbak. Saat aku membersihkan kamarku, aku menemukan buku harianku dulu. Aku selalu menulis apapun yang berkesan di sebuah buku untuk di jadikan kenang-kenangan. Tapi itu dulu. Sebelas tahun yang lalu. Saat aku masih semester dua di sebuah kampus swasta.

Aku menutup buku harian itu lalu memasukkan buku itu di dalam kotak kardus yang bertuliskan 'Barang Penting.'

Rasanya heran saat aku membaca ulang buku harianku. Bagaimana bisa aku menulis sesuatu yang begitu memalukan. Apalagi aku menulisnya dengan detail. Bahkan setiap kata-kata Fendi tertulis jelas di sana.

Hahahaha...

Konyol.

Setelah menyingkirkan semua barang yang tidak terpakai, kamarku terlihat lebih rapi. Seharusnya aku membersihkan kamarku secara berkala. Tapi karena sibuk, aku jadi tidak bisa menyentuh mereka sama sekali.

Mataku tertuju pada meja kerjaku. Begitu banyak foto dengan bingkai hitam polos. Ada dua orang di seluruh foto itu. Yang satu aku dan yang satu lagi tentu saja Fendi.

Mantanku.

Aku kembali mengeluarkan rokok dan menyelipkan satu batang di bibirku.

Tanganku menyapu semua foto sampai foto-foto itu berjatuhan ke dalam kotak kardus yang sama dengan buku harianku. Setelah itu aku mengeluarkan beberapa bingkai foto kosong dan meletakkannya di atas meja.

Aku tersenyum puas saat melihat mejaku kembali rapi. Semua dokumen juga sudah tertata rapi di rak dokumen mini yang baru aku beli.

Hpku berdering saat sedang memberi perekat pada kotak-kotak kardus.

"Hallo," sahutku.

'Pak, maaf saya lupa memberitahu bapak kalau ada orang dari product marketing mau datang.'

Aku melirik kalender yang ada di dinding.

Oh...besok ya jadwalnya?!

"Terus?" tanyaku.

'Anu pak...hehehe...datangnya hari ini.'

"Ya udah kamu jemput aja. Terus kamu bawa ke hotel. Biar dia istirahat."

'Saya...di luar kota pak.'

Mendadak emosiku membumbung.

"HUH??? NGAPAIN KAMU KELUAR KOTA?? TERUS YANG JEMPUT DIA SIAPA???"

'Ya...ya ini kan hari libur pak. Aku nggak tau kalau orangnya datang hari ini.'

Sial...

Aku menghela nafas.

Abu - AbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang