Let's Hope You're Right

1.6K 288 16
                                    

Kamar asrama Aeri menjadi tempat Minjeong menenangkan diri. Sementara gadis yang lebih tua membiarkan sahabatnya menggunakan ranjangnya untuk beristirahat, dan menangis. Aeri tahu Minjeong menangis meski ia hanya bisa melihat punggungnya. Lama berteman membuat Aeri dapat membaca ekspresi dan gerak tubuh Minjeong. Ada dua kemungkinan yang menjadi penyebab sahabatnya bersedih. Pertama, kembali bertengkar dengan orangtuanya. Kedua, dia memiliki masalah dengan Yoo Jimin.

Aeri menyadari gelagat berbeda dari sepasang kekasih tersebut. Jimin tidak lagi menghubunginya, atau Ningning. Minjeong tak lagi membicarakan Jimin, bahkan terkesan menghindari topik yang mengarah kepada gadis itu belakangan ini. Semua itu membuat Aeri curiga. Aeri mengira belum lama kemarin mereka berdua menunjukkan kemesraan sebagai pasangan meski masih terlihat malu-malu. Dia berpikir bahwa hubungan mereka akan baik-baik saja. Jimin terlihat tulus menyukai Minjeong, begitu juga sebaliknya.

Apapun permasalahan yang mungkin tengah terjadi kepada mereka, Aeri berharap itu tidak buruk. Hanya pertengkaran normal antar pasangan. Minjeong mungkin terlihat tangguh di luar, tetapi sebenarnya hatinya terlalu lembut, terlalu rapuh. Sekali kau merusaknya, Minjeong tidak akan bisa kembali ke keadaan semula. Ada bagian yang berubah. Aeri takut Minjeong akan menjadi lebih pendiam dan semakin menjauhi orang-orang.

"Unnie, apa Minjeong unnie baik-baik saja?" Ningning bertanya setelah Aeri menarik gadis itu untuk keluar dari kamar. Dengan alasan membeli makanan.

"Kau bisa melihatnya sendiri. Dia menangis."

"Orangtuanya lagi?"

"Aku tidak tahu, Ning. Tapi menurut cerita Minjeong beberapa hari yang lalu, dia dan orangtuanya baik-baik saja, bahkan mereka memujinya karena berhasil dipilih yayasan Dae Jin. Kau tahu, kesempatan mengikuti kompetisi Chopin terbuka lebar. Itu adalah keinginan mereka."

"Lantas? Aku yakin ini adalah hal serius. Minjeong unnie jarang menunjukkan tangisannya. Bahkan ketika bertengkar dengan orangtuanya, dia tidak menangis. Hanya menunjukkan rasa kesalnya saja."

"Aku tahu. Ini hanya dugaanku saja, tapi kurasa ada kaitannya dengan Yoo Jimin. Dia sudah tidak lagi menghubungi kita, bukan? Minjeong juga menghindari pembicaraan tentang Jimin, kalau kau perhatikan."

Ningning mengangguk pelan. "Kau benar, unnie. Apa yang harus kita lakukan kalau begitu?"

Aeri tidak langsung menjawab. Menatap bawah selama beberapa saat sebelum terpikirkan sebuah ide. Dia memandang adik kesayangannya.

"Kita harus mencari tahu secara langsung."

"Bagaimana caranya?"

"Mari kita temui Jimin." ucap Aeri dengan wajah serius.

Keduanya pergi ke rumah Jimin. Beruntung Ningning pernah diberitahu oleh gadis yang bersangkutan mengenai alamatnya. Waktu itu mereka berkumpul seperti biasa. Ningning tak sengaja mengotori pakaiannya dengan makanan. Jimin meminjamkannya hoodie untuk ia pakai. Tentu saja Ningning mengembalikannya setelah ia cuci. Untuk itu dia meminta alamat Jimin. Meski gadis yang lebih tua mengatakan ia saja yang akan mengambilnya. Namun Ningning tak ingin merepotkan Jimin lebih banyak. Dia yang meminjam, omong-omong. Begitulah cerita dibalik alamat rumah Jimin yang diketahui Ningning. Bahkan Minjeong saja tidak tahu di mana Jimin tinggal. Agak tragis sebenarnya.

Setelah menaiki bus selama sepuluh menit dan berjalan beberapa menit, keduanya sampai di depan rumah Jimin. Aeri mendongak, menatap rumah besar itu. Dia tahu Jimin anak orang kaya, tapi dia tidak tahu akan sekaya ini. Rumah besar di depannya seperti rumah para chaebol di drama Korea yang pernah ia tonton.

"Menakjubkan, bukan? Reaksi pertamaku saat datang kemari juga sepertimu, unnie."

"Damn, Kim Minjeong fuckin' dating a real chaebol." Aeri membuka mulutnya, dua mata membulat. Ningning tertawa geli melihatnya.

𝐈𝐌𝐏𝐑𝐎𝐌𝐏𝐓𝐔 [YJM X KMJ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang