"...And I'll chase it down, with the shot of truth. That my feet don't dance like they did with you."
•••Josh membuka tirai jendela kamarnya dan melihat satu persatu butiran salju turun menyentuh tanah. Ia bersiap-siap naik ke atas tempat tidur untuk beristirahat setelah seharian bekerja di studionya. Josh sudah hampir jatuh ke dalam mimpi ketika ia mendengar bel interkom apartemennya berbunyi nyaring. Ia berusaha untuk tidak peduli tetapi firasatnya mendadak tidak enak. Lalu begitu saja Josh melompat dari atas tempat tidur dan berdiri terpaku di depan pintu apartemennya. Pada layar interkom ia bisa melihat seseorang yang sangat ia kenali berdiri di sana. Ketika ia sepenuhnya sadar, dengan nafas yang tertahan, ia segera membuka pintu.
"Sam," suaranya serak.
Samantha berdiri memeluk dirinya yang bergetar. Tubuhnya dibalut kaos Nirvana berwarna hitam yang kusut dibeberapa bagian. Rambutnya yang panjang basah akibat butiran-butiran salju yang jatuh di atas kepalanya. Kedua kakinya telanjang tanpa alas dan Josh bisa melihat luka lecet disana. Josh tercekat seolah lupa bagaimana cara bernafas yang benar ketika samar-samar mendengar isakan gadisnya.
Dengan kaku, kedua lengan Josh melingkar di pundak sempit Samantha. Hatinya hancur berkeping-keping saat gadisnya berteriak dalam tangis yang teramat pilu. Josh mengeratkan pelukannya, ia ingin Samantha tahu kalau ia sudah aman bersamanya.
Josh panik ketika tiba-tiba Samantha lenyap dalam pelukannya. Apakah ia terlalu erat memeluknya? Sehingga gadisnya itu kesakitan dan memilih untuk menghilang?
Dingin menusuk, ketakutan, kesepian, dan amarah menyatu menjadi kesedihan yang mendalam.
Samantha-nya menghilang.
Sam, cintanya telah pergi jauh.
***
Josh tersentak dengan nafas tersengal-sengal mendengar bunyi alarmnya yang sengaja ia atur pukul 3 dini hari. Kamarnya gelap, hanya diterangi oleh lampu jalan di luar sana yang masuk melalui jendela yang tirainya selalu ia biarkan terbuka. Ia menatap langit-langit kamarnya, berusaha mengatur nafas. Mimpi yang hampir sama selama satu tahun ini.
Sebelah tangannya yang dipenuhi gambar meraih mug berisi air mineral di atas nakas, lalu meminumnya. Ada dua mug, yang satunya kosong dan terdapat bekas lipstik dipinggirannya. Josh tidak pernah menyentuh mug itu, ia hanya membiarkannya terletak di sana, entah sampai kapan.
Josh melempar pandangan keluar jendela kamarnya. Salju.
Ternyata musim dingin sudah benar-benar datang, dan itu berarti ini adalah salju pertamanya tanpa Samantha di sisi-nya.
Josh seolah masih bisa merasakan sosok gadisnya yang terlelap tenang di sebelahnya. Mereka selalu terjaga setiap pukul 3 dini hari karena diwaktu seperti itu Samantha terbangun dan tidak bisa tidur lagi. Maka mereka hanya duduk bersebelahan di atas tempat tidur dan bercerita sepanjang malam. Hanya Samantha yang banyak bicara, gadisnya itu selalu bersemangat menceritakan apapun. Bahkan dalam remangnya kamar Josh, ia bisa melihat kedua mata Samantha yang berbinar-binar. Sampai akhirnya Josh tahu ia sudah tertipu dengan semua itu. Ia tidak pernah sadar bahwa banyak luka juga sedih di dalam manik hazel milik gadis yang sangat ia cintai.
"Josh, ayo berdansa!"
Ia mulai mendengar suara yang sangat dirindukannya. Samantha yang mengenakan kaos Nirvana kesukaannya. Dan Josh tidak bisa mencegah kedua matanya yang mulai memanas.
Namun sekuat tenaga ia berusaha berkata, "Kau tahu aku ini payah dalam berdansa, Sam."
"Ayolah, aku sudah mengajarimu kemarin. Kau pasti bisa."
Samantha yang tersenyum cerah dan begitu semangat menarik-narik tangannya agar berdiri. Ia sungguh merindukan momen seperti itu.
Josh tersenyum samar, turun dari tempat tidur, "Baiklah, Tuan Putri." Ia memejamkan matanya dan mulai bergerak diiringi kesunyian yang meriah. Namun, selama Samantha bersamanya ia tidak pernah merasa sunyi.
Sepasang kaki yang melangkah berirama.
Kedua tangan yang saling bertaut.
Mereka berdansa sepanjang dini hari itu hingga matahari menyapa di balik jendela kamar Josh.
Ketika Josh membuka mata, tangannya memegang udara yang kosong. Bayangan Samantha tersapu udara dingin yang masuk melalui jendela kamarnya. Salju-salju yang turun semakin deras seolah mewakili air matanya. Ia semakin tenggelam dalam kesedihannya.
Samantha-nya kini menjadi bayang-bayang.
Samantha-nya pergi membawa kesedihannya.
Samantha-nya, sudah tidak ada.
Dan Josh kini berdansa seorang diri, ditemani kaos Nirvana kusam milik Samantha-nya.
•••
In Loving Memory
Samantha I. Remmington
(1995-2020)•••
So I drown it out like I always do
Dancing through our house
With the ghost of you-Ghost of You, by 5 Seconds of Summer
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Songs
Ficción GeneralSetiap kali saya mendengar sebuah lagu, saya selalu terbayang kisah seperti apa yang terjadi di balik lirik-liriknya. Lagu-lagu cinta, Lagu-lagu perpisahan, Lagu-lagu yang tidak pernah sampai, Lagu-lagu penuh kasih. So, here I am with my imagination...