#03. Sweet But Psycho (Last)

624 72 58
                                    

San x Wooyoung

. . .

CAUTION :
Terlalu menghayati cerita fiksi dapat menurunkan tingkat konsentrasi dan menimbulkan efek2 baper(?). Gejala seperti naiknya tekanan darah, euforia, cengengesan, mual2 dan hasrat ingin gampar seseorang bukan merupakan tanggung jawab author.

.

.

.

Happy Reading~ ^^

.

.

.

.

.

Wooyoung berada di rumah sakit, di ruang tunggu bersama beberapa temannya. Sejam yang lalu San dibawa ke ruang operasi, dan sampai sekarang tak ada lagi kabarnya. Terakhir kali dokter menyampaikan informasi bahwa San kehilangan banyak darah, lukanya terlalu fatal sehingga mengenai organ dalamnya, dia kritis dan jantungnya hampir berhenti.

Semua gelisah dicekam kekhawatiran, tapi Wooyoung satu-satunya yang terlihat tenang saat ini. Pemuda itu duduk dengan kedua siku yang bertumpu ke lutut. Darah San di seragam serta kedua tangannya belum sepenuhnya dia bersihkan dan mulai mengering. Wajahnya tertunduk tanpa ekspresi, bungkam seribu bahasa.

Tak ada yang tahu, di balik bisunya, Wooyoung sekalipun menyimpan sejuta rasa takut tak terkira. Dia dihantui kengerian kalau-kalau San tak bisa diselamatkan.

Sebab, Wooyoung-lah yang berada bersama San di dalam ambulans. Karenanya pula dia menyaksikan semuanya—wajah San yang pucat pasi bersimbah keringat, napasnya yang kian berat selagi dipasangi masker oksigen, serta percakapan-percakapan tegang para petugas medis yang bagai menambah kengerian.

Semua serasa seperti mimpi buruk yang tak mau pergi dari benak Wooyoung. Terus terngiang dan terbayang-bayang.

Di depan matanya, Wooyoung menyaksikan San benar-benar sekarat. Seolah-olah pemuda tersebut sudah tidak lagi hidup—dan Wooyoung membenci dirinya sendiri setengah mati karena terus-terusan berpikir buruk.

Wooyoung bahkan tak ingat menghubungi orang-orang di rumah San. Kedua orang tua San mungkin masih di luar negeri saat ini, seperti biasanya, tak mengetahui bahwa putra semata wayang mereka tengah berjuang mati-matian untuk tetap hidup. Wooyoung juga tidak ingat memberitahu Yeosang sekalipun mereka berada di satu gedung rumah sakit yang sama.

Yang ada di pikiran Wooyoung hanyalah San.

“San ....”

Dan Wooyoung terus menggumamkan nama tersebut meski dengan teramat lirih, seakan San di meja operasi bisa mendengar setiap panggilannya.

Ketika puluhan menit terus berlalu dan masih tak ada kepastian, Wooyoung akhirnya tak betah lagi. Dia bangkit berdiri sehingga membuat semua teman-temannya menatap padanya. Dia berkata, “Bisakah kalian tunggu di sini sampai operasinya selesai?”

“Kau mau ke mana?”

Wooyoung tak menjawabnya. Dia semata-mata mengatakan, “Aku akan pergi.”

Saat Wooyoung berbalik hendak melangkahkan kaki, salah seorang pemuda mencegat dan memegang lengannya seraya bertanya, “Hei, kau tidak akan mendatangi mereka sendirian, kan?”

“Wooyoung, jangan sekarang. Saat ini San sedang—”

“Kalian tidak perlu khawatir,” Wooyoung memotong. Dia melepaskan tangan di lengannya, lalu melenggang tanpa menoleh lagi ke belakang.

Love & Pride | ATEEZ Sanwoo [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang