2. ABU-ABU
~ Hans Pov ~
"Kenapa kamu nggak jemput aku?" tanya Fendi.
Itu adalah pertanyaan yang ditujukan padaku yang baru saja datang ke kantor. Aku melihat jam yang terpasang di dinding. Sudah jam sepuluh.
"Kalau kamu menungguku, kamu hanya akan membuang waktumu," sahutku sambil kembali melangkahkan kakiku.
"Padahal aku menunggumu," gumam Fendi.
Mataku beredar ke seluruh ruangan untuk mencari Ikki. Aku ingin mengomelinya hari ini. Tapi batang hidungnya sama sekali tidak kelihatan.
"Pak, tadi pak Rian baru telfon menanyakan faktur bulan februari kemarin," kata Bella saat melihatku.
"Kenapa sama faktur bulan februari?" tanyaku sambil meletakkan tas berisi laptop ke salah satu tempat duduk yang ada di sini.
Bella menjelaskan jika ada masalah faktur di bulan itu.
Aku menghela nafas.
"Kenapa kamu laporin itu ke saya? Itukan masalah sepele. Harusnya kamu bisa cari jalan keluarnya," kataku kesal.
Sedikit-sedikit lapor, sedikit-sedikit menunggu keputusan dari atasan. Kalau masalah sepele dan sudah tau apa yang harus dilakukan...ya harus coba dulu. Jika mentok nggak bisa, baru laporkan pada atasan.
Aku menghela nafas.
Daritadi aku sadar kalau ada sepasang mata yang mengawasiku tanpa jeda.
Ayolah Fendi...jangan membuatku merasa tidak nyaman dengan tatapan kedua matamu. Itu bisa menggangguku.
"Bagaimana kalau pak Fendi Ikut saya sebentar?" tanyaku saat melihat Fendi yang hanya berdiri mematung.
"Oke, saya juga bingung mau pergi kunjungan dengan siapa," sahut Fendi.
Akhirnya kami berdua masuk kedalam ruanganku. Sebenarnya aku baru diputar ke tempat ini tiga bulan yang lalu. Jadi aku masih harus menyesuaikan diri.
Sebenarnya aku tipe orang yang susah menyesuaikan diri. Tapi karena tuntutan pekerjaan, aku diharuskan menjadi orang fleksibel dan tahan banting.
Aku menjadi kepala cabang karena rekomendasi papaku. Memang ya, kalau ada orang dalam, masuk ke perusahaan mana saja jadi lebih mudah.
"Kamu sudah kunjungan ke berapa toko?" tanyaku pada Fendi yang sudah duduk di sofa mini.
Sedangkan aku duduk di depannya.
"Dua toko. Tapi karena pak Ikki ada panggilan ke gudang, jadi terpaksa kami kembali ke sini," sahut Fendi.
Aku meliriknya sekilas lalu kembali sibuk dengan hpku.
"Apa masih ada toko yang mau kamu kunjungi?" tanyaku lagi, "apa di tempatmu ada promo? Atau ada produk baru?"
Kali ini aku meletakkan hpku dan berusaha menatapnya. Ternyata memang masih terasa berat untuk menatapnya lurus seperti ini. Tapi karena ini masalah pekerjaan, aku harus bersikap profesional. Tidak boleh mencampurnya dengan emosi pribadi.
Aku sudah mengingat itu berkali-kali sejak pertemuan kami kemarin. Tapi tetap saja itu tidak mudah.
"Setidaknya aku harus mendatangi sepuluh toko," sahut Fendi, "ada promo di bulan agustus mendatang. Memperingati hari pahlawan. Untuk produk baru, kami belum ada."
Dia juga menatapku. Tatapannya lurus kearahku. Membuatku menjadi gugup.
Aku menelan ludah.
Ini salah. Seharusnya aku bisa mengatasi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abu - Abu
RomanceGak ada deskripi cerita ya. Yg pasti ini cerita BL yg dl sempet aq up di grup fb tp gak sempet lanjut. Jadi inginnya aq lanjut di sini aja. Dan sorry aq slalu gak bisa mikir judul dan covernya haha.. 🙏