Lacrimosa 1: Pertemuan

1 0 0
                                    

Siluman dan manusia merupakan dua makhluk yang selalu berseteru sejak zaman dahulu. Siluman seringkali mengganggu, menculik dan membunuh manusia sehingga menimbulkan ketakutan dan kekacauan. Saat keadaan berada pada puncak kekacauan itu lahirlah para manusia yang diberkati kekuatan roh sehingga dapat membasmi para siluman.

Kota Maldiv merupakan salah satu kota yang makmur, tetapi dikelilingi oleh pengunungan dan hutan. Hal itu menyebabkan banyak siluman yang tinggal dan membuat perkumpulan disana. Memberikan lebih banyak teror dan ketakutan pada warganya.

Banyaknya Siluman membuat para manusia yang terberkati berkumpul di kota Maldiv. Perkumpulan para manusia tersebut membuat sebuah klan, mereka menamai diri mereka Klan Edga dengan pembasmi Siluman terkuat menjadi Pemimpin Klan. Mereka telah turun temurun membasmi siluman di kota itu sehingga keamanan kota tetap terjaga. Para warga kota Maldiv pun menghormati mereka dan memberikan rasa percaya yang besar pada klan Edga.

Darisinilah kisah ini bermula, disebuah kota bernama Maldiv, dimana para siluman dan manusia yang terberkati berkumpul. Menciptakan jalinan takdir tak terputus dalam ribuan tahun.

-

"Apalagi yang kau rencanakan?"

Tia memasang muka malas. Melirik ke arah pemuda yang dari tadi mengekorinya kesana kemari. Bahkan ketika dia meloncat melewati rumah rumah warga dan semak belukar pemuda itu tetap mengikutinya.

"Gil berhentilah mengikutiku!" Tia berhenti melangkah dan berbalik menatap pemuda yang berada di belakangnya itu. "Aku bukan anak-anak yang bisa tersesat atau diculik orang asing."

"Itu adalah perintah Pemimpin." Gil menjawab dengan tegas.

"Tidak bosankah kau mengikuti perintah Ayahku selama bertahun-tahun?" Tia menaikkan sebelah alisnya heran sebelum kembali berbalik dan berjalan maju membiarkan pemuda itu sekali lagi mengikutinya.

Bagaimanapun caranya aku harus bisa melepaskan diri agar semua rencana berjalan lancar.

Tia berpikir keras. Memikirkan berbagai macam cara agar Gil bisa menjauh darinya. Bagaimanapun dia sudah menyusun rencana yang begitu matang sebelumnya. Dia tidak boleh mengacaukan rencana itu hanya karena Gil yang mengikutinya kesana kemari.

Tia yang dari tadi berjalan di atas trotoar melihat menyelidik kesemua yang dilaluinya, berharap ada sesuatu yang bisa digunakan untuk menjauhkan Gil dari dirinya. Lalu tatapannya jatuh pada taman yang terletak di samping kanannya. Diapun berbelok memasuki taman itu dan duduk di salah satu bangku ditengah taman.

Suara riang gembira anak anak bermain menghiasi taman itu. Wajar saja karena ini pagi Minggu. Pasti banyak orang tua yang pergi ke taman untuk membawa anak mereka bermain. Terlebih lagi taman itu masih sangat asri. Hijau rumput yang masih setengah basah karena embun pagi dan bebungaan yang mekar disinari matahari.

Tia memejamkan mata. Cipratan air nampak membasahi sebagian wajahnya yang duduk di bangku dekat airmancur.

"Bagaimana kalau pindah tempat duduk?"

Tia membuka matanya menatap Gil  yang berdiri tegak di depannya. Laki laki itu memakai kemeja hitam, celana hitam dan sepatu boot hitam. Rambut hitam laki laki itu disisir rapi ke belakang. Membuat kesan layaknya tentara. Bola mata hitam Gil tampak menatap Tia prihatin menyadari cipratan air mancur yang membasahi sebagian wajahnya.

"Wajahnya lumayan juga." Komentar Tia. "Tapi gayanya bermasalah."

"Apa maksudnya?" Gil nampak heran dengan pernyataan Tia yang sama
Sekali tidak berhubungan dengan perkataannya sebelumnya.

"Gil bagaimana kalau cari pacar?" Tia menawarkan. Sebuah ide baru saja terlintas di kepalanya, "Aku punya banyak teman wanita."

Tia menatap Gil yang dibuatnya heran sekali lagi. Dia sungguh berharap Gil menyetujui usulnya. Jika Gil punya pacar maka laki laki itu akan sibuk dengan pacarnya dan tidak akan mengekorinya kemana mana lagi.

LACRIMOSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang