4O% ' Mama

881 175 67
                                    

Ruang kelas taman kanak kanak kini terisi candaan serta tawa para anak kecil di dalam sana, kebisingan itu pun bisa membuat siapa saja sakit kepala terutama melihat mainan berantakan dimana-mana.

Tidak afdol katanya jika upload foto ke stargram, bocil keluarga Baji itu lebih memilih memfoto komuk-komuk teman sekelasnya itu daripada berantakin barang dimana-mana.

"Lihat sini, kita foto dulu!" Suruh (Name) mengancungkan jari telunjuk juga tengahnya hingga berbentuk V.

"Foto mulu! mending kita main bepe." Temen sekelasnya bernama jubaidah itu merespon dengan kesal.

(Name) mendengus sebal, (Name) itu bosen, apalagi harus berantakin barang, bocah itu gasuka barang berserakan dimana-mana, tapi namanya taman kanak-kanak pasti tidak jauh dari kata mainan dan berantakan.

Walau begitu (Name) termasuk siswa ceria dan tidak pilih-pilih teman, tapi karena kali ini dia dalam mood yang tidak baik, apalagi kemarin habis gelut bareng papanya, ia kabur dari rumah dan nginep di rumah Mitsuya, iya, temen papanya.

Yang ganteng itu, pacarnya sena.

"(Name) mau pulang, mau main sama kak Luna, Mana." Gerutunya seraya mematikan ponsel milik nya.

Bibirnya menghela nafas berat, menaruh kepalanya pada lipatan tangan menghadap para teman-temannya yang sedang bermain boneka tanpa sedikit pun tertarik.

"(Name), mau?" Seorang bocah laki-laki datang menyodorkan permen hingga menyentuh pipi berlemak (Name).

Bocil itu melirik sebentar dimana permen chup a chup rasa ketek itu di sodorkan, (Name) menggelengkan kepalanya tanda menolak.

"Gak mau." Gumam (Name).

Merasa di tolak bocah laki-laki itu memajukan bibir bawahnya tanda kecewa namun segera merogoh sesuatu di celana seragamnya.

"Kalau ini mau?" Permen chup a chup rasa stroberi kini muncul di genggaman bocah laki-laki itu.

"Hm, aku gak ma───Plop"

Hendak menolak pun tak sempat karena mulutnya segera di sumpal tidak sopan oleh permen berwarna merah tersebut.

"Hihi, enak kan?"

(Name) berdecih sebal, bukannya minta maaf tapi seenak jidat nyumpal permen ke mulut mungilnya itu.

"Huh dasar menyebalkan───untung aja kamu anak paman Chifuyu, Ken." Gerutu (Name) sebal.

Cemoohan itu mengundang tanda tanya di benak Ken, "Memang kalau aku anak ayahku kenapa?"

"Ayah mu tuh──ah! intinya ayahmu itu perfect! gak kaya papaku." Gerutu (Name) kembali.

Mungkin insiden peyoung kemarin membuat (Name) sangat sangat sebal, sampai mengeluarkan unek uneknya di depan anak dari teman dekat ayahnya itu. Hm, jika dipikirkan pun (Name) ingin menangis rasanya.

"Papa ku tuh cuma sayang pe───

"K-kalau gitu jadi anak ayahku aja."

(Name) terdiam cukup lama akan saran dari teman nya itu, mana mungkin (Name) sampai sejahat itu meninggalkan papanya? kalau memang begitu nanti ayahnya sendirian.

Sekesal apapun (Name) ia menyayangi Baji.

"Tapi, nanti papaku sendirian────

"Nggak! kan papamu jadi ada dua." Potong Ken buru-buru.

Tambahan dari Ken membuat (Name) berfikir keras tentang ucapan temannya itu, sungguh ia sama sekali tidak faham.

"Terus──

"N-nggak sekarang, t-tunggu kita dewasa!"

Ken berteriak cukup keras hingga para teman-temannya itu menoleh pada keduanya, bahkan wajah Ken nampak memerah terutama kupingnya.

"Ken-chan, kau sakit? telinga mu memerah." Siti menyadarkan Ken hingga wajah bocah laki-laki itu kembali memerah.

"Iya, mau ku panggil kan sensei?" Kini Asep memberikan saran.

"N-nggak, uhm aku gapapa." Sargah Ken seraya memalingkan wajah.

"Ken, memang aneh." (Name) menaikkan bahu nya acuh melirik teman-temannya.

Setelah (Name) berkata begitu yang lain makin yakin bahwa Ken sedang aneh saja dan tidak kenapa kenapa, apalagi Ken segera duduk kembali di tempat duduknya tanpa merespon perkataan (Name) tadi.

"(Name), itu───

"(Name)-chan." Suara lembut menyapa indra pendengaran sang pemilik nama yang sontak di balas tatapan tanda tanya.

(Name) hanya kebingungan setelah kedua guru tadi berbincang di dalam kelas, setelah salah satu guru tadi keluar guru tadi menyuruh (Name) mendekatinya.

"Mama mu ingin menemui kita di depan sekolah." Tuturnya lembut.

"Hah? T-tapi bu───

Belum sempat menjelaskan, ibu guru keburu menggandeng tangan (Name) hingga mengikutinya menuju gerbang sekolah.

Samar-samar siluet sosok berambut panjang itu terlihat di depan mata, (Name) sih cuek aja orang itu bapaknya kok. Sudah pasti ada kesalah pahaman disini.

"Permisi, dengan ibunya (Name)?"

Baji yang sedang membelakangi keduanya kini memasang wajah cengo, mama, katanya. Memang tubuhnya montok?

(Name) di belakang senseinya itu sedang menahan tawa mendengar papanya dipanggil, 'Ibu.'

"Bu?"

Kedua kalinya membut Baji nampak tertekan, pelan pelan tubuhnya berbalik hingga bersitatap dengan netra Ibu guru (Name) itu.

"───E-eh? pak..?"

Melihat wajah sangar kepala keluarga Baji, segera ibu guru itu menundukan tubuhnya, "Maaf! maaf! saya gak tahu."

Diam-diam guru itu menyumpah serapahi dirinya sendiri karena salah mengira sosok gender orang tua bocil di belakangnya itu, lagian Baji memakai celana panjang dan jaket berwarna hijau muda yang umum digunakan siapa saja, sekaligus rambutnya juga di gerai.

Dilihat dari jauh pun helaian rambut terawatnya itu bergerak mengikuti irama angin sehingga terlihat sangat menawan dari belakang.

Bahkn guru itu mengira ibu/bpak (?) (Name) adalah model, karena saking tingginya.

"Y-ya, haha.. gamasalah, saya juga sering dikira begini." ngarang Baji saking tertekan nya.

"Sekali lagi saya minta maaf!"

"I-iya.."

Tidak (Name) maupun kepala keluarga Baji itu terlihat kebingungan, pada dasarnya Baji adalah single papi, tentu saja itu membuat keduanya kebingungan.

"HAHAHAHA IBU KEISUKE." Teriak (Name) lantang tidak bisa menahan tawanya lagi.

Bahkan ia tidak memikirkan wajah papanya yang sangat-sangat malu, dengan kurang ajarnya pun bocah itu meledek Baji terang terangan di depan gurunya.

"HAHAHAKSK-AHK OHOK OHOK──

'mampus kualat, anak durjana.'

***

19 / O2 / 22

DAUGHTER • bajiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang