8

264 23 0
                                    

Jimin secara cepat menarik tangan Edelia dan menyingkir. Mobil yang awalnya ingin mundur untuk keluar langsung berhenti. Staf keamanan langsung datang.

"Maaf pak, maaf saya tadi sedang mengarahkan mobil lain." Ucap seorang staf keamanan toko bakery.

"Tidak apa, lanjutkan saja."

Mereka sudah di tempat yang lebih aman sekarang. Edelia menyodorkan tas tempat bekal pada Jimin.

"Menu hari ini Nasi, sup dan bola-bola daging."

"Terima kasih."

"Gue pergi dulu."

"Eh tunggu.."

Edelia berbalik.

"Mau diantar?"

"Tidak perlu."

"Gue harap kita tidak usah terlalu dekat."

Edelia tersenyum dan kemudian pergi meninggalkan Jimin.

Waktu menunjukan pukul setengah sepuluh pagi dan rapat dimulai. Edelia bersiap dengan buku catatannya sementara Lovina dengan laptopnya.

"RC Group memiliki penjualan yang selalu meningkat setiap bulannya mulai dari jam tangan, perhiasan hingga pakaian. Saya tidak dapat meragukan lagi." Ucap seseorang yang akan menjadi calon partnership.

"Okay saya sebagai perusahaan kartun anak-anak setuju untuk bekerja sama dengan mencantumkan karya kami pada tiga bidang usaha."

"Saya sebagai direksi sangat berterima kasih, di masa kini anak-anak sudah semakin pintar dan dapat memilih apa yang ingin mereka beli hingga gunakan. Saya harap kerjasama ini bisa saling menguntungkan dan memungkinkan untuk berkelanjutan."

"Amin, semoga ya. Baik kalau begitu boleh saya langsung tanda tangani surat perjanjiannya?"

Edelia segera menyerahkan surat perjanjian pada sekretaris calon partnership dan kemudian ditandatangani oleh sang pemilik. Eric menandatangani kemudian sang pemiliki dan Eric mengambil foto bersama.

"Okay satu.. dua.. "

"Cekrek.."

"Kami menyiapkan jamuan khusus untuk anda tuan Vinix."

"Wah Tuan Eric, anda tidak perlu repot-repot seperti ini."

"Ah ini hanya jamuan kecil saja."

"Mari saya antar, tuan." Ajak Edelia.

Ruangan rapat tersisa Lovina dan Eric.

"Permisi tuan, apakah notulensi hari ini saya kirimkan lewat email saja?" Lovina bertanya dengan senyuman.

"Iya."

"Hari ini anda akan makan siang apa? Biar saya belikan."

"Hmm, nanti saya pergi keluar saja setelah ini saja ingin menemui orang lain juga." jawab Eric sambil memainkan ponselnya.

"Tolong rapikan ruangan ini ya, saya mau keluar dulu. Terima kasih."

Eric langsung meninggalkan ruangan dan menyisakan Lovina disana.

drt.... drt.... drt......
Drrttttttt..... drrttttttt... drrtttttttt.....

Edelia segera mengambil ponselnya dan menjauh dari sana serta menjawab panggilan. Ia menjawab panggilan di ruangan pantry.

"Kakak..."

"Ada apa Jay?"

"Kak... mama datang lagi."

"Apa yang dia katakan ?"

"Aku sudah lelah, dia kali ini merampok kos ku."

"Apa? Maksudnya?"

Jay duduk bersandar pada tembok dan pandangannya mengedar ke seluruh sudut kamar nya.

"Penanak nasi, kompor portable hingga setrika baju semuanya dia bawa pergi."

Napas Edelia tercekat seketika. Ia tak menyangka kini adiknya yang menjadi sasaran setelah dahhulu Edelia lah yang harus berpindah-pindah kesana kemari dari rumah neneknya agar bisa fokus menempuh pendidikan. Ia dan Jay memutuskan untuk tinggal berpisah satu sama lain untuk menghilangkan jejak.

"Uang yang kakak berikan untuk membayar kuliah semester ini juga dia ambil, padahal aku akan membayar spp hari ini. Ini salah ku memang hanya meletakan diatas meja belajar. Ia datang dan merampas semuanya, aku sangat ingin berteriak namun aku sudah mendapat peringatan dari ibu penjaga."

"Kak maafkan aku.."

Jay mulai menangis, uang yang diberikan kakaknya tidak sedikit dan kini malah hilang.

"Sudah sudah tidak usah menangis. Kapan kamu akan magang? Tinggal sama kakak ya?"

"Magang dimulai minggu depan dan aku harus membayar dulu spp baru bisa melaksanakan magang."

Edelia menghela napasnya, bukan hal baru yang Edelia dengar namun Ia benar-benar sangat lelah.

"Ya sudah kakak transfer lagi setelah ini kamu langsung pergi ke bank ya."

"Baik kak, maafkan aku."

Edelia mematikan panggilan dan segera mengecek rekeningnya.

"Kapan aku sempat menabung untuk punya rumah sendiri kalau seperti ini caranya."

Edelia mengepal tangannya seketika. Ia benar-benar tidak menyangka dirinya harus memakai uang hasil hubungan perjanjian itu.

"Huftt... aku akan mengganti uang itu secepatnya."

***

"Tuan Jimin.."

"Masuklah Merry."

"Mohon maaf mengganggu tuan, kami mendapat laporan dari divisi R&D bahwa launching produk MPASI tetap bisa dijalankan namun untuk produk yang memiliki komposisi selai buah beri akan dibuat sedikit bila ingin mempertahankan dari CV Beri Farm, karena biayanya tidak sedikit, namun bila tuan tetap ingin membuat dalam jumlah banyak maka akan diisi dengan campuran dari selai suplier lain."

"Hmm..."

"Beri saya waktu untuk berpikir dulu ya."

"Baik tuan, divisi R&D dan keuangan memohon untuk jawaban secepatnya."

"Baik terima kasih. Oh ya bagaimana dengan influencer yang sudah diundang?"

"Semuanya mengatakan dapat hadir tuan. Mereka sudah siap dan persiapan sudah aman."

"Okay terima kasih, apa ada yang ingin kamu sampaikan lagi?"

"Tidak ada tuan, saya permisi."

Waktu sudah semakin sore dan Jimin belum selesai juga dengan pekerjaanya. Ia sedang melihat berita acara pelatihan staf produksi di outlet lain hari ini.

"Untungnya berjalan dengan lancar."
drt.. drt..

Edelia : "Gue udah selesai, loe mau jemput atau nggak? Kalau nggak gue mau pulang sendiri."

Mata Jimin langsung terbelalak ketika melihat pesan itu di layar ponselnya.

"Oh ya lupa."

Jimin segera menekan panggilan.

"Halo..."

"Selamat sore Nona Edelia."

"Jadi bagaimana? Gue dijemput atau tidak?"

"Aku tiba setengah jam lagi."

"What? Gue pulang sendiri aja deh."

"Jangan dong.,, nanti mereka bisa curiga."

"Ya sudah, setengah jam ya."

"Iya di luar macet, Edelia.."

Edelia terdiam beberapa saat. Bisakah Jimin tidak usah memanggil namanya pada akhiran.

nutt.

"Yah dimatiin, dasar jutek banget."

Jimin segera menyelesaikan pembacaan berita acara dan menandatangani, segera melakukan scan dan mengirimkan pada Merry sekretarisnya.

Edelia terus melirik jam tangannya, Ia sudah menunggu sepuluh menit di depan minimarket.

Tak lama kemudian terdengar bunyi rintik hujan.

"Yah hujan...."

Edelia membuka tasnya untuk mencari payung namun Ia tak menemukan payungnya.

"Hari ini benar-benar tidak terprediksi."

Seorang pria mendekatinya dan menepuk punggungnya.

"Edelia? Kamu belum pulang?"

"Tuan Eric?? Belum tuan ."

"Mau bareng dengan saya tidak?" Ucapan Eric mulai melembut ketika di luar kantor.

"Terima kasih tuan, saya sedang menunggu teman saya."

"Baiklah. Saya duluan."

"Baik hati-hati di jalan tuan."

Eric masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi penumpang, seperti biasa Eric diantar oleh seorang supir pribadi.

"Hmmm lama sekali, ini sudah tiga puluh menit dan dia belum datang juga. Jangan sampai kaki gue bertahan sia-sia."

teett..tteettt.

Sebuah mobil di depannya menekan klakson.

Jimin keluar dari mobil dan membuka payung Ia berjalan ke arah Edelia.

"Lama."

"Maaf ya."

"Ayo masuk ke mobil."

Jimin mendekat ke samping Edelia dan memayungi Edelia tanpa sadar tangan Jimin merangkul pundak Edelia.

"Ehmm."

Jimin segera melepaskan tangannya.

"Ayo jalan, sudah terlalu malam." Ucap Edelia singkat.

Hujan sangat deras dan membasahi jalanan ditambah lagi kemacetan membuat kendaraan berjalan dengan lambat.

Tak ada percakapan hanya suara musik dari radio yang Jimin nyalakan.

"Ehmm." Jimin berdeham.

"Terima kasih bekalnya, rasanya cukup enak."

"Sama-sama." Ucap Edelia singkat.

Edelia melepas sabuk pengaman dan mengenakan tasnya.

"Hari sabtu nanti ada kegiatan yang harus kamu hadiri bersama ku."

Jimin menyerahkan sebuah selembaran pada Edelia.

"Launching produk baru MPASI."

"Aku akan sangat sibuk dan tidak bisa menjemputmu, tapi aku akan meminta orang untuk menjemputmu."

"Tidak perlu, gue bisa datang sendiri."

"Kamu pasti datang kan?"

"Iya."

Jimin kemudian melepas sabuk pengamannya dan bersiap turun.

"Tunggu."

"Uang yang loe berikan waktu itu akan gue kembalikan."

"Tidak perlu, itu bayaran atas akting mu."

"Tapi itu terlalu banyak, lo seperti..."

"Menyewa mu? Jangan berpikir seperti itu. Akting mu sudah sangat bagus dan aku memang harus memberikan penghargaan."

"Penghargaan tidak harus uang kan?"

Jimin tersenyum dan tertawa singkat.

"Bila aku memberikan yang lain sepertinya kamu tidak membutuhkannya."

Jimin mendekatkan wajahnya pada Edelia dan menyisakan jarak lima belas centi, Edelia hanya bisa diam.

"Sekarang saja akting mu semakin baik, terus lah begini."

Ucap Jimin sambil tersenyum.

***
Hari H tiba, toko bakery pusat sudah dipenuhi banyak pengunjung yang tentunya tidak lain ibu-ibu yang memiliki anak berusia batita hingga balita. Ruang pertemuan sekaligus ruang acara sudah di desain dan diatur sedemikian rupa dengan hiasan berwarna pastel dimana-mana, hari ini cafe yang berdekatan dengan ruang pertemuan dijadikan ruang acara sekat antara ruang pertemuan dan cafe dibuka. Suara anak-anak memenuhi ruangan.

Hari ini tidak hanya acara launching ada juga talkshow singkat untuk para ibu-ibu mengenai betapa pentingnya asupan yang bergizi untuk mendukung pertumbuhan anak.

Jimin berdiri di belakang panggung berkumpul bersama staf acara yang juga adalah staf kantor dan beberapa staf toko.

"Okay kita tos dulu ya.." Ucap seorang staf penanggung jawab acara.

"MPASI? Anak sehat ibu senang."

Acara sudah dimulai dan pembawa acara mulai beraksi.

"Kepada Bapak Jimin selaku pemilik Usaha Love and Eat Bakery dipersilakan untuk menyampaikan sambutan."

Jimin mengambil uluran mic dan mulai berbicara.

"Selamat pagi bapak-ibu semuanya...."

Jimin mulai menyampaikan sambutan dan beberapa kalimat penyemangat sebelum acara inti benar-benar dimulai.

"Akhir kata,, pertumbuhan setiap anak bukan hanya tanggung jawab seorang ibu namun ayah juga memiliki peran yang penting, selain menafkahi ayah juga menjadi penyemangat bunda dalam tetap memberikan asupan yang baik dan bergizi untuk anak-anak. Memang saya belum merasakan menjadi seorang ayah namun saya mengetahui menjadi orang tua tidak lah mudah."
Pandangan Jimin mengedar pada seluruh ruangan, nampak anak-anak yang terus memanggil-manggil mamanya, ada juga yang berjalan kesana kemari.

"Kiranya dengan adanya MPASI ini dapat membantu bunda dan ayah dalam mendukung perkembangan dan pertumbuhan anak, serta meningkatkan pengetahuan rasa-rasa baru pada sensori pengecap."

Tak sengaja pandangan Jimin terpaku pada seorang wanita di tengah kerumunan. Ia langsung berusaha untuk tetap fokus.
"Acara ini resmi dimulai, mohon maaf bila ada kesalahan penyampaian kata semoga acara ini bermanfaat untuk kita semua. Terima kasih."

Jimin mengakhiri sambutan, beberapa ibu-ibu disana berbisik tidak menyangka ternyata bakery ini adalah milik seorang pria muda yang bahkan belum menikah.

"Tampan ya.."

"Shutt,, inget suami."

Jimin turun dari panggung dan kembali masuk ke belakang panggung. Ia kemudian duduk di kursi belakang, sesekali Ia mengedarkan pandangan mencari wanita yang tak sengaja Ia lihat.

"Permisi, apakah saya boleh duduk disini?"

Jimin menoleh dan nampak Edelia.

"Kamu baru datang?"

"Tidak, gue melihat lo sambutan kok."

"Ehmm. Okay."

Jimin mengedarkan pandangannya secara perlahan.

"Tidak mungkin dia kembali."

.

.

To be continue

Terima kasih telah mampir :D

Boleh klik bintangnya jadi oranye hehe


45 DAYS WITH BENEFITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang