23

76 12 4
                                    

Tangan Jimin menekan tombol pembuka sabuk pengaman pada bangku Edelia.

"Hari ini ada makan malam bersama teman baik ibu ku. Kamu harus ikut."

"Kapan dan dimana?"

"Pukul tujuh sore nanti, tempatnya belum ada konfirmasi lagi namun kamu harus sudah selesai bekerja pukul lima sore, ini bukan makan malam formal tapi aku butuh kehadiran mu."

"Okay-okay, baiklah Tuan Jimin."

Edelia turun dari mobil Jimin dan berjalan di trotoar, seperti biasa Edelia tidak mau warga di gedung kantornya tahu tentang dirinya.

Tangannya membawa bekal yang Ia buat tadi pagi, menu yang sama dengan Jimin. Lima menit berlalu akhirnya Ia sampai ke lantai tempatnya bekerja.

"Selamat pagi, Mbak El."

"Selamat pagi mas." Sahut Edelia pada seorang staf kebersihan perusahaan.

Ia menuju meja kerjanya, tampak tumpukan map yang sudah mengantri dirapikan di rak maupun yang belum. Otaknya mengingat-ingat padahal kemarin Ia pulang terakhir dengan meja yang bersih namun sekarang sudah penuh lagi.

"Selamat pagi mbak El, tetap semangat." Ucap seorang manajer yang lewat di belakangnya.

"Hahaha. Terima kasih banyak pak."

Ia mulai mengerjakan satu persatu map-map itu, ketika memasuki ruangan Eric, nampak map di meja tamu yang sedang Lovina bereskan juga.

"Hmm.. bau-bau lembur ya mbak." Ucap Lovina.

***

Jay mengepak barang-barang di kamar kos itu ke dalam kardus. Jujur saja Ia masih kebingungan apakah Ia harus pindah sekarang atau tidak, karena setelah magang Ia masih harus membereskan beberapa hal administrasi kampus baru bisa lulus.

"Ah sudah lah rumah nenek dekat."

Ia melanjutkan menyusun barang-barang itu ke dalam kardus, melepas kertas-kertas yang menempel di tembok, kertas jadwal mata kuliah, pengingat-pengingat kecil serta beberapa foto. Pandangannya jatuh pada sebuah foto, Ia mengambilnya perlahan dan memandangi.

"Ckkk.. ternyata kakak cantik juga ya."

Foto yang berisikan Jay, Edelia, Milo dan neneknya. Mereka mengambil foto itu ketika Jay lulus SMA dengan tangannya memegang hasil pengumuman diterima di kampus terbaik di kotanya, dan 10 besar terbaik di negara ini.

Ia kemudian memasukan foto itu ke kotak barang berharga yang rencananya Ia akan bawa terpisah dengan jasa pengiriman cepat. Perutnya keroncongan secara tiba-tiba, Ia melirik jam dinding dan nampak sudah pukul tujuh malam, Ia segera menoleh ke seluruh ruangan.

"Oh iya, aku sudah tidak punya rice cooker lagi."

Drt.. drt..

Drt. Drt.

Sebuah pesan masuk ke dalam ponselnya. Ia segera membuka notifikasi. Pesan dengan dua orang berbeda.

Kak Feni_Pembimbing Lapang : "Malam Jay, maaf ganggu waktunya, hasil kerjaan kamu udah kakak cek besok tolong terusin ke supervisor ya! Thankyou Jay, good job!"

Jay tersenyum, Ia senang dan bersyukur dengan hasil kerjanya yang dilakukan secara remote dari tempat kos, minggu depan Ia baru akan pindah ke tempat tinggal Edelia.

"Ahh semoga saja aku direkruttt setelah magang selesai."

Ucapan adalah doa, Ia berharap ucapan nya segera terdengar oleh sang pencipta. Ia berlanjut ke pesan yang lain.

Mama : "Jay, kamu sehat? Mama bisa ketemu sama kamu kapan?"

Ia segera menghapus notifikasi di depannya, bagi sebagian orang mungkin akan melabeli Jay anak yang durhaka, namun hal ini Ia lakukan untuk menahan dirinya agar tidak melakukan di luar batas.

45 DAYS WITH BENEFITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang