Sesak... Rasanya sungguh sesak. Gadis itu benar-benar berada di ujung ajalnya. Tidak ada udara sedikit pun yang masuk ke paru-parunya. Dadanya terasa begitu sakit dan tubuhnya terasa dingin. Hanya air yang ada di sekitarnya.
Gadis itu akan mati.Tidak, tidak, tidak, dan tidak. Ia tidak ingin mati. Masih banyak hal yang harus dilakukannya. Ia belum siap untuk mati sekarang.
Ia masih ingin bersenang-senang bersama keluarganya. Ia masih ingin menulis berbagai cerita. Ah ya benar! Ia masih belum membelikan hadiah untuk kekasihnya. Masih banyak hal yang belum dilakukannya.
Pokoknya tidak, ia tidak ingin mati. Gadis itu masih ingin bernafas.
Dewa seolah menjawab keinginannya. Detik berikutnya, gadis itu bisa merasakan udara masuk ke paru-parunya. Ia langsung saja menghirupnya dengan rakus. Sekarang rasanya ia benar-benar hidup.
Sejenak, gadis itu berpikir ia telah diselamatkan. Ia dapat mengendalikan kembali tubuhnya dan ia tidak merasakan dinginnya air. Tunggu, bukankah bajunya seharusnya basah kuyup? Ini aneh.
Detik berikutnya ia sadar akan sesuatu, ia berada di kamar kosannya sendiri. Dinding yang ditempeli berbagai macam poster, baju kotor yang berserakan di seisi kamar, dan dinding yang dicat kuning. Ini benar-benar kamarnya.
Tunggu, bukankah baru saja ia tenggelam dalam air? Bukankah baru saja ia berusaha keras untuk bertahan hidup?
Gadget yang terletak di meja belajar sang gadis berdering. Gadis itu langsung saja meraihnya dan menemukan nama yang familiar tertera di layar, Lucius. Lucius adalah kekasih sang gadis dan kini pemuda tersebut meneleponnya.
Gadis itu terdiam sejenak. Apakah ini mimpi? Ini pertama kalinya Lucius menelepon dirinya. Sebelumnya, gadis itu selalu mengatakan ia sibuk sehingga meminta Lucius untuk tidak meneleponnya. Mengingatnya, gadis itu merasa ia adalah kekasih yang buruk.Gadis itu memencet tombol hijau pada gadgetnya, menjawab panggilan tersebut. Suara dari seberang sana langsung terdengar. "Hey, Joanne. Maaf bila mengganggu, apakah kau sibuk?"
Gadis bernama Joanne itu langsung saja mengernyitkan dahinya. ia bertanya balik, "Tanggal berapa hari ini?"
"Tanggal 28 Januari 2022. Maaf kalau mengganggu, aku tahu kau akan menghabiskan imlek dengan keluargamu. Namun bisakah kita menghabiskan waktu bersama?" Lucius kembali berbicara.
Gadis itu bingung sejenak. Apakah dia sedang bermimpi? Ia pikir fenomena hidup kembali hanya terjadi di cerita. Ia ingat betul hari itu kalender sudah menunjukkan tanggal 1 Februari.
Gadis itu mencubit dirinya sendiri. Sakit. Ini bukan mimpi. Ia benar-benar hidup kembali seperti dalam kisah novel.Kalau begitu, sudah pasti ini adalah hadiah dari dewa. Dewa pasti mendengarkan penyesalannya dan memberikan kesempatan kedua. Kali ini, gadis tersebut berniat untuk menggunakan kesempatan keduanya baik-baik. Ia berniat untuk jauh-jauh dari kematian.
Gadis itu kurang lebih sudah paham akan situasinya. Sebelumnya, ia mati saat menghabiskan waktu bersama keluarganya. Ia tidak sengaja terdorong ke sungai oleh salah satu sepupunya. Namun sekarang ia diberi kesempatan kedua. Ia berniat untuk tidak menghabiskan imlek ini bersama keluarganya.
"Joanne...?" Suara di seberang telepon kembali terdengar.
Benar, gadis itu berniat menghabiskan liburan singkatnya ini bersama kekasihnya. Lagi pula, di kehidupan yang lalu ia adalah kekasih yang buruk. Gadis itu hanya bisa meringis mengingatnya.
"Ya, bukankah kau juga akan menghabiskan perayaan imlek tahun ini bersama keluargamu?" Tanya gadis itu.
Gadget pintar itu kembali mengeluarkan suara. "Mereka bukan dirimu. Sebenarnya, kalau bisa, aku ingin menghabiskan imlek bersama denganmu."
"Baik, mari lakukan itu." Ujar gadis itu singkat.
"Ha?" Suara kebingungan jelas terdengar. "Tunggu, tunggu. K-kau tidak bercanda?"
"Benar, aku tidak bercanda. Mari habiskan imlek tahun ini bersama. Aku akan membatalkan kunjungan pada keluarga-ku." Ujar gadis itu sedikit tersenyum. Mengapa ia baru menyadari bahwa kekasihnya cukup menggemaskan?
Tidak ada balasan sejenak dari seberang sana. Hal itu membuat gadis itu menyebut nama sang pemuda, "Lucius?"
"Ah! Y-ya! Maaf! Aku memastikan ini mimpi atau tidak. Ternyata bukan..." jawab pemuda itu.
Gadis itu terkekeh. Ia baru saja memikirkan hal yang sama. Bukan hanya dirinya yang menganggap ini mimpi. Sudah pasti pemuda itu kebingungan. Bagaimana tidak? sifatnya berubah secara tiba-tiba."Ini memang realita." Paling tidak bagi gadis itu, saat itu adalah realita. "I love you. Terima kasih sudah hadir di hidupku dan tetap disampingku."
"A-ah! Aku mencintaimu juga." Ujar pemuda tersebut.
Hari-hari berlalu dengan damai. Tidak ada bahaya lain yang mengancam gadis itu. Gadis itu menjalankan kesehariannya seperti biasa seolah fenomena absurd kemarin hari tidak terjadi. Gadis itu juga benar-benar membatalkan rencananya untuk bertemu keluarganya.
Hari raya imlek 2022 terjadi untuk yang kedua kalinya bagi gadis itu. Ia sendiri merasa aneh untuk merayakannya kembali. Namun kali ini berbeda, ia menghabiskan harinya dengan kekasihnya. Ia bertekad untuk menjadi sosok yang lebih baik lagi.
Hari itu, mereka bersenang-senang. Tidak ada yang mereka lewatkan. Tentu saja, sebagian besar waktu mereka dihabiskan dengan berburu makanan. Mereka melakukan apa yang mereka inginkan hari itu.
Hanya saja, kesenangan itu tidak bertahan selamanya. Matahari terbenam dan hari mau tidak mau harus berakhir.
Tidak. Tidak hanya hari yang berakhir. Namun nyawa gadis itu kembali berakhir.
Rasanya sakit. Sungguh sakit. Pisau menancap di tubuhnya dan darah tidak berhenti keluar. Gadis itu tidak merasakan apapun selain sakit. Bahkan teriakan sang pemuda sama sekali tidak terdengar di telinganya.
Mereka tidak sengaja mendengar pembicaraan akan sebuah transaksi ilegal saat melewati gang sempit. Seharusnya mereka tidak melewati gang sempit di malam hari. Ini salah sang gadis yang mengatakan ia tahu jalan pintas ke rumahnya. Gadis itu terus menyalahkan dirinya.
Tidak. Gadis itu masih ingin menikmati momen bersama kekasihnya. Ia masih ingin merasakan momen-momen bahagia itu. Sekali lagi, ia belum siap untuk mati sekarang.
Betapa egois dan serakah dirinya. Padahal sudah diberi kehidupan kedua, masih saja menginginkan lebih.
Pandangannya menggelap. Inilah akhirnya. Tidak mungkin ia mendapatkan kesempatan kembali.
"Kau benar-benar tidak apa-apa? Apakah boleh bila saya terus memelukmu sampai kau merasa lebih baik?" Suara pemuda itu kembali terdengar.
Tunggu. Gadis itu lagi-lagi tidak percaya akan apa yang terjadi.Ia yakin ia sudah mati untuk yang kedua kalinya. Ia yakin nyawanya tidak bisa diselamatkan lagi. Namun, ia kembali terbangun.
Sama seperti sebelumnya, ia berada di lokasi yang berbeda dengan kematiannya yang terakhir. Kini ia berada dalam pelukan sang kekasih, Lucius.
"Tanggal berapakah sekarang?" Tanya gadis itu.
"Eh? Tanggal? Sekarang tanggal 28 Januari..." ujar pemuda itu.
Sekarang gadis itu paham akan situasinya. Paling tidak, cintanya abadi untuk Lucius. Hanya untuk Lucius ia mengulang kehidupan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lunar New Year Blessing [Oneshot]
Teen FictionSebuah kisah singkat Joanne dimana imlek 2022 mengubah hidupnya. Kisah dimana cintanya menjadi abadi.