Our new story

194 22 1
                                    

Aku tahu itu bukanlah salah siapapun
Kita hanya merasa lelah pada satu sama lain
Kau begitu membenciku
Aku begitu membencimu
Ya, benar, aku begitu lelah karenanya

(Lee woo - A reason to break up)

---

Hua Hin kota tepi pantai yang membutuhkan waktu tiga jam perjalanan dari kota Bangkok. Kota berpasir putih yang dijuluki The City thats meets the sea tersebut menyajikan pemandangan indahnya yang memanjakan setiap mata pengunjung yang datang. Bukan hanya pantai berpasir putihnya sajalah yang menjadi unggulan dikota itu. Hua Hin juga memiliki resort,guesthouse,dan restoran yang menyediakan berbagai makanan lezat. First turun dari mobil yang dikemudikan oleh Dew tepat saat laju ban mobil tersebut berhenti diarea parkir terbuka yang dibatasi oleh cat berwarna putih diaspal,sebagai batas untuk setiap pengemudi yang ingin memakirkan kendaraannya agar tidak saling bertabrakan.

Kedua kaki First yang baru saja menginjak aspal langsung dia bawa berlari kearah semak semak yang tidak terlalu jauh dari tempat parkir tersebut. Dengan kedua tangan memegang perutnya,First membungkuk dan mengeluarkan isi perutnya yang sama sekali kosong tidak terisi apapun. Dew segera berlari kearah First yang tampak kesakitan dengan beberapa kali memuntakan isi perutnya yang tidak keluar apapun selain udara kosong. Tangannya dia bawa untuk memijat area tengkuk leher First meringankan rasa mual yang dialami oleh pria itu.

"Apa aku terlalu cepat mengemudikan mobil?". Tanyanya dengan rasa bersalah yang nampak jelas pada wajah tampan miliknya. First menggeleng dengan cepat. Dew idak mengemudikan mobilnya terlalu cepat. Lambat malah. Laki laki itu terlihat berhati hati dalam mengemudikan mobil miliknya yang dia tumpangi itu.

Dew menangkup wajah First yang terlihat pucat dengan kedua matanya yang berair. "Kau tunggu aku disini. Aku akan mencarikanmu makanan dan obat". Kata Dew masih dengan wajah khawatirnya yang diangguki oleh First. Pola makan pria itu memang kacau akhir akhir ini. Hanya beberapa suap nasi yang bisa masuk kedalam perutnya. Selebihnya hanya udara kosong yang dia biarkan memenuhi perutnya. Tubuh ramping miliknya semakin terlihat kurus,dengan cekungan kantung mata yang besar. Tanda bahwa dirinya juga kesulitan untuk tertidur.

First membawa tubuhnya untuk duduk diatas trotoar dengan sebuah pohon rindang yang melindungi dirinya dari cuaca panas yang menyengat. Biasanya jika pria itu merasa kepanasan,ada sosok Ja yang akan menjadi tameng tubuhnya agar terhalang dari sinar matahari langsung. Laki-laki itu akan berdiri tepat didepan tubuhnya dan membiarkan dirinya berdiri dibelakang tubuh jangkung miliknya. Namun kini,First harus terbiasa merasakan sorotan cahaya matahari langsung tanpa ada sosok Ja yang melindunginya seperti dulu.

"First. Kau kenapa?. Apa kau baik-baik saja?. Dimana Dew?". Berondong Ole dengan rentetan pertanyaan yang keluar dari sahabatnya itu.

"Dia sedang mencari obat untukku". Jawab First yang membuat Ole dan Seng menarik nafas lega.

"Apa kau sakit?. Kita bisa langsung ke resort yang sudah disediakan,agar kau bisa beristirahat". Kini Seng yang berkata. Dia tidak bisa menghalau rasa khawatirnya melihat wajah First yang benar benar pucat saat ini. Tepat saat bus mereka telah sampai ditempat parkir,dirinya dan Ole langsung mencari keberadaan mobil yang dikendarai oleh Dew untuk mencari First. Dan mereka berdua langsung bergegas turun saat melihat sahabat mereka itu tampak kesakitan duduk dipinggir trotoar jalan.

"First makanlah ini. Lalu minum Obatnya". Ketiganya melihat kedatangan Dew yang tidak kalah paniknya dengan membawa tiga bungkus roti dan obat berbentuk pil ditangannya. First mengangguk dan menerima sodoran roti tersebut yang telah dibuka oleh Dew sebelumnya. "Aku lupa membeli minum". Resah Dew saat tidak mendapati sebotol minuman pun yang dia bawa untuk pria yang kini dengan perlahan mengunyah roti didalam mulutnya.

A reasonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang