INVU

1.5K 277 19
                                    

Jimin memasuki rumahnya. Dia disambut oleh Bibi Song. Maid yang telah merawatnya sejak masih bayi. Wajah wanita tua itu terlihat khawatir. Jimin mencoba bersikap tenang meski sebenarnya dia juga khawatir ketika Bibi Song memberitahunya kalau Ibunya jatuh sakit. Dia sampai harus meninggalkan pelajarannya dengan terburu-buru. Meski di tengah perjalanan Jimin sempat bersitegang dengan teman Minjeong.

"Dimana Eomma?"

"Ada di kamarnya, Nona."

Keraguan Bibi Song tampak ketika Jimin hendak pergi ke atas. Gadis itu tidak buta menyadari apa yang dipikirkan maid yang sudah seperti Ibu keduanya tersebut. Meraih tangan Bibi Song, Jimin tersenyum.

"Tidak apa-apa, Ahjumma. Aku ke atas dulu."

Meski masih merasa ragu akan ide Jimin untuk naik ke atas, Bibi Song membiarkan puteri semata wayang majikannya. Dia tidak bisa melarang. Biar bagaimanapun, dia adalah Ibunya Jimin. Gadis itu berhak memeriksa kondisi Ibunya sendiri.

Menaiki tangga yang membawa Jimin ke kamar Ibunya, dia mengetuk pintu, sebelum membukanya. Di ranjang, Ibunya berbaring membelakanginya. Jimin berjalan mendekat.

"Ahjumma, sudah kubilang aku belum mau makanㅡ"

Ibu Jimin membalikkan tubuhnya, menemukan Jimin berdiri beberapa meter darinya. Wajah wanita paruh baya itu berubah menjadi tak berekspresi. Jimin maju selangkah.

"Eomma, kudengar kau sakit."

"Kenapa kau ada di sini? Bukannya seharusnya kau masih di sekolah?"

"Iya. Tapi aku mendengar dariㅡ"

"Keluarlah. Aku tak mau diganggu."

"Eomma..."

Ibu Jimin kembali membalikkan tubuh membelakanginya. Menarik selimut hingga atas kepala. Membungkus tubuhnya agar tak terlihat. Jimin menahan diri meski merasa kecewa bercampur sedih. Jimin sudah berjanji untuk tidak lagi menangis dengan alasan yang sama. Dia berjanji pada dirinya untuk menjadi lebih kuat.

"Kalau begitu istirahatlah, Eomma."

Jimin menatap gundukan selimut yang menutupi Ibunya sekali lagi. Kemudian keluar dari kamar dengan lesu. Bibi Song mendekati Jimin ketika ia menuruni tangga. Ekspresi khawatir tampak di wajahnya yang mulai berkerut. Jimin menyunggingkan senyum, seolah mengatakan padanya kalau ia baik-baik saja.

"Aku kembali ke sekolah kalau begitu, Ahjumma. Tolong rawat Eomma, ya."

Jimin tidak benar-benar kembali ke sekolah. Dia berhenti di taman komplek rumah Minjeong. Seperti biasa, tidak ada siapapun di sana. Tempat yang tepat bagi Jimin yang menginginkan ketenangan.

Apa yang terjadi sebelumnya di rumahnya adalah hal biasa. Ada sebuah rahasia yang disembunyikan Jimin. Dia mungkin tersenyum, tertawa, terkadang bertingkah konyol. Yang tidak orang-orang tahu, Jimin sakit. Hati dan perasaannya. Namun Jimin lebih memilih untuk menguburnya dan membuat topeng baru.

Kedua orangtuanya tak pernah melihat Jimin sebagai anak mereka. Lahir dari orangtua yang tak saling menyayangi, yang terpaksa menikah karena ego kakek dan neneknya. Persetan dengan bisnis yang dibangun mereka. Materi tak memberikan kebahagiaan. Pada akhirnya Jimin yang menanggung penderitaan. Tidak pernah merasakan kasih sayang orangtua. Tidak pernah merasakan hangatnya keluarga.

Berbagai cara telah dilakukan Jimin untuk menarik perhatian Ayah dan Ibunya. Belajar sampai mimisan agar mendapat ranking, berlatih memainkan alat piano setelah melihat Ibunya mendengar musik klasik sambil tersenyum, dan masih banyak lagi, hanya untuk mencari perhatian mereka. Namun tidak ada yang berhasil. Meski ia memenangi berbagai perlombaan akademik, atau kompetisi piano sekalipun. Mereka tak pernah peduli pada Jimin.

𝐈𝐌𝐏𝐑𝐎𝐌𝐏𝐓𝐔 [YJM X KMJ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang